Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Jumat, 30 Agustus 2013

Dana Zakat 2.5% akan Mengentaskan Kemiskinan di Indonesia

Kita semua sudah tahu bahwa dari penghasilan kita yang kita dapatkan tiap bulan adalah bukan hanya milik kita sendiri, ada Hak kaum dhuafa didalamnya dan ada hak fakir miskin disana. Jumlahnya tidak banyak, hanya 2.5% dari seluruh penghasilan kita. Dengan jumlah yang hanya 2.5% dengan kita zakatkan tidak akan menjadikan kita miskin, kalaupun kita simpan juga tidak serta merta membuat kita langsung kaya raya. Tetapi jelas bahwa ada hak fakir miskin dalam uang yang kita terima tiap bulan.

Pendapatan perkapita kita berdasarkan pemerintah adalah sekitar Rp.30.000.000,- pertahun, jumlah yang lumayan cukup untuk menghidupi keluarga di Indonesia. Dan Agama hanya mewajibkan 2.5%, tidak lebih (kadang kita merasa berat untuk menafkahkan yang 2.5% itu). Jumlahnya padahal hanya Rp.750.000,- untuk setahun. Uang itu tidaklah banyak dibanding yang harus kita keluarkan untuk hura-hura, sekedar menelepon atau sekedar jalan-jalan. Percayalah, dengan uang yang sedikit itu akan menjadi tabungan kita di Hari Akhir setelah kematian kita. Allah SWT sudah menjanjikanya, dan tidak ada Janji Allah SWT yang tidak ditepati.

Seandainya seluruh rakyat Indonesia menafkahkan seluruhnya 2.5% dari gajinya tiap bulan, Subhanallah negeri ini pelan-pelan akan terbebas dari kemiskinan.

Kalkulasinya demikian :
1. Jumlah Pekerja, Karyawan, Wiraswasta semua berjumlah 75.000.000 orang
2. Pendapatan perkapita rata-rata adalah Rp.30.000.000,-
3. 2.5% x Rp.30.000.000 x 75.000.000 orang = Rp. 56.250.000.000.000,-

Subhanallah angka yang cukup besar saudara-saudaraku, Rp. 56.25 Trilyun. Jumlah itu sudah terbilang cukup untuk pelan-pelan mengentaskan kemiskinan di Negeri ini.

Untuk itu mari saudara-saudaraku, kita nafkahkan 2.5% dari pendapatan kita untuk Fakir Miskin sebagai tabungan kita di Hari Akhir. Salurkanlah pada badan yang terpercaya, salurkanlah pada orang-orang di sekitar kita, salurkanlah pada adik-adik kita di kampung halaman. Insyaallah dalam waktu 10 tahun, akan terjadi penurunan jumlah warga miskin di negara kita.

Jangan Ditahan saat Ramadhan

Jangan ditahan saat ramadhan
Kalo nafsu kudu ditahan,
Tapi gawat kalo gak segera zakat

Jangan ditahan saat ramadhan
Kalo nafsu kudu ditahan
Tapi segera tunaikan infak, pahala berlipat

Jangan ditahan saat ramadhan
Kalo nafsu kudu ditahan,
Tapi Zakat kudu cepet biar pahala gak mampet

Jangan ditahan saat ramadhan
Kalo nafsu kudu ditahan,
Tapi segera tunaikan sedekah untuk menjemput hidup yang berkah


Bulam ramadhan kini telah tiba dihadapan kita, sebuah bulan yang agung dan mulia. Bulan penuh berkah, rahmat dan maghfirah, bulan diwajibkan shiyam dan diturunkan Al-Qur’an sebagai hidayah untuk manusia. Malam diturunkan Al-Qur’an disebut Malam Kemuliaan (Lailatul Qodr) yang  lebih baik dari seribu bulan. Bulan ibadah dan  pembinaan kaum muslimin menuju  derajat muttaqiin. Keberkahan bulan ini adalah sebuah keberkahan dari semua sisi kebaikan.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sangat gembira dan memberikan kabar gembira kepada umatnya dengan datangnya bulan Ramadhan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan keutamaan-keutamaannya dalam pidato penyambutan bulan suci Ramadhan :

“Dari Salman Al-Farisi ra. berkata: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam  berkhutbah pada hari terakhir bulan Sya’ban : Wahai manusia telah datang kepada kalian bulan yang agung, bulan penuh berkah, didalamnya ada malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan  puasanya wajib, dan qiyamul lailnya sunnah. Siapa yang mendekatkan diri  dengan kebaikan, maka  seperti  mendekatkan diri dengan kewajiban di bulan yang lain. Siapa yang melaksanakan kewajiban, maka seperti melaksanakan 70  kewajiban di bulan lain. Ramadhan adalah bulan kesabaran, dan kesabaran balasannya adalah surga. Bulan solidaritas, dan bulan ditambahkan rizki orang beriman. Siapa yang memberi makan orang yang berpuasa, maka diampuni dosanya dan dibebaskan dari api neraka dan mendapatkan pahala  seperti orang orang yang berpuasa tersebut tanpa dikurangi pahalanya sedikitpun ». kami berkata : »Wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam  Tidak semua kita dapat memberi makan orang yang berpuasa ? ». Rasul shalallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda:” Allah memberi pahala kepada orang yang memberi buka puasa walaupun dengan satu biji kurma atau seteguk air atau susu. Ramadhan adalah bulan dimana awalnya rahmat, tengahnya maghfirah dan akhirnya pembebasan dari api neraka . Siapa yang meringankan orang yang dimilikinya , maka Allah mengampuninya  dan dibebaskan dari api neraka. Perbanyaklah  melakukan 4 hal; dua perkara membuat Allah ridha  dan dua perkara Allah tidak butuh dengannya.  2 hal itu adalah ; Syahadat Laa ilaha illallah dan beristighfar kepada-Nya. Adapaun 2 hal yang Allah tidak butuh adalah engkau meminta surga dan berlindung dari api neraka.  Siapa yang membuat kenyang orang berpuasa, Allah akan memberikan minum dari telagaku (Rasul saw)  satu kali minuman yang tidak akan pernah haus sampai masuk surga”. (HR al-‘Uqaili, Ibnu Huzaimah, al-Baihaqi, al-Khatib dan al-Asbahani).

Ramadhan juga adalah bulan yang banyak mengandung Hikmah didalamnya. Alangkah gembiranya hati mereka yang beriman dengan kedatangan bulan Ramadhan. Bukan saja telah diarahkan menunaikan Ibadah selama sebulan penuh dengan balasan pahala yang berlipat ganda,malah di bulan Ramadhan Allah telah menurunkan kitab suci al-Quranul karim, yang menjadi petunjuk bagi seluruh manusia dan untuk membedakan yang benar dengan yang salah.

Puasa Ramadhan akan membersihkan rohani kita dengan menanamkan perasaan kesabaran, kasih sayang, pemurah, berkata benar, ikhlas, disiplin, terthindar dari sifat tamak dan rakus, percaya pada diri sendiri, dan sebagainya. Meskipun makanan dan minuman itu halal, kita mengawal diri kita untuk tidak makan dan minum dari semenjak fajar hingga terbenamnya matahari, karena mematuhi perintah Allah. Walaupun isteri kita sendiri, kita tidak mencampurinya diketika masa berpuasa demi mematuhi perintah Allah SWT.

Ayat puasa itu dimulai dengan firman Allah : “Wahai orang- orang yang beriman” dan disudahi dengan : ” Mudah-mudahan kamu menjadi orang yang bertaqwa“. Jadi jelaslah bagi kita puasa Ramadhan berdasarkan keimanan dan ketaqwaan. Untuk menjadi orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah kita diberi kesempatan selama sebulan Ramadhan, melatih diri kita, menahan hawa nafsu kita dari makan dan minum, mencampuri isteri, menahan diri dari perkataan dan perbuatan yang sia-sia, seperti berkata bohong, membuat fitnah dan tipu daya, merasa dengki dan khianat, memecah belah persatuan ummat, dan berbagai perbuatan jahat lainnya. Rasullah SAW bersabda : “Bukanlah puasa itu hanya sekedar menghentikan makan dan minum tetapi puasa itu ialah menghentikan omong-omong kosong dan kata-kata kotor.” (H.R.Ibnu Khuzaimah).

Beruntunglah mereka yang dapat berpuasa selama bulan Ramadhan, karena puasa itu bukan saja dapat membersihkan Rohani manusia juga akan membersihkan Jasmani manusia itu sendiri, puasa sebagai alat penyembuh yang baik. Semua alat pada tubuh kita senantiasa digunakan, boleh dikatakan alat-alat itu tidak beristhat selama 24 jam. Alhamdulillah dengan berpuasa kita dapat mengistirahatkan alat pencernaan kita lebih kurang selama 12 jam setiap harinya. Oleh karena itu dengan berpuasa, organ dalam tubuh kita dapat bekerja dengan lebih baik dan teratur. Namun perlu juga di ingat bahwa ibadah puasa Ramadhan akan membawa faaedah bagi kesehatan rohani dan jasmani kita bila ditunaikan mengikut panduan yang telah ditetapkan, jika tidak maka hasilnya tidaklah seberapa malah mungkin ibadah puasa kita sia-sia saja. Allah berfirman : “Makan dan minumlah kamu dan janganlah berlebih-lebihan sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan” (QS. Al-A’raf:31)

Nabi SAW juga berkata : “Kita ini adalah kaum yang makan bila lapar, dan makan tidak kenyang“. Tubuh kita memerlukan makanan yang bergizi mengikut keperluan tubuh kita. Jika kita makan berlebih-lebihan sudah tentu ia akan membawa dampak negatif kepada kesehatan kita. Beberapa dampak negatif makan secara berlebihan misalnya : badan menjadi kelewat gemuk (obesitas). Bisa juga kegemukan ini akan mengakibatkan sakit jantung, darah tinggi, penyakit kencing manis, dan berbagai penyakit lainnya. Oleh itu makanlah secara sederhana, terutama sekali ketika berbuka puasa, mudah-mudahan Puasa di bulan Ramadhan akan membawa kesehatan bagi rohani dan jasmani kita. Insyaallah kita akan bertemu kembali dengan ramadhan berikutnya.

Dengan penjelasan tadi, jelaslah bahwa MENAHAN DIRI adalah salah satu kunci kesuksesan dan kesempurnaan ramadhan. Menahan diri sangat baik dianjurkan, apalagi ketika kita sedang berpuasa. Menahan diri dari makan dan minum. Menahan diri dari berhubungan suami isteri serta menahan diri dari seluruh perkataan dan perbuatan yang akan mengurangi esensi makna dan kebaikan ramadhan.

Namun saat yang sama ternyata, ada juga yang harus ditunaikan segera atau dibebaskan. Kalimat JANGAN DITAHAN SAAT RAMADHAN adalah gambaran sederhana akan sebuah tindakan agar ramadhan yang kita jalani bisa menjadi perbuatan mulia sepanjang masa.

KEPEDULIAN ; Jangan ditahan Saat Ramadhan

Kepedulian adalah bagian pembebasan jiwa dari rasa kikir, tamak dan merasa lebih. Dengan melakukan kepedulian pada sesama, sesungguhnya kita bukan sekedar  memberikan sesuatu pada orang  lain. Yang terjadi justru kita sedang membebaskan jiwa dari belenggu kekikiran. Bebaskanlah kepedulian yang ada dalam dada kita, dan jangan ditahan saat ramadhan. Biarkan kepedulian kita bermuara dalam kemuliaan ramadhan dan bersua berlipat-lipat pahala dan keberkahan di bulan yang mulia nan agung. Biarkan pula kepedulian kita laksana gelombang, yang bukan hanya akan menghancurkan egoisme kita dan perasaan kepemilikan harta yang berlebihan, namun juga menumbuhkan tunas-tunas rasa syukur atas seluruh rizki dan nikmat yang kita terima dari Allah SWT, baik untuk diri kita sendiri, keluarga serta lingkungan sekitar.

MENSUCIKAN HARTA ; Jangan ditahan saat Ramadhan

Ramadhan disebut bulan suci karena di dalamnya menjadi sarana untuk mensucikan diri sekaligus mendekatkan diri pada Allah SWT. Mensucikan diri bukan sekedar suci diri secara pribadi (fisik maupun ruhani) namun juga mensucikan harta dari  segenap kotoran yang melekatinya. Istilah mensucikan harta inilah yang kerap disebut dengan istilah zakat, infaq dan shadaqah.

Zakat, infaq dan shadaqah memiliki kemiripan makna, Shadaqah adalah sesuatu yang diberikan oleh seorang dapat berbentuk materi misalnya uang atau barang, atau pun non materi misalnya senyum, seperti yang dtegaskan oleh Rasulullah SAW. Infaq adalah pemberian yang dilakukan oleh seseorang baik yang sunnah maupun yang wajib. Yang sunnah adalah yang tidak ditentukan nilainya, sasarannya dan waktu. Seseorang dapat berinfaq kapan saja, di mana saja dan besarannyapun berapa saja, begitu juga sasarannya tidak ditentukan secara spesifik tetapi lebih fleksibel. Misalnya kotak amal yang terdapat di masjid-masjid dan lain-lain. Sementara yang wajib adalah yang ditentukan nilainya (2,5%, 5%, 10% atau 20%, dan lain-lain) diantara infaq yang wajib adalah zakat.

Zakat secara bahasa artinya tumbuh dan berkembang, sedangkan secara istilah adalah mengeluarkan sebagian harta dalam waktu tertentu (haul atau ketika panen), nilai tertentu (2,5%, 5%, 10% atau 20%,) dan sasaran tertentu (faqir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharimin, fi sabilillah dan ibnu sabil). Ada 3 fungsi zakat, yaitu : membersihkan jiwa dari sifat bakhil (selfish) dan menyembah harta, membersihkan harta dari terkontaminasi hak orang lain dan zakat berfungsi memperkembangkan harta. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda : ”Tidak akan berkurang harta yang dikeluarkan untuk bershadaqah”.

Zakat sangat berkaitan erat dengan masalah kepedulian. Karena zakat merupakan manifestasi ajaran Islam untuk memiliki kepedulian terhadap kaum dhuafa dengan menolong, membantu dan meringankan beban hidup mereka. Perbuatan tersebut termasuk salah satu kewajiban yang mesti dilakukan, firman Allah swt. :”…..dan saling tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan taqwa dan janganlah kalian saling tolong molong dalam dosa dan permusuhan….” (QS. Al-Maidah : 3).

Untuk memudahkan jalan bagi kaum muslimin dalam membantu kaum dhuafa, Islam menetapkan adanya syariat zakat, infak dan shadaqah. Dalam sejarah Islam, konsep zakat membuktikan bukan hanya dapat meringankan beban kaum dhuafa tetapi juga mampu menjadi salah satu tonggak dalam mengentaskan kefakiran dan kemiskinan. Dan itulah visi zakat, “merubah mustahik (penerima zakat) menjadi muzakki (pembayar zakat)”.

MEMBAHAGIAKAN YATIM & DHUAFA ; Jangan ditahan saat Ramadhan

Anak-anak yatim dan dhuafa memang tidak hanya hidup ketika bulan ramadhan, mereka hidup sesuai umur dan takdir mereka. Kehidupan mereka pada bulan ramadhan akan jauh lebih sulit bila tak ada kepedulian kaum muslimin pada mereka. Dengan kepedulian nyata, sejumlah program untuk mereka-pun seharusnya tidak berhenti pada kegiatan konsumtif semata.  Kepedulian yang diwujudkan dalam berbagai bentuk donasi seperti zakat, infaq dan shadaqah idealnya diperuntukkan juga bagi program-program produktif bagi bagi anak-anak yatim dan dhuafa serta mereka yang membutuhkan.

Dengan visi kepedulian yang benar dan metode yang tepat, zakat, infaq ataupun shadaqah sesungguhnya akan dapat meringankan beban anak yatim dan dhuafa di bulan ramadhan. Bahkan idealnya hal ini juga mampu menjadi salah satu tonggak dalam mengentaskan persoalan yatim dan dhuafa sepanjang kehidupan mereka secara tuntas. Bukankah visi kepedulian yang baik adalah yang “merubah mustahik (penerima ZIS) menjadi muzakki (pembayar ZIS)”. Dengan kepedulian yang diberikan selama ramadhan, minimal mampu membahagiakan anak-anak yatim dan dhuafa selama mereka menjalani hari-hari ramadhan mereka. Dengan kepedulian kita juga, mudah-mudahan kebahagiaan bagi mereka tak sekedar kata-kata dan retorika semata.

MENJADI “PAHLAWAN KEBAIKAN” ; Jangan ditahan saat Ramadhan

Dalam kehidupan, kata “pahlawan” seakan sesuatu yang teramat sulit dan berat untuk diwujudkan. Banyak orang yang tak sedikitpun membayangkan bahwa dirinya bisa menjadi seorang pahlawan. Padahal di bulan ramadhan, setiap orang teramat mudah untuk menjadi seorang pahlawan. Dengan bersungguh-sungguh melakukan amal kebaikan dan mengejar pahala berlipat, setiap orang akan dirindukan kehadirannya karena ia bak membawa spektrum kebahagiaan. Dengan kondisi ini, sejatinya setiap orang bisa menjadi pahlawan sebenarnya untuk sesama.

Pahlawan sendiri bukanlah harus melakukan hal-hal spektakuler dalam kehidupan, sosok pahlawan dalam kebaikan ini cukuplah mereka yang secara terus-menerus konsisten memperjuangkan kebaikan-kebaikan sepanjang kehidupannya, walau mungkin saja terlihat sederhana. Sosok pahlawan ini juga tak perlu sangat hebat dan serba super mengatasi masalah-masalah yang ada.

Setiap orang, sekali lagi bisa sangat mungkin menjadi sosok super hero bagi orang lain dengan bekerjasama dan bersinergi menggalang kebaikan sehingga tercipta lingkaran kebaikan yang lebih luas dan menumbuhkan harapan akan masa depan yang lebih baik.

Dengan membantu anak-anak sekolah memiliki kembali sepatu yang layak, dengan membantu anak-anak yatim dan dhuafa bisa berbahagia selama ramadhan, sesungguhnya kita adalah pahlawan bagi mereka. Dengan membantu para dhuafa dan mereka yang miskin berbuka dan melakukan sahur ramadhan dengan layak, dengan itu kita sesungguhnya adalah pahlawan kebaikan bagi mereka. Dengan membuat orang-orang fakir dan miskin berbahagia karena paket ramadhan yang mereka terima, kita sesungguhnya telah menjelma pahlawan kebaikan bagi mereka semua.

Kepahlawanan bukanlah kehormatan yang terletak pada gelar dan jabatan, kepahlawanan sejati ada pada esensi, makna dan kemanfaatan.

Selamat, anda kini telah menjelma seorang pahlawan sejati bagi kehidupan.

Tidak Bayar Zakat, Apa Kata Akhirat?

Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan (QS. Al Baqarah : 110).

Firman Allah SWT diatas merupakan salah satu LANDASAN HUKUM mengenai ZAKAT dari sekian banyak LANDASAN HUKUM yang terdapat dalam Al Qur’an sedangkan tujuan ZAKAT itu sendiri adalah untuk mempererat tali silaturahmi dan sekaligus meningkatkan KEPEDULIAN SOSIAL umat Islam dimanapun mereka berada selain untuk mensucikan harta yang dimiliki.

ZAKAT Secara bahasa berarti suci, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang. Secara terminology berarti sejumlah harta tertentu yang mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah swt untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerima dengan syarat-syarat tertentu pula. Jadi, setiap harta yang dikeluarkan ZAKATnya akan menjadi suci, bersih, berkah, tumbuh, dan berkembang sedangkan ZAKAT menurut istilah agama Islam adalah kadar harta tertentu, yang diberikan kepada yang berhak menerimanya, dengan beberapa syarat.

Sedangkan hukum ZAKAT menurut agama adalah IBADAH MAALIYAH IJTIMA’IYYAH atau bisa disimpulkan memiliki peranan yang sangat penting dalam ajaran agama Islam maupun dalam meningkatkan perekonomian umat.

Banyak sekali pemahaman yang salah mengenai ZAKAT dikalangan masyarakat yang paling utama dalam masalah waktu karena ZAKAT biasanya hanya dilakukan pada saat bulan RAMADHAN menjelang hari raya IDUL FITRI saja karena dianggap suatu KEWAJIBAN yang harus dilaksanakan padahal ZAKAT itu dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

1. ZAKAT FITRAH
Yaitu ZAKAT yang diwajibkan kepada umat Islam yang mampu menurut SYARIAT yang telah ditentukan pada bulan RAMADHAN menjelang IDUL FITRI dengan membayar 3,1 liter beras atau dengan uang yang setara harga beras tersebut sesuai dengan tempatnya.

2. ZAKAT MAL
yaitu ZAKAT yang wajib dikeluarkan oleh umat Islam apabila harta yang dimilikinya telah memenuhi NISHAB dalam 1 tahun sedangkan NISHAB ZAKAT MAL berbeda-beda menurut jenis harta yang dimiliki.

Umat Islam sebagian besar hanya melaksanakan ZAKAT FITRAH dan melupakan ZAKAT MAL walaupun tujuan dari 2 jenis ZAKAT itu sama saja yaitu untuk mensejahterakan umat dan coba ingat kembali kapan terakhir kali kita membayar ZAKAT MAL atau mungkin kita tidak pernah melakukannya sama sekali?. Andaikan ZAKAT MAL dilaksanakan oleh semua umat Islam mungkin banyak sekali kaum DHUAFA yang dapat dibantu perekonomiannya sehingga tidak harus menunggu pada bulan tertentu saja atau bisa dikatakan MUSIMAN.

Selain itu pemahaman salah yang masih diadopsi sebagian masyarakat adalah memberikan ZAKAT untuk keperluan KONSUMTIF saja alias habis pakai. Kalau saja pemahaman tersebut dihilangkan dan diganti dengan konsep PEMBINAAN WIRAUSAHA saya yakin akan sangat bermanfaat. Dimana kaum DHUAFA diberikan pembinaan dan pembelajaran untuk bisa membuka suatu usaha ekonomi yang dapat dijadikan sumber penghasilannya sehingga dapat meningkatkan perekonomian keluarga sekaligus menaikkan derajat dari TIDAK MAMPU menjadi MAMPU atau dari PENERIMA ZAKAT menjadi PEMBERI ZAKAT.

Kalau konsep KONSUMTIF masih diterapkan menurut saya peranan penting dari ZAKAT dalam perekonomian umat tidak akan terasa manfaatnya malah sama saja mengajarkan kepada PENERIMA ZAKAT untuk tetap berada dalam statusnya dan secara tidak langsung kita mengajarkan kepada mereka untuk menerima uang tanpa usaha.

Bandingkan kalau ZAKAT disalurkan sebagai MODAL USAHA untuk kaum DHUAFA, bisa saja mereka berada dalam garis kemisikinan karena ketidakmampuan dan ketidakahuan mereka untuk membuka suatu usaha ekonomi. Seperti kita ketahui sebagian besar kaum DHUAFA memiliki tingkat pendidikan yang rendah malah ada juga yang belum pernah sama sekali mengenyam jenjang pendidikan. Disinilah peranan penting ZAKAT dapat dirasakan dalam merubah nasib seseorang. Misalkan usaha kaum DHUAFA itu sukses maka perekonomiannya pun akan otomatis akan meningkat dan tidak menutup kemungkinan pada tahun berikutnya mereka bisa mengeluarkan ZAKAT untuk membantu kaum DHUAFA yang lain.

Apabila konsep ZAKAT tersebut dapat dikelola dengan baik maka jumlah kaum DHUAFA akan semakin menurun tiap tahunnya dan tidak akan ada lagi antrian kaum DHUAFA yang berdesakan ketika ada pembagian ZAKAT maka dengan demikian kita juga telah menjaga kehormatan mereka sebagai sesama manusia.

Semoga bermanfaat, apabila ada kesalahan dalam tulisan ini merupakan murni berasal dari saya pribadi dan apabila ada kebenaran dalam tulisan ini merupakan rahmat serta hidayah dari Allah SWT.

Doa Seorang Pria dari Kaum Dhuafa

Ya Tuhanku, Engkau tahu betapa hamba-Mu begitu lemah
Namun semoga bukan lemah iman
Ya Tuhanku, Engkau tahu betapa aku ini begitu kuat
Kuat untuk menjalani takdir-Mu

Tuhanku, Tolonglah hamba-Mu ini
Menghadapi ujian dari rasa lapar dan takut
Dari ketidakberdayaan mengubah jalan hidup

Tuhan, janji-Mu pasti benar
Barang siapa yang sabar dia akan beruntung
Barang siapa yang bersedekah, Engkau akan menurunkan rezeki dari yang tidak disangka-sangka
Janji-Mu pasti benar

Tolonglah hamba-Mu ini dalam memberi nafkah keluarga
Luaskanlah rezeki hamba-Mu dalam mencari nafkah
Limpahkanlah rezeki anak dan istri melalui usahaku
Hanya kepada-Mu lah kami bergantung dan tempat meminta

Amin…

Kamis, 29 Agustus 2013

Di Negeri Ini, Kaum Dhuafa Dilarang Sakit

Mungkin itulah ungkapan yang tepat sebagai gambaran bagaimana sulitnya mendapatkan pelayanan kesehatan bagi kaum miskin (dhuafa). Biaya kesehatan merupakan kata yang "sangat menakutkan" karena ketika sakit, apalagi harus dirawat, kaum dhuafa dihadapkan pada kenyataan membayar biaya pengobatan yang teramat tinggi.

Memang, pemerintah selama ini telah memberikan layanan kesehatan bagi rakyat miskin. Mulai dari program Social Safety Net (jaring pengaman sosial bidang kesehatan) kemudian program Askeskin, dan terakhir program Jamkesmas (Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat). Pemerintah telah membuktikan betapa mereka peduli terhadap rakyatnya.

Namun, banyak yang menilai pelayanan dari pemerintah masih dilakukan setengah hati. Pemahaman program pelayanan hanya dipahami dalam kategori stakeholder pengambil kebijakan, pemberi pelayanan kesehatan dan pengelola dana. Sementara kebutuhan riil bagi masyarakat miskin masih banyak terabaikan. Belum lagi jika dilihat dari kualitas pelayanan yang diberikan. Buktinya, tetap saja banyak orang miskin yang masih sulit mendapatkan pelayanan kesehatan.

Bagi sebagian dhuafa, jangankan untuk biaya pengobatan, menggunakan ambulance saja mereka harus bayar. Alat transportasi kesehatan yang dahulu gratis ini, seiring dengan kebijakan yang terus bergulir, kini tidaklah gratis lagi. Sektor kesehatan yang dahulu adalah sektor sosial, kini telah menjadi sektor komersil. Fasilitas kesehatan rupanya masih menjadi barang mewah di negeri ini.

Bagi keluarga dhuafa, ketika biaya pengobatan rumah sakit telah cukup memberatkan, sampai kemudian ujian kematian menjadi bagian takdir kehidupan si sakit. Mereka dihadapkan pada masalah baru, biaya penyewaan mobil jenazah yang mahal. Kemana mereka harus meminta bantuan ?.

Mencintai Kaum Dhuafa

Kehidupan masyarakat kita belakangan ini memang seringkali melupakan kita akan kehidupan saudara-saudara kita yang hidup dalam serba keterbatasan. Katanya kehidupan bangsa ini semakin maju dan sejahtera dalam bidang ekonomi. Dimana-mana ada pembangunan berbagai macam perumahan modern dan mal-mal berdiri dengan megahnya. Tetapi kita juga tidak bisa pungkiri pula disamping lingkungan masyarakat kita sendiri masih banyak yang serba kekurangan.

Kaum dhuafa adalah kelompok manusia yang dianggap lemah atau mereka yang tertindas. Adalah mereka yang tak bisa hijrah karena terhalang baik sosial maupun ekonomi fakir dan miskin tertekan keadaan bukan karena malas, mereka yang kurang tenaga (bukan karena malas), mereka yang kurang kemampuan akalnya (bukan karena malas) dan atau mereka yang terbelakang pendidikannya. Itu adalah sebagian dari pengertian kaum dhuafa.

Kita mengetahui bahwasannya Rasulullah SAW adalah pecinta kaum dhuafa. Ada hadist Rasulullah SAW yang mengingatkan akan pentingnya membantu sesamanya dalam berbagai hal yang berkaitan dengan kebaikan yang artinya "Seorang Muslim adalah saudara Muslim yang lain. Siapa saja yang berusaha memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah SWT akan memenuhi kebutuhannya. Siapa saja yang menghilangkan kesusahan dari seorang Muslim, Allah SWT akan menghilangkan salah satu kesusahannya pada Hari Kiamat". (HR. Muttafaq 'alaih).

Perjalanan hidup ini berliku-liku, dan pasang surut. Terkadang terasa enak namun juga kadang terasa tidak enak, akan tetapi semua rasa itu tergantung bagaimana kita menyikapinya. Seperti tatkala menyaksikan anak-anak gelandangan yang seringkali kita lihat bertebaran di pinggir jalan, kalau pola pikir kita bermuatan "negatif", maka kita akan melihat "sampah-sampah" berkeliaran yang hanya membuat sesak di muka bumi ini.

Namun, jika muatan pola pikir kita positif, maka kita akan berfikir, kasihan akan nasib mereka yang tidak seberuntung kita. Kemudian kita akan mencari-cari cara bagaimana untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sekolah mereka agar menjadi layaknya seorang manusia. 

Dan diantaranya tandanya menyayangi kaum dhuafa adalah kita akan menyisihkan sedikit rejeki yang kita dapatkan buat mereka. Sesungguhnya Allah SWT yang telah memberikan "modal" berupa kesehatan sehingga kita bisa bekerja, lalu Allah SWT pulalah yang telah mengaruniakan hasil yang baik dari pekerjaan kita ini.

Penduduk Indonesia ini bejumlah kurang lebih 220 juta. Katakan saja umat Islam di Indonesia negeri kita tercinta ini berjumlah 150 juta jiwa. Kalau seandainya semua umat Islam di Indonesia mau menyisihkan 200 rupiah saja buat fakir miskin maka Indonesia telah mampu mengumpulkan uang 1,5 milyar dalam sehari. Bagaimana jika seminggu ? Setahun ? Tentunya akan banyak sekali jumlahnya. Dan kita memerlukan akan kepedulian terhadap dhuafa yang akan bisa mendorong dan membantu peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Kita harus bisa meneladani contoh Rasulullah SAW dalam memberikan kasih sayangnya dan cintanya beliau kepada kaum dhuafa ini. Karena sebagai umat Rasulullah Muhammad SAW kita diharuskan menjalankan sunnah-sunnah beliau dalam mengaplikasikan kedalam kehidupan kita sehari-hari.

Peduli Terhadap Kaum Dhuafa

Kepedulian sosial merupakan salah satu aspek penting dalam ajaran Islam. Sebagai agama yang agung dan luhur, Islam mendorong umatnya untuk selalu peka pada penderitaan kaum dhuafa dan peduli membantu orang-orang yang hidup dalam kemiskinan dan kekurangan. Banyak ayat dan hadits yang mesti dijadikan pengingat kelalaian dan kealpaan kita dalam membantu dan mencintai orang-orang yang fakir dan miskin. 

Dalam Al-Hasyr ayat ke 7 kita diingatkan bahwa harta kekayaan tidak boleh berputar hanya di tangan kelompok kaya saja. Dalam Az-Zariyat ayat ke 19, Allah SWT pun menegaskan bahwa di dalam kekayaan kita sesungguhmya terdapat hak golongan fakir miskin.

Peringatan di atas sudah selayaknya menyadarkan kita dari keserakahan terhadap yang dianugerahkan Allah SWT. Kehidupan kita yang bergelimang harta tak seharusnya melupakan kehidupan orang-orang yang menderita di sekitar kita.

Egoisme dan sikap masa bodoh mesti dikikis dari jiwa muslim sejati. Sebaliknya, sikap pemurah, belas kasih, dan suka menolong layak untuk untuk terus ditumbuhkembangkan. Baginda Rasulullah SAW telah memberikan keteladanan yang patut ditiru dan diikuti.

Diriwayatkan bahwa seorang lelaki meminta kepada beliau, lalu ia memberinya sekawan-kawan di antara dua buah bukit. Kepedulian dan kecintaan beliau terhadap orang-orang miskin tak lagi dapat dipungkiri. Demi orang miskin, beliau tak ragu untuk membantunya.

Suatu hari, seseorang menghadap beliau dan meminta sesuatu. Beliau bersabda, “Tidak ada sesuatu padaku, akan tetapi belilah kamu sesuatu atas namaku. Apabila datang kepada kita sesuatu kita akan melunasinya”.

Sungguh suatu teladan yang mengagumkan. Sekalipun beliau bukan seorang konglomerat, bukan orang yang kaya raya dan bergelimang harta benda, toh beliau peduli dan memberikan perhatian penuh.

Di tengah kekayaan yang kita miliki, adakah getar hati untuk mengikuti serta meneladani sikap Rasulullah SAW terhadap kaum dhuafa ? Ingatlah pada sabda beliau, “Serahkan sedekahmu sebelum datang suatu masa ketika engkau berkeliling menawarkan sedekahmu. Orang-orang miskin akan menolaknya seraya berkata : Hari ini kami tidak perlu bantuanmu, yang kami perlukan adalah darahmu”.

Fenomena realitas yang muncul belakangan ini merupakan indikator ke arah itu. Prediksi Rasulullah SAW sudah seharusnya kita renungi. Munculnya tindak kekerasan, perampokan di siang bolong, kejahatan yang sudah tidak mempedulikan lagi darah dan nyawa korban, boleh jadi merupakan tanda-tanda dari rendahnya tingkat kepedulian kita terhadap kaum dhuafa.

Harta kekayaan adalah amanat dan ujian. Sebagai amanat, harta kekayaan mesti dipelihara dan dijaga penyalurannya agar tidak jatuh pada jalan kemaksiatan. Sebagai ujian, harta kekayaan adalah sesuatu penentu masa depan kita di akhirat : surga atau neraka. Ini artinya bahwa harta kekayaan yang kita miliki (dari mana asalnya dan bagaimana penyalurannya) akan menentukan posisi kita kelak.

Harta kekayaan yang berasal dari usaha yang halal dan disalurkan untuk kepentingan amal shaleh, termasuk di dalamnya membantu orang-orang miskin, maka bagi pemiliknya akan ditempatkan Allah SWT di surga. Rasulullah SAW menegaskan, “Segala sesuatu ada kunci, dan kunci surga adalah mencintai orang-orang miskin”.

Bagi hartawan, harta kekayaan dan kaum dhuafa merupakan “proyek” kebahagiaan di akhirat kelak. Kelompok yang kaya raya, mestinya bersyukur karena dilimpahkan Allah kepadanya alat dan fasilitas menunju surga. Kebahagiaan di akhirat jauh lebih baik dibanding kebahagiaan yang di dunia yang serba nisbi dan relatif.

Sebaliknya, harta yang diperoleh dari usaha yang haram, atau harta halal yang disalurkan tidak sejalan syariat Islam maka baginya siksa neraka yang berat tiada tandingannya. Tidak peduli pada orang-orang miskin merupakan satu di antara sebab kesalahan kita dalam menyalurkan harta kekayaan. Tak aneh bila orang kaya yang mengabaikan orang miskin diancam dengan neraka sebagai tempat kembali.

Rasulullah SAW mengingatkan, “Kelak di hari akhirat, ketika penduduk neraka ditanya penghuni surga mengapa mereka masuk neraka, mereka menjawab : dahulu kami tidak melakukan shalat, dan tidak memberi makan orang miskin”.

Karenanya, siapa pun kita sudah segera menyadari untuk peduli pada orang-orang miskin. Di sekitar kita, masih banyak yang hidupnya pas-pasan, bahkan yang sedikit kekurangan. Masih banyak saudara kita yang hanya untuk makan saja perlu ngutang sana ngutang sini. Tidak tergetarkah hati kita untuk membantunya ?.

Insya'allah, harta kekayaan yang kita sedekahkan tidak akan membuat kita jatuh miskin. Bahkan harta kekayaan kita akan terus melimpah dan bertambah. Demikian itu, adalah realitas yang kerap sulit dipahami banyak orang. 

Untuk menjadi seorang mukmin yang baik, berkait dengan kepedulian kita terhadap kaum dhuafa, sabda Rasulullah SAW berikut sepatutnya kita renungkan : “Bukan mukmin, seseorang yang makan kenyang sementara tetangganya kelaparan”. Barangkali inilah sepercik renungan di tengah kejahatan yang semakin merebak.

Rabu, 28 Agustus 2013

Sedekahnya si Anak TK

Sedekah tidak harus banyak, sedikit tapi ikhlas lebih berharga dimata Allah SWT apalagi bila dilakukan rutin.

Cerita sederhana dari seorang anak kecil yang sudah di didik orang tuanya untuk selalu berbagi dengan orang lain yang lebih membutuhkan justru menyelamatkan jiwanya.

Sebuah rombongan murid TK dan para gurunya sedang mengadakan tour. Di tempat wisata, salah seorang anak didiknya melihat pengemis kecil, dia langsung merogoh sakunya dan memberikan satu lembar uang lima ribu.

Gurunya melihat peristiwa itu lalu menegurnya, ”Jangan banyak-banyak sayang kalau memberi pengemis!!”. Si bocah kecil menjawab,”Kasihan dia Bu!”.

Gurunya sejenak tertegun dengan jawaban si bocah tadi, Ibu guru tersebut malah justru terkesan dengan muridnya yang dermawan tersebut. Sampai-sampai dia menceritakan hal itu kepada guru-guru yang lain.

Ketika rombongan pulang dari tempat wisata tiba-tiba bus yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan. Beberapa anak-anak murid TK tersebut meninggal dunia dan selebihnya terluka, baik luka parah maupun luka ringan.

Ketika orang tuanya mencari-cari dengan gelisah tentang keberadaan dan kondisi anaknya, seorang guru yang sedang terbaring di tempat tidur rumah sakit berkata kepada orang tua bocah itu, ”Pak-Bu, anak bapak selamat. Mungkin karena keajaiban sedekah ya pak!? Tadi saya melihat anak bapak memberikan uang lima ribuan kepada pengemis kecil di tempat wisata. Bahkan saya sempat menegur, jangan banyak-banyak ya sayang tetapi anak bapak menjawab, katanya kasihan”.

Orang tua si bocah langsung mengucap syukur karena anaknya rupanya selamat, cuma luka kecil. Luka yang tidak seberapa itu menyadadarkan si ibu guru bahwa sedekah anak kecil yang diberikan dengan tulus telah menyelamatkan jiwanya.

Si Ibu guru telah disadarkan dengan perilaku muridnya yang selama ini belum pernah diajarkan olehnya. Subhanalloh.

Sedekahnya Tukang Tambal Ban

Seorang tukang tambal ban yang lima tahun lalu seringkali terkena obrakan, sebab lapaknnya atau tempatnya berada di tepi jalan. Suatu ketika di pagi hari, ada seorang temannya yang mampir ke tempatnya.

Ketika mereka asyik berbicara, tiba-tiba seorang pengemis berdiri meminta. Si tukang tambal ban merasa terganggu dengan kehadiran pengemis tersebut. Dia menolaknya, dan pengemis itu pun berlalu. Demikian berturut-turut hingga ada beberapa pengemis yang selalu ditolaknya.

Kawannya bertanya, “Disini banyak pengemis yang datang ya?”. “Wah kalau dituruti, sehari bisa puluhan orang. Saya selalu menolak mereka, buat apa mengajari orang malas”. Kata si Tukang tambal itu. Kawannya diam sejenak. Lalu berbicara, “Kalau boleh menyatakan, sebaiknya jika ada pengemis jangan ditolak. Meskipun seratus perak. berikanlah kepadanya!”.

Si tukang tambal ban tersenyum kecut dan menanggapi dengan sikap dingin. “Pengemis sekarang bukanlah orang yang benar-benar miskin. Di daerahnya, mereka memiliki rumah besar, ternak banyak, dan sawah luas. Mengemis dibuat sebagai mata pencaharian. Jika menuruti pengemis, bisa bangkrut aku. Sedangkan sejak pagi tak satupun kendaraan yang berhenti untuk mengisi angin atau pun minta ditambal”.

Temannya berusaha menasehati dengan bijak, ”Berpikir begitu boleh-boleh saja, tetapi saya tetap yakin bersedekah itu lebih bermanfaat dan menguntungkan diri sendiri. Aku menggemarkan diri bersedekah sudah beberapa tahun lalu”.

“Kamu berbicara begitu karena memang sudah pantas melakukan sedekah, sebab penghasilanmu besar, punya mobil, dan rumah bagus. Sedangkan diriku!? Hanyalah seorang tukang tambal ban.tidak lebih dan tidak kurang!”.

“Aku dulu juga seperti dirimu, kau tahu kan? Kehidupanku compang-camping. Sekarang makan, besok harus hutang ke tetangga. Tetapi aku tidak pernah berhenti bersedekah. Maaf ini bukan pamer atau pun membanggakan diri, tetapi maksudku berbagi pengalaman denganmu. Setiap ke masjid, aku selalu memasukan uang meskipun hanya recehan. Setiap ada pengemis datang selalu kuberi jika memang masih ada uang, tetapi kalau lagi tidak ada air minum saja juga sudah sangat senang. Itu kulakukan secara istiqomah. Dan sungguh, aku mengalami sebuah kejadian luar biasa. Rejekiku sangat lancar, setiap ada rencana selalu berhasil, setiap transaksi selalu sukses, apa saja yang kulakukan selalu membawa berkah hingga kamu lihat sendiri seperti sekarang ini”. Kata temannya itu menambahkan.

Si tukang tambal ban tidak segera menjawab, dia tampaknya sedang berpikir. Temannya lalu berkata lagi, “Memberi sedekah tidak harus kepada pengemis, kamu bisa mengulurkan tanganmu kepada sanak saudara atau siapa saja.asalkan ikhlas”.

“Benar dan sedekah yang lebih tinggi harganya ialah ketika dirimu dalam keadaan sempit, jangan menunggu kaya baru bersedekah. Saat sekarang ini kamu harus memulainya”. Begitu temannya dengan sangat bijak dan mengena memberikan saran.

Si tukang tambal ban mulai bisa menangkap makna memberi, dari kata-kata temannya tadi terutama kondisi dulu yang menyatakan kalau dirinya juga berawal dari orang yang tidak punya karena tidak punya pekerjaan tetap. Maka dia pantas dipercaya karena keadaanya memang sudah mapan dibandingkan dengan dirinya.

Keesokan harinya, si tukang tambal ban mulai menyediakan uang recehan. Selama uang recehan masih ada, ia tidak pernah menolak pengemis yang datang. Kecuali jika sudah habis jatahnya baru ia menolaknya, bahkan setiap pergi ke masjid dia tidak pernah melupakan sedekah ke kotak infaq.

Semenjak itu rejekinya lancar, setiap hari sejak pagi hingga petang sambung-menyambung motor yang berhenti minta ditambalkan atau pun sekedar mengisi angin. Bahkan dua keponakannya yang menganggur diajaknya membantu pekerjaan itu.

Sekarang si tukang tambal ban telah memiliki tabungan, dari tabungannya dia mampu menyewa tempat dan membangunnya meskipun tidak permanen. Sehingga dia kini bisa bekerja dengan tenang karena tidak harus dikejar-kejar polisi pamong praja.

Seiring waktu, si tukang tambal ban tidak hanya melayani jasa menambal atau mengisi angin tetapi berkembang menjadi sebuah usaha ban kanisir. Bahkan dia mempunyai puluhan pelanggan perusahaan jasa angkutan. Kalau dulu dia menerima uang recehan dari pelanggannya, sekarang dia menerima cek dari perusahaan sebagai pembayaran ban kanisir. Anak buahnya semakin bertambah.

Keadaan hidup si tukang tambal ban telah mapan, dia bisa membeli rumah dan mobil. Setiap tahun zakat malnya dibagikan di kampung halamannya untuk orang-orang miskin dan yatim piatu. Bahkan dia telah berangkat haji bersama istrinya.

Si tukang tambal ban berhasil membuka tabir misteri keajaiban sedekah, sekarang dia benar-benar percaya bahwa sedekah itu sangat memberikan manfaat yang luar biasa seperti saran temannya dulu yang diawalnya dia tanggapi dengan sikap dingin. Subhanalloh.

Senin, 26 Agustus 2013

(Tidak) Banyak Pemuda Indonesia yang Peduli terhadap Kaum Dhuafa

Pemuda adalah suatu umur yang memiliki kehebatan sendiri, ibarat matahari maka usia muda ibarat jam 12 ketika matahari bersinar paling terang dan paling panas. Pemuda mempunyai kekuatan yang lebih secara fisik dan semangat bila dibanding dengan anak kecil atau orang-orang tua. Pemuda mempunyai potensi yang luar biasa, bisa dikatakan seperti dinamit bila diledakan. Subhanallah...!!!.

Sejarah pun juga membuktikan bahwa pemuda berperan penting dalam kemerdekaan. Dimana saja, di negara mana saja kemerdekaan tak pernah luput dari peran pemuda. Karena pemudalah yang paling bersemangat dan ambisius memperjuangkan perubahan menuju lebih baik. Maka dari itu jika ingin Indonesia menjadi lebih baik maka perbaikan itu yang utama ada di tangan pemuda, perbaikan itu akan tegak dari tangan pemuda dan dari pemuda.

Pemuda mempunyai banyak potensi, akan tetapi jika tidak dilakukan pembinaan yang terjadi adalah sebaliknya. Potensinya tak tergali, semangatnya melemah atau yang lebih buruk lagi ia menggunakan potensinya untuk hal-hal yang tidak baik. Sekali lagi, pemuda adalah usia dan sosok yang hebat, tapi tidak semua pemuda hebat. Pemuda yang hebat adalah pemuda yang "BERANI BERMIMPI DAN BERNIAT, SERTA BERANI BERBUAT". Mana mungkin kita sebagai pemuda bisa maju jika bermimpi saja tidak berani. Impian adalah cita-cita, maka beranilah bermimipi, dan impian juga akan menimbulkan semangat. Semangat ibarat api yang akan memicu ledakan potensi yang luar biasa. Maka marilah kita miliki impian, obsesi dan ambisi. Niat saja tidak berani, bagamana bisa berbuat. Niat saja mulai sekarang, tapi yang baik-baik, karena pemuda harus punya niat. Niat menumbuhkan kesungguhan dalam beramal, keseriusan dalam berfikir serta keteguhan dalam menghadapi penghalang. Niat yang sempurna adalah niat karena Allah dengan landasan iman, dengan niat karena Allah kita akan mendapat ridho-Nya, Insyaallah...!!!. Jika sudah punya mimpi dan percaya akan kemampuan sendiri maka yang berikutnya ialah siap action. Yup berbuat, berani untuk melakukan aksi-aksi perubahan. Berani mencoba untuk sebuah kemenangan tanpa takut gagal, ingatlah bahwa kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Memulai adalah hal yang sulit kata sebagian orang, setelah itu akan berjalan lancar. Maka kita harus berani memulai, walaupun sulit coba dulu Insyaallah berikutnya berhasil. Tidak perlu ditunda-tunda mulai dari sekarang, tidak perlu menunggu orang lain mulai dari diri sendiri saja. Berani beraksi adalah wujud konsisten kita pada apa yang kita yakini, kita impikan. Kita memimpikan Indonesia menjadi lebih baik maka berani beraksi untuk perbaikan tersebut sesuai dengan kreativitas kita adalah hal yang hebat. Dari yang kecil tidak masalah, yang penting kita berani. Tatap dunia, hadapi jangan bersembunyi, jangan hanya bicara tapi berbuat, beramal. Kita tunjukan bahwa kita pemuda, kita tidak diam tapi bergerak menuju perbaikan yang lebih baik. Bahwa kita tidak duduk, tapi kita berjuang.

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama ? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin" (QS. 107 : 1-3). Saat ini sangat banyak kejadian dalam kehidupan masyarakat yang membutuhkan bantuan dan uluran tangan kita. Akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan, yang belum ada ujungnya. Kemiskinan yang mendera masyarakat selama ini memunculkan banyak kaum dhuafa (kaum lemah). Kaum dhuafa terdiri dari orang-orang yang terlantar, fakir miskin, anak-anak yatim, dan orang cacat. Kaum dhuafa ialah orang-orang yang menderita hidupnya secara sistemik, para dhuafa setiap hari berjuang melawan kemiskinan. Kaum dhuafa korban dari kenaikan harga BBM, dan barang-barang kebutuhan lainnya. Kaum dhuafa cerminan ketidakmampuan negara dalam memelihara mereka, para dhuafa secara sendirian harus berjuang melawan sistem kapitalisme. Kaum dhuafa adalah orang-orang miskin yang ada di jalanan, di pinggiran, dan di sudut-sudut lingkungan kumuh. Mereka bekerja sebagai pemulung, para pedagang asongan, pengemis jalanan, buruh bangunan, dan abang becak. Lantas, apa yang harus dilakukan ?.

Selayaknya kita (pemuda) merasakan suka dan duka bersama kaum dhuafa. Agama memberikan isyarat sangat jelas untuk mengeluarkan zakat kepada kaum dhuafa. Zakat adalah perintah untuk mensucikan diri yang dibagikan kepada orang-orang yang lemah. Mereka merupakan orang-orang yang tertindas yang memerlukan pertolongan manusia yang lainnya. Membiarkan mereka dalam penderitaan, berarti menyia-nyiakan agama. Mereka seharusnya dikasihani dan dilindungi hak-haknya. Kaum dhuafa merupakan bentuk ketidakadilan sistem yang patriarkhial, sistem dominasi melanggar hak-hak hidup orang lain. Misalnya, hak memperoleh makan dan minum serta pekerjaan layak. Para kaum dhuafa tidak memperoleh hak tersebut karena uang untuk mereka di korupsi, dirampas oleh orang-orang tidak bertanggung jawab. Orang miskin semenjak dulu kala kehidupannya dililit oleh kemiskinan, miskin segala hal. Miskin pengetahuan dan kesempatan melakukan perubahan, miskin pendidikan yang mampu merubah keadaan hidupnya. Akibatnya, hidup mereka secara turun-temurun berada dalam lingkaran kemiskinan. Kaum dhuafa disebut oleh Nabi Muhammad sebagai orang-orang yang sangat dekat dengan Nabi kelak di akhirat. Hidup mereka lebih berharga dan tehormat dari pada mereka yang makan uang rakyat. Maka sudah selayaknya, sebagai umat Nabi Muhammad SAW untuk membela kepentingan para dhuafa. Apabila kaum dhuafa dibiarkan menderita, maka bangsa ini akan mendapatkan generasi-generasi lemah dan tidak berdaya. Apabila generasi itu lemah, tentu bangsa ini akan rapuh dan gagal. Bangsa yang lemah, akan mudah musuh-musuh menyerang dan merongrong bangsa. Rongrongan tersebut beragam cara, misalnya nampak nyata penjajahan ekonomi dengan permainan harga BBM. Negara tidak mampu mengontrol lagi harga standar sesuai dengan kemampuan daya jangkauan masyarakatnya, harga-harga dipermainkan kepentingan global. Akibatnya rakyat makin sulit memperoleh hak-hak hidup yang layak.