Tanah air dan dunia pendidikan dikejutkan dan berduka dengan tewasnya, mahasiswa semester pertama, Dimas Handoko. Diduga ia tewas, karena dianiai oleh kakak-kakak kelas atau senior-seniornya. Ada 7 kakak senior yang terlibat. Disinyalir, penganiayan yang mengakibatkan Dimas tewas itu, telah direncanakan sebelumnya, karena ada kicauan di salah satu twitter tersangka dengan inti kata “eksekusi”, serta adanya permintaan ke-7 senior untuk bertemu dengan Dimas di malam kejadian.
.
Apapun itu, ini adalah sinyal sistem pendidikan yang salah antara senior dan junior. Sebuah pendidikan yang mengajarkan balas dendam, karena si senior yang melampiaskan kekerasan kepada juniornya, melakukan kekerasan itu dikarenakan para senior itu adalah korban kekerasan senior-senior sebelumnya.
Apa yang terjadi jika orang-orang seperti itu (pendendam, pembully, menggunakan kekerasan lewat jabatan/otoriter), yang mengisi kantor kantor pemerintahan Indonesia, niscaya hancurlah negeri ini.
.
sumber foto : cyberdakwah.com
.
Waktu-waktu awal memberantas korupsi, Hongkong memecat seluruh pegawai pemerintahannya. Lalu diganti sementara dengan pegawai dari Inggris dan India. Setelah diadakan rekrutmen ketat pegawai yang baru, akhirnya Hongkong dapat memutus mata rantai korupsi. Karena salah satu faktor penyebab korupsi berkembang adalah si senior ajarkan si junior teknik-teknik korupsi. Atau si junior belajar korupsi dari tingkah-polah senior.
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Beranikah mematikan mata rantai korupsi, mengikuti apa yang dilakukan Hongkong. Mengganti semua pegawai pemerintahannya dengan yang baru. Dan bagaimana Indonesia mengubah sistem pendidikan yang akan menghasilkan tunas-tunas bangsa yang mulia dan bermartabat, bukan tunas-tunas pendendam dan otoriter.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar