Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Senin, 05 Mei 2014

Dekadensi Moral Anak Bangsa

Peristiwa yang terjadi di Tanah Air akhir – akhir ini membuat miris semua kalangan. Diawali dengan peristiwa yang cukup menggemparkan dunia pendidikan, dimana institusi pendidikan bertaraf Internasional Jakarta International School (JIS) ternyata menjadi sarang kaum Paedofil. Murid TK disana menjadi korban pelecehan seksual (sodomi) oleh petugas kebersihan, ironisnya kejadian ini dilakukan secara terorganisir dan berkelompok oleh 6 petugas kebersihan. Di dalam proses penyidikan oleh kepolisian salah satu tersangka Azwar yang telah gelap mata malah melakukan bunuh diri di dalam toilet dengan cara minum cairan pembersih.
Belum selesai peristiwa di JIS, kembali kita di gegerkan dengan peristiwa yang hampir sama. Kali ini pelecehan seksual (sodomi) dilakukan oleh Andri Sobari (24) alias Emon. Warga Sukabumi – Jawa Barat ini mengaku telah mencabuli 47 bocah di Sukabumi. Tetapi perkembangan yang terjadi dari beberapa laporan terakhir, korban keganasan Emon mencapai 57 anak dan itu di mungkinkan masih akan bertambah. Emon yang dulunya juga merupakan korban sodomi, akhirnya membalas dendam dengan melakukan hal sama dan lebih kejam lagi. Pelecehan seksual ini belum terhitung dengan peristiwa – peristiwa sebelumnya yang melibatkan Bapak dengan anak, Guru dengan murid atau antar sesama teman.
Di Makassar, peristiwa penganiyaan senior kepada juniornya terjadi kembali. Ironisnya kekerasan ini dilakukan oleh siswa SD yang notabene masih berusia sekitar 12 tahunan. (Alm) Renggo Khadafi (11) siswa kelas V SD Negeri Makassar 09 Pagi harus merenggang nyawa setelah dipukuli oleh kakak kelasnya. Kasus pemukulan ini berawal dari masalah sepele, Renggo yang tidak sengaja menyenggol kakak kelas hingga pisang gorengnya jatuh akhirnya di hajar, di pukul dengan ganggang pengepel lantai hingga mengalami luka memar – memar. Meskipun Renggo sudah meminta maaf dan mengganti pisang goring yang jatuh, tetap saja sang kakak kelas menganiayanya. Kejadian ini baru terungkap ketika Renggo mengalami kesakitan dan di bawa ke rumah sakit sampai nyawanya tak tertolong. Peristiwa ini hanya berjarak beberapa minggu dengan peristiwa kekerasan terhadap Dimas di Kampus STIP oleh seniornya juga.
Kasus di atas hanya sebagian dari kasus – kasus sama yang terjadi di bumi pertiwi ini. Masih banyak kasus serupa sebenarnya yang terjadi beberapa tahun terakhir ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa effect media baik itu majalah, televisi dan internet menjadi faktor utama yang menjadi penyebab kasus kekerasan akhir – akhir ini. Lingkungan keluarga yang tidak mampu memfilter arus media yang di tangkap oleh mereka anak – anak bangsa turut serta menjadi faktor sebab – akibat kekerasan yang terjadi.

Dekadensi Moral
Melihat realitas dari peristiwa – peristiwa di atas yang terjadi hari ini mengerucut pada satu kesimpulan bahwa telah terjadi Dekadensi Moral di tengah – tengah masyarakat, khususnya di lingkup anak negeri. Kemerosotan moral yang terjadi di masyarakat tidak terlepas dari Globalisasi Effect dimana arus teknologi informasi lewat media cetak, televisi dan internet menyebarkan virus kebudayaan barat. Dengan mudahnya saat ini pornografi dan kekerasan di akses oleh anak – anak muda, cukup dalam satu genggaman, anak muda sekarang sudah dapat menjelajahi dunia lewat media internet. Tidak heran jika video berbau pornografi dan kekerasan mendapat pemerhati terbanyak di media internet.
Tidak salah akhirnya, ketika kebudayaan lokal yang mengusung kearifan –kearifan lokal bangsa harus terpinggirkan. Padahal kearifan lokal bangsa kita lebih mengedepankan apa yang disebut dengan moral. Menjadi kontradiksi ketika kebudayaan barat mendominasi frame berpikir anak bangsa daripada kebudayaan lokal, artinya moral anak bangsa pun ikut terpinggirkan dan tergantikan oleh frameberpikir yang membodohkan, culas dan tidak manusiawi. Disinilah pentingnya pendidikan, baik pendidikan di lingkungan keluarga maupun pendidikan formal memainkan perannya untuk memfilterisasi dominasi kebudayaan barat.
Kritik bersama, di luar peran pendidikan di lingkup keluarga ada yang patut disesalkan di dalam sistem pendidikan formal yang ada. Mata pelajaran pendidikan moral dan Agama yang ada di kurikulum 2013 hari ini terasa sangat kurang di beri porsi. Diketahui bersama bahwa merosotnya moral anak bangsa tidak di imbangi dengan pemberian input pendidikan di dalamnya. Alokasi waktu pendidikan Agama dan Moral di kurikulum 2013 hanya mendapat porsi 4 jam/ minggu untuk Agama dan 6 jam/ minggu untuk pendidikan moral, berbeda dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mendapat porsi 10 Jam/ minggu untuk tingkatan anak – anak SD. Untuk tingkatan anak – anak SMP porsi yang diberikan Agama dan Pendidikan Moral 3 jam/ minggu berbanding dengan mata pelajaran lainnya (Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan Bahasa Inggris) yang mendapat alokasi waktu 4 – 6 jam/ minggu. Untuk tingkatan SMA/SMK alokasi yang diberikan untuk Agama 3 jam/ minggu dan Pendidikan Moral 2 jam/ minggu yang tidak sebanding kembali dengan Bahasa Indonesia dan Matematika yang mendapat alokasi 4 jam/ minggu. Alokasi watu pemberian mata pelajaran Agama dan Pendidikan Moral yang masih di bawah alokasi mata pelajaran umum lainnya menandakan kurangnya seriusnya pemerintah dalam rangka memerangi kemerosotan moral anak bangsa.
Berangkat dari sinilah mari kita bersama – sama memerangi Dekadensi moral anak bangsa, tentu di mulai dari lingkup keluarga, lingkup sosial hingga di lingkup pendidikan formal. Peran serta berbagai pihak wajib berjalan bersama untuk memerangi kemerosotan moral yang terjadi hari ini. pemerintah pun wajib mengkaji kembali kurikulum 2013 terutama mengenai alokasi waktu untuk Pendidikan Agama dan Pendidikan Moral. Program akses aman dan sehat berinternet secepatnya di perbaiki karena saat ini masih terlalu lemah proteksinya. Lingkungan keluarga dan sosial segera menjadi lingkungan yang ramah dan mengajarkan moralitas sesuai dengan adat dan kebudayaan ketimuran. Cukup disini kasus JIS terakhir, Emon terakhir dan Dimas serta Renggo menjadi korban terakhir, saatnya memperbaiki moralitas anak bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar