“Sebuah aksi Internasional besar harus diorganisir pada satu hari tertentu dimana semua negara dan kota-kota pada waktu yang bersamaan, pada satu hari yang disepakati bersama, semua buruh menuntut agar pemerintah secara legal mengurangi jam kerja menjadi delapan jam perhari, dan melaksanakan semua hasil Kongres Buruh Internasional Perancis.”
Awal dari kebangkitan para buruh untuk melakukan aksi demonstrasi dan tuntutan terhadap pemerintah dan perusahaan dimana mereka bekerja, berawal dari hasil rapat Kongres Sosialis Dunia yang dilakukan Juli 1889 di Paris, Prancis. Hasil rapat tersebut bukan merupakan hal pertama yang dilakukan oleh buruh, jauh sebelumnya perjuangan kelas pekerja telah ada sejak awal abad ke-19, segera setelah pemberontakan para buruh akibat dari penerapan kapitalisme dalam suatu perusahaan.
Perkembangan kapitalisme yang merupakan dampak ditemukannya mesin uap oleh James Watt, telah mengubah drastis kondisi sosial-ekonomi dan stabilitas politik suatu negara sekalipun, tertutama bagi negara-negara kapitalis yang berada di kawasan industri seperti Eropa dan Amerika.
Kompetisi produktifitas antara buruh dan mesin, perlahan mendegradasi peran penting buruh dalam suatu perusahaan. Mesin dianggap telah menjadi Starting Point buruh sekaligus cambuk bagi mereka untuk meningkatkan kualitas produksi dan kapabilitas kinerja. Pemberlakuan pengetatan disiplin dan pengintesifan jam kerja merupakan hal-hal yang dimanfaatkan para kaum kapital untuk mengeksploitasi para pekerjanya.
Buruh tidaklah bodoh, terkesan merugikan dan dianggap menindas, perlakuan para kaum kapital ditentang keras oleh kaum buruh. Menginginkan hasil produksi tinggi agar keuntungan maksimal dapat diperoleh namun tidak dibarengi dengan peningkatan upah serta perbaikan kondisi kerja pabrik, telah melahirkan kekecewaan para buruh yang berbentuk perlawanan dari kalangan kelas pekerja.
Aksi perlawanan buruh yang terkenang terjadi di Cordwainers 1806 di Amerika, adalah bentuk perlawanan dari ekploitasi tenaga kerja yang dituntut bekerja selama 19- 20 jam sehari. Hal yang tak masuk diakal namun fakta terjadi.
New Jersey, 1872, peringatan hari buruh ditandai dengan provokasi oleh Peter McGuire dan Matthew Maguire seorang pekerja mesin yang mogok bekerja bersama 100.000 pekerja lain guna mengurangi jam bekerja. Hal yang sama juga terjadi di Missouri, New York, Oregon, dan negara di Asia maupun Eropa.
Akhirnya pada 1 mei 1886, telah terjadi demonstrasi besar-besaran selama empat hari oleh kurang lebih 400.000 buruh di Amerika Serikat dalam memperjuangkan tuntutan mereka untuk menetapkan waktu bekerja mereka selama 8 jam sehari. Tak tanggung-tanggung, pawai besar yang menimbulkan kericuhan membuat para polisi geram. Dilepaskanlah tembakan demi tembakan kepada para provokator demo dan berujung pada hukuman mati para demonstran yang berhasil ditangkap.
Butuh waktu beberapa dekade bagi Indonesia untuk mengadopsi kultur serupa dan se-abad untuk menerapkannya di tanah air. Bukti penghormatan terhadap hari buruh di Indonesia baru dilegitimasi pengimplementasiannya tepat pada tahun 2014. Melibur nasionalkan tanggal 1 Mei adalah segenap upaya pemerintah dalam mengakomodir aspirasi para buruh. Sengaja diciptakan, sehingga dengan adanya keistimewaan ini, para buruh diharapkan dapat aktif menyuarakan pendapatnya namun tetap dalam koridor yang telah ditetapkan.
Berbeda dengan zaman orde baru yang dahulu masih menerapkan UU subversi. Setiap kegiatan layaknya demonstrasi buruh, selalu diafiliasikan dengan gerakan menetang pemerintah dan cabang dari penyuaraan ideologi komunis musuh utama Pancasila. Akibatnya, kebebasan buruh dalam menyuarakan tuntutan cenderung terbatasi dan terkekang hingga pada pintu reformasi terbuka.
Perlu diingat bahwa peringatan mayday di Indonesia merupakan implementasi dari demokrasi yang berprestasi. Sebagai warga Indonesia kita patut berbangga, karena hingga saat ini peringatan hari buruh nasional di Indonesia belum pernah sama sekali menumpahkan satu darah dan selalu berujung dalam rel kedamaian dan ketertiban bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar