Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Kamis, 24 Juli 2014

Kan Kucari Pengikat Cahaya Ramadhan

Satu bulan cahaya ramadhan lembut bersinar
Benderangkan dian nurani nan mulai pudar
Kesuciannya tulus membersihkan
Keagungannya teduh memuliakan

Sungguh, lemah adalah fitrah insan
Maka ramadhan telah menguatkan
Lalai dan lupa kadang menguasai
Salah dan khilaf diam-diam menodai
Namun ramadhan ikhlas mengajari
Untuk senantiasa memperbaiki diri

Cahaya ramadhan merasuki tubuhku
Melalui ubun-ubun, jantung lalu terangi kalbu
Menembus pori-pori hingga larut menadi
Memperkaya batin dengan kalam Illahi

Cahaya ramadhan miliki keistimewaan
Melangitkan doa hingga dikabulkan
Mampu rontokkan jelaga seberinda raga
Bersihkan dinding hati dari selaput dosa

Perjalanan ramadhan kini hampir usai
Namun bukan berarti ibadahku selesai
Kan kucari pengikat cahaya ramadhan
Temalikan keutamaannya sebelas bulan kemudian
Agar senantiasa bersemayam di dasar jiwaku
Menjaga segenap pikiran, lisan dan perbuatanku

Ya Rabb, rinduku belumlah terobati
Dahagaku akan berkahnya belum terpuasi
Sempurnakan penghambaanku kepada-Mu
Curahkan ampunan dan ridho-Mu padaku
Sampaikan aku pada ssedalam makna kefitrian
Pertemukan aku dengan ramadhan tahun depan

Ki Sunda dan Kaum Dhuafa

Ki Sunda secara sederhana dapat diartikan etnis Sunda. Ternyata. Dalam perhelatan politik nasional (baca: Pilpres) belum mampu memberi warna. Tentunya. Warna dominan sebagai calon presiden atau wakil presiden Indonesia.
Banyak pakar politik dan budaya menghembuskan wacana. Bahwa: etnis Sunda perlu tandang makalangan dalam kancah politik Tatar Nusantara. Mengingat, urang Sunda merupakan populasi terbesar ke-dua.
Fakta. Ki Sunda belum mendapat perhatian sehingga belum dipercaya. Sejatinya. Calon presiden atau wakil presiden merupakan orang yang dipercaya minimal oleh partai pengusungnya.
Mengapa? Tentu perlu diteliti dan dibahas bersama-sama. Setidaknya. Kepercayaan itu diperoleh setelah teruji dan terbukti kebenarannya. Dalam Qur’an Surat Ali ‘Imran ayat 140 Alloh berfirman: Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada.
Alloh SWT sekalipun menguji manusia. Menguji keimanannya. Menguji ketaqwaannya. Peristiwa perang Uhud bisa kita baca dalam Al-Qur’an Mulia. Alloh SWT menguji manusia dengan kekalahan di medan laga. Ternyata. Ada beberapa manusia yang lari dan meninggalkan Rasul-Nya. Sebagian lagi maju dan mengorbankan jiwa dan raga. Menjadi Syuhada. Syuhada inilah yang lulus ujian dari Yang Maha Kuasa.
Begitu pula. Fitrah manusia cenderung percaya kepada hal-hal yang telah teruji dan terbukti kebenarannya. Sudahkah Ki Sunda melewati masa-masa ujian untuk membuktikan kehebatannya?
Bagi urang Sunda cukup banyak tokoh yang dipandang cakap dan memiliki kharisma. Mereka diantaranya adalah Marty Natalegawa, Ginandjar Kartasasmita, Mohamad Surya, Agun Gunandjar Sudarsa dan Gandjar Kurnia. Tokoh Sunda terdahulu diantaranya Umar Wirahadikusumah dan Otto Iskandar Dinata.
Berkaca ke masa lampau dan menatap masa yang ada di depan mata, rasanya tidak susah mencari tokoh Sunda. Banyak tokoh Sunda yang telah teruji dalam profesi dan kapasitasnya. Tapi mengapa? Ki Sunda belum mampu merebut hati masyarakat Indonesia.
Mencermati karakter calon presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto nampaknya ada yang sama. Persamaan yang membuat 2 orang etnis Jawa ini dominan dalam berbagai survey yang ada. Keduanya sama-sama menyayangi dan dekat dengan kaum dhuafa.
Para pedagang kecil dan tunawisma adalah kaum lemah (dhuafa) yang kerap menjadi perhatian Jokowi waktu menjabat Walikota Surakarta dan Gubernur Jakarta. Para pedagang di pasar tradisional dilindungi dengan dibuatkan kios-kios yang layak guna. Di Surakarta, kehadiran pemodal besar yang mengusung konsep waralaba dibatasi sehingga tidak menggusur nasib rakyat jelata. Pantas saja. Tatkala, Jokowi maju dalam pemilihan Gubernur Jakarta, banyak warga masyarakat Surakarta yang tidak rela melepas kepergiannya ke Ibu Kota. Saking sayangnya!
Demikian juga dengan Prabowo Subianto yang maju sebagai Capres diwakili Hatta Rajasa. Prabowo dikenal sangat dekat dengan dhuafa. Seorang teman saya yang menjabat Babinsa di sebuah Koramil menjadi saksinya. “Pak Prabowo senantiasa bertanya dan ingin tahu kebutuhan bawahannya,” ungkapnya.
Selain dekat dengan bawahan saat masih aktif sebagai tentara, ternyata Prabowo pun dekat dengan para petani yang mayoritas belum berdaya. Tak heran, Prabowo dipercaya menjadi Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia.
Kedekatan Jokowi dan Prabowo dengan kaum dhuafa ternyata membawa energi positif bagi keduanya. Energi positif tersebut menjadi magnet bagi media massa untuk mempublikasikan apa-apa yang diperbuat keduanya. Tentu, yang sangat populer di masyarakat adalah energi positif yang dikeluarkan Jokowi ketika mendorong adanya mobil nasional Esemka dan menambah ruang terbuka hijau di ibu kota.
Karakter Jokowi santun dan sederhana. Karakter Prabowo kuat dan penuh kharisma. Itu terbentuk secara alami dan mengalir apa adanya. Intinya mereka mendapatkan kepercayaan masyarakat setelah teruji energi positif yang dikeluarkannya gak ada matinya. Energi positif yang diperoleh setelah secara ikhlas membantu kaum dhuafa.
Hal positif Jokowi dan Prabowo tentu perlu di contoh oleh urang Sunda. Apalagi dalam bahasa Sunda dikenal istilah ngabandungan yang sarat dengan makna. Ngabandungan yang berarti tidak hanya mendengar tapi juga memahami apa yang didengarnya. Ngabandungan apa yang terjadi di masyarakat dan ngabandungan keluh kesah kaum dhuafa.
Malaikat Jibril menurunkan wahyu kepada Rasululloh yaitu permulaan surat Al Insaan atau Hal Ata dengan latarbelakang peristiwa keluarga ‘Ali Karomallohu wajhah memberi makan kaum dhuafa. Seperti diriwayatkan Ibnu Abbas: keluarga ‘Ali-Fatimah mengucapkan nazar untuk kesembuhan Hasan-Husain putranya. Mereka mengucapkan nazar apabila Hasan-Husain sembuh dari sakit keras yang dideritanya mereka akan melakukan puasa 3 hari lamanya.
Setelah Hasan-Husain sembuh ‘Ali-Fatimah pun melaksanakan nazarnya. Saat mereka hendak berbuka tiba-tiba datang orang miskin (dhuafa) meminta makan maka diserahkannya hidangan berbuka dan mereka berbuka dengan segelas air saja. Demikian juga saat berbuka pada hari ke-dua dan ke-tiga. Mereka dimintai makanan oleh anak yatim pada hari ke-dua kemudian oleh tawanan pada hari ke-tiga. Selama tiga hari itu keluarga ‘Ali dan Fatimah berbuka dengan segelas air semata.
Pada hari ke-empat Rasululloh SAW melihat betapa keadaan fisik keluarga anak dan mantunya (keluarga ‘Ali) tampak tidak berdaya. Bahkan, ketika Rasululloh melihat anaknya (Fatimah) melaksanakan shalat tidak kuasa menahan iba. Mata Fatimah cekung dan perutnya seakan-akan rata. Kala itulah, Jibril turun menyampaikan wahyu-Nya. Keluarga nabi telah menjadi insan kamil atau manusia yang sebenarnya.
Tentu tidak sedikit urang Sunda yang dekat dengan kaum dhuafa. Tetapi mengingat media massa lebih menyorot inohong Sunda yang ada dari sisi kinerja, nama orang-orang shaleh itu tidak pernah mengemuka. Apakah inohong-inohong Sunda sudah dekat dan berpihak kepada dhuafa? Silahkan bandungan bersama-sama.

Rabu, 23 Juli 2014

Kampung Tasripin Arena Pelampiasan?

14060968861738947689
ngrumput untuk pakan ternak_koleksi pribadi
Sebenarnya bukan untuk membuka yang sebenarnya bahwa kita itu yang memulai melampiaskan Tasripin dan penghuni kampung Pesawahan Desa Gununglurah Kec.Cilongok Kab. Banyumas yang terletak di Jawa Tengah. Singkat cerita sebenarnya kita dari komunitas masyarakat desa hutan di Jawa Tengah dengan pasukan garda depan para pelajar/siswa tingkat menengah sebut saja Boarding School “Mbangun Desa” sebuah lembaga pendidikan layanan khusus bagi anak-anak dengan latar belakang kehidupan yang cukup terpencil, terbelakang, terisolir, dan yang pasti keluarga yang dekat dengan berbagai keterbatasan sehingga anak-anak usia sekolah SMA tidak bisa sekolah, itulah kenapa kurang lebih 32 siswa yang berasal dari 5 kabupaten di Jawa Tengah itu menjadi tinggal bersama kita di bangunan pendopo eks balai desa dengan ditambah gubung-gubug pembelajaran semi permanen, di atas lahan yang ngontrak tentunya, karena kita belum punya asset sendiri. Ya tapi kami punya cukup modal yang cukup, baik itu modal sosial dan yang paling penting modal kemauan yang kuat dari hati yang semoga menjadi tidak luntur karena tulisan ini.
2011 kami mulai berjalan menyusuri jalan berbatuan, melewati 3-5 tanjakan berbukit yang dikanan-kirinya menjulang tinggi hutan dengan kondisinya, yak arena akses jalan kesana saat itu masih jalan berbatu dan harus melewati hutan Indonesia, karena statusnya kampung Pesawahan ada di lereng Gunung tertinggi di Jawa Tengah.
Dan pada prinsipnya kampung itu kita jadikan labsite anak-anak boarding school “Mbangun Desa” karena salah satu standar kompetensi anak didik nantinya harus mampu menjadi calon kader pembangun desa, paling tidak untuk desanya sendiri. Kegiatan pun mulai berjalan dengan hilir mudik harus terus berjuang dengan mencoba berbagi dan masuk lebih dalam pada kehidupan masyarakatnya.
Dan singkat cerita akhirnya kita putuskan untuk membuat program bagi siswa untuk bersepakat untuk sedikit sombong katakanlah membantu program pemerintah, karena konteknya anak-anak belajar latihan menjadi tukang sensus penduduk, yang akhirnya ketemu dan kita peroleh data kampung pesawahan, ya kurang lebih sudah berjalan 1 tahun-an, ketemulah Keluarga termiskin saat itu, Keluarga Tasripin Bocah Ajaib dengan 3 adiknya (rianti, dandi, dan daryo) yang cukup menjadi perhatian public,karena sejak dini sudah menjadi kepala keluarga, dan ini menjadi perhatian sampai-sampai orang no.1 di negeri ini pun sampai mengutus staff ahlinya untuk mengirim uang 100 juta lho…cas tanpa perantara siapapun. Dan itu yang jelas terlihat, ya saat itu April 2013 belum lagi bantuan dari berbagai sumber ya kurang lebih Tasripin pun mendadak menjadi anak terkaya saat itu di jawa tengah kali yaa..karena deposit tabungannya kurang lebih 400 jutaan, belum lagi bantuan yang berujud benda, makanan dan lain sebagainya, subhanalloh, inilah yang menurut saya dibalikkeprihatinan susah tapi ulet membawa berkah.
Tasripin pun menjadi pahlawan bagi kampungnya, dibalik kemiskinan yang melilitnya, namun bocah yang berperan jadi kepala keluarga itu pun akhirnya, See more at: http://www.kopertis12.or.id/2013/04/15/tasripin-bocah-sekecil-itu-menanggung-beban-keluarga.html#sthash.3TY5GaJH.dpuf menjadi sorotan berbagai media cetak bahkan media televisi pun tidak berhenti diberbagai acara yang dihelat, satu dampak yang sangat terasa bagi seluruh penghuni kampung pesawahan adalah karena akses jalan menuju kampung tasripin sekarang sudah begitu mudah untuk dilewati ya sangat mudah karena sudah teraspal dengan rapi.
Dan babak baru pun dimulai, peran yang biasa dilakukan oleh anak-anak boarding school mbangun desa pun, hasil sensus pun menjadi titik balik yang kemudian kita di tahun pelajaran 2013/2014 tepatnya 1 tahun yang lalu bahkan persisnya di bulan Ramadhan anak-anak Mbangun Desa pun mendirikan sebuah gazebo atau gubuk dari bamboo maksud hati sebagai tempat pembelajaran karena kita akan memulai babak baru…ya babak baru menjadi siswa yang terus belajar dan akan membelajarkan (memberikan layanan pendidikan setingkat SLTP) melalui jalur dunia Madrasah Tsanawiyah (MTs) dengan nama “PAKIS”. Lebih jelasnya bisa dilihat di http://edukasi.kompasiana.com/2014/07/16/cangkul-bisa-untuk-daftar-sekolah–664574.html.
1406104129753224644
mbangun ruang belajar di pinggir hutan_koleksi pribadi
1406104216320779750
siswa MTs belajar dengan fasilitas apa adanya_koleksi pribadi
Kampung Tasripin pun benar-benar menjadi objek bahkan ajang pelampiasan bagi banyak orang akhirnya, dalam hal ini bukan hanya pelampiasan belajar anak-anak boarding school mbangun desa, namun ajang untuk menjadi pahlawan yang bangun kesiangan, biasa adat masyarakat kita yang kadang seolah-olah paling ngerti dan mau menjadi pahlawan, tapi shi kita tidak masalah, kita tetap jalan pada roda yang sedang kita inisiasi, ya berjalan di ril kendaraan realitas kehidupan khususnya persoalan pendidikan yang begitu kompleks dikampung itu.
Genap 1 tahun pas bulan puasa, berkah buat kita boarding school mbangun desa, karena tidak pernah terbayang bahkan termimpikan pun belum saat itu, diawali dari membangun ruang belajar dari bambu 3 buah dengan ukuran 4×6 meter pun baru selesai berdiri 2 buah namun belum mencapai finishing, karena kondisinya baru bisa terpakai 1 buah ruang belajar yang berada tepat di bawah pohon pinus, dipinggir telaga kumpe dan ini menjadi ruang terindah selama 1 tahun kemarin bagi anak-anak yang belajar, walau kata orang sekolah kok kaya kandang kambing, namun kita tetapspiritfulty and happiness menjalani proses belajar dan mengajarkan di kandang yang lebih jelek dari kandang kambing kata orang, tapi bagi kami ini tempat yang penuhhistory dan tak akan pernah terlupakan, karena jelas menghadap telaga ya telaga kumpe namanya yang saat ini menjadi magnet paling kuat mendatangkan banyak orang untuk melampiaskan datang ke kampungnya Tasripin.
1406104381854985858
MOPDB MTs_koleksi pribadi
14061044511594082878
nuansa baru belajar di ruang kelas baru_koleksi pribadi
Tapi berkah yang saat ini Madrasah Tsanawiyah (MTs PAKIS) jelas kami rasakan bersama-sama anak-anak MTs dan siswa boarding school Mbangun Desa adalah wujud bangunan permanen ruang kelas baru, yang itu sudah kita pakai persis di bulan ramadan 2014 sekarang ini, itupun berkah dan sekaligus dampak kegiatan yang kita lakukan dengan Tasripin, yang akhirnya SDA (Kemenag Pusat) pas Tasripin ketemu di Hotel di Jakarta beliau mengeluarkan statement kampung tasripin akan dibangun madrasah mulai dari MI,MTs,MA kalau bisa Madrasah Negeri, dan saat ini sudah berdiri megah dulu ukuran 4x 6 meter sekararang memang subhanalloh, sim salabim abrakadabrah 1 ruang belajar ukuran 7×9 meter, 2 ruang ukuran 7×8 meter, 1 ruang relawan ukuran 4×7 meter. Benar-benar mimpi yang tak terbayang, ya semoga berkah, walau kini SDA konon katanya terkena sandungan dan harus berurusan dengan KPK negeri ini, semoga tidak karena membantu kita di kampung Tasripin.
Ibarat semakin tinggi pohon maka semakin tinggi pula tantangan untuk roboh karena tertiup angin, dan yang terpenting jangan roboh karena ditebang karena hanya mendadak butuh dan dijadikan pengganti untuk pelampiasan diri, kampung tasripin dan aktifitas kita makin tahun makin berat, penuh tantangan dan perjuangan, mohon doanya ya buat kompasianer, pasalnya berharap penuh siswa lulusan SD 2 Sambirata bersekolah di MTs PAKIS namun ternyata yang ndaftar hanya 7 anak, itu pun dari kampung Tasripin baru 1, yang lain dari kampung sebelah yang Tasripin harus jalan kaki 3 km untuk sekolah SD, itulah kenapa infrastruktur yang sekarang mudah membuat orang khusnudhon saya mereka menyekolahkan anak-anaknya di wilayah di pusat yang dekat dengan Kecamatan Cilongok, dan semoga bukan karena di MTs Pakis yang masih minim fasilitas pembelajaran, dan guru yang belum ada sampai saat ini, hanya mengandalkan relawan Boarding School Mbangun Desa, mana tanggungjawab kita sebagai satu bagian yang tak terpisahkan negeri ini ? jangan hanya menjadi pahlawan di saat hiruk pikuk Tasripin saja.
Ayolah mari saling bahu membahu, angin semakin besar menerpa kita, belum lagi bagi kalangan oknum yang datang ke kampung dengan embel-embel penasaran, dan datang hanya untuk melampiaskan untuk mendapatkan kenikmatan individual dengan tidak mengindahkan di kampung itu banyak persoalan rumah yang butuhekspektasi dari banyak orang. Karena oknum yang hanya pelampiasan pribadinya hanya menikmati kenikmatan sesaat, karena benar adanya secara alamiah kampung Pesawahan kampungnya Tasripin itu benar sejuk, segar, bahkan sangat alamiah untuk dinikmati dan bagus untuk kesehatan mata, namun menjadi tidak sehat karena banyak yang sudah mulai datang dengan pasangan dengan status pacaran, hura-hura kelompok, bahkan yang menjadi sakit hati, bahkan hati ini terasa di iris-iris karena ulah para pengecut di bulan ramadhan 2014 ini, baca juga :http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/07/23/pengecut-itu-mau-menang-tapi-menyerah–665610.html . lalu apakah ini bisa di ibaratkan seperti ramainya maneuver-manuver politik di pilpres 2014 ini, yang kemarin pasalnya sudah ada sejarah dan babak baru bagi para pasangan capres, yaa barangkali babak baru dan sejarah baru ada yang menjadi pengecut sebelum pertandingan usai atau karena lupa dia sedang tanding, atau karena itu benar bahwa sebenarnya manusia itu bodoh, dan munkin ini benar adanya karena scenario Tuhan untuk menguji manusia untuk lebih piawai dalam bertanding, belum lagi para pengecut yang jelas sudah menang, eh malah banyak menyerang bahkan memberikan bumbu yang tidak sedap bahkan mencela pasangan capres yang mundur, lalu bagaimana tanggung jawab moral bangsa ini, kita masih merah putih kan kawan-kawan (Jokowi lovers/Prabowo mania) dan para kompasianer? Sudahlah kita kan boleh beropini, bercerita ngalor ngidul tapi semoga saja ini menjadi awal bagi kita untuk lebih selektif, ketika mau memilah dan mimilih perpaduan kata yang penuh kontradiksi tentunya.
Dan saya tidak mau kecewa, begitu juga kawan-kawan kompasianer nda mau kecewa kan? Mari kita fokus pada apa yang sedang kita lakukan di dunia perdesaan atau didunia maya sekalipun hanya karena niat ingin bahagia dunia akhirat dengan sedikit berbuat untuk negeri dan penghuninya, ituah kenapa saya tidak akan berharap banyak kepada presiden baru atau siapapun kalian yang memiliki kekuasaan, saya hanya akan berharap kepada Tuhan saya Allah SWT, karena petunjuknyalah kita untuk selalu berdo’a dan terus berusaha semaksimal mungkin untuk natinya akan ketemu dengan orang-orang yang berjiwa besar bukan bersua dengan mereka yang menjadi pengecut dan semoga kita akan ketemu dengan pemenang sebelum nanti kita akan menang sejatinya. Wallahu A’lam Bissawab.
14061047951701630587
pelampiasan utk kambing_koleksi pribadi

Maaf Memaafkan; Tak Sesederhana yang Diucapkan


Keberanian meminta maaf dan kerelaan untuk memaafkan sebenarnya bukan persoalan yang sederhana. Ia sarat dengan beban psikologis, kemeriahan kultural dan dimensi spiritual. Dikatakan beban psikologis karena meminta maaf itu tidak mudah. Meminta maaf itu pada dasarnya berat karena ada pertaruhan gengsi pribadi, harga diri, rasa malu, ketulusan niat dan sejenisnya.
Begitu pun sebaliknya. Memberi maaf juga tidak kalah beratnya karena harus berangkat dari kemurnian nurani untuk melupakan sakit hati yang dialami. Faktor inilah yang barang kali menjadi penyebab banyak orang saling bermusuhan dan tidak saling menyapa dalam rentang waktu yang lama meski pun mereka itu sebenarnya bersaudara.
Karena persoalan maaf memaafkan antar personal manusia pada umumnya begitu berat untuk dilakukan, maka diperlukan campur tangan kemeriahaan kultural. Maksudnya, harus ada semacam pengkondisian lingkungan yang bersifat rutin untuk mendorong terciptanya kebiasaan meminta maaf dan memberi maaf secara massal. Dengan begitu, beban psikologis peminta maaf dan pemberi maaf tidak lagi begitu berat terasa.
Pada titik inilah, tradisi umat muslim negeri ini di setiap selesai puasa ramadhan untuk saling meminta maaf menemukan garis relevansinya. Pada hari-hari itu, suasana Hari Raya Idul Fitri seakan-akan mampu menciptakan kejernihan pikiran, ketenangan batin, kesucian hati dan dorongan psikologis untuk berani meminta maaf dan siap memaafkan.
Namun, aspek psikologis-kultural ini sangat berhubungan erat dengan dimensi spiritual. Maksudnya, tidak ada satu pun jenis ilmu pengetahuan yang bisa membuktikan secara ilmiah terkait ikhlas tidaknya meminta maaf ketika Idul Fitri tiba. Tidak ada satu pun jenis penelitian yang bisa membuktikan secara empiris tentang tulus tidaknya hati seseorang yang memberi maaf dikala hari raya. Bahkan, tidak ada satu pun jenis teknologi yang mampu menunjukkan orang yang saling berkirim sms atau kartu lebaran dengan disertai kalimat-kalimat puitis yang sarat dengan kata-kata indah serta gambar-gambar unik, benar-benar berasal dari kemurnian niat.
Bisa saja orang yang meminta maaf meski sambil meneteskan air mata tidak berangkat dari kesadaran diri tapi sekedar berpura-pura. Bisa juga orang yang memberi maaf juga tidak berasal dari keikhlasan hatinya tapi lebih karena situasi yang terpaksa. Bahkan, tidak menutup kemungkinan kalau tulisan-tulisan itu hanya sekedar bagian dari ekspresi diri dalam ikut serta memeriahkan kemeriahan hari raya.
Maka persoalan maaf memaafkan kemudian sangat berhubungan dengan dimensi ketuhanan. Artinya, hanya Tuhan saja yang paling tahu siapa diantara hambaNya yang meminta maaf dan memberi maaf dengan hati yang tulus. Karena itu, wajar bila kemurnian niat peminta dan pemberi maaf kemudian mendapatkan derajat yang tinggi di sisi Tuhan. Kemuliaan derajat orang yang meminta maaf disebabkan dosa vertikalnya sudah terhapus lantaran telah dimaafkan kesalahannya oleh sesama. Sedangkan kemuliaan derajat orang yang memaafkan karena ketika mau memberi maaf, detik itu pula dia telah mensifati dirinya dengan sifat-sifat ketuhanan.
Ternyata, maaf-memaafkan itu memang bukan sekedar persoalan yang sederhana. Karena itu, menjelang idul fitri ini, dengan segala kerendahan hati, saya benar-benar memohon maaf kepada anda atas semua kesalahan yang pernah saya perbuat. Semoga pada hari raya kali ini, kita termasuk golongan minal a’idzin wal fa’izin. Amin ya robb.

Senin, 21 Juli 2014

Idul Fitri Media Menebarkan Spirit Silaturahim

1405931635771882549
silaturahim
Oleh Wahyu Tanoto
‘Idul Fitri tahun ini menjemput bangsa Indonesia dalam kondisi hubungan masyarakat yang relative belum lebur-membaur. Masih tampak jelas dalam raut wajah-wajah yang penuh dengan “ketegangan” baik antar sesama teman, kerabat, keluarga, organisasi masyarakat hingga para petinggi dan elit negeri kita ini. Alhasil, berangkat dari peristiwa tersebut maka momentum ‘Idul Fitri dapat dijadikan suatu model untuk menebarkan spirit Silaturahim di tengah masyarakat.
Memang tidak dapat dipungkiri oleh siapapun jika ‘Idul Fitri merupakan ritual semata atau dalam bahasa lain peristiwa rutin, namun sudah semestinya ‘Idul Fitri mampu menghadirkan makna kehidupan yang lebih mendalam yang terinternalisasi bagi setiap manusia. Dengan begitu, setidaknya ‘Idul Fitri tidak hanya sebagai perayaan “boros” yang menghamburkan banyak materi  namun dapat menjadi perantara pembangunan relasi kehidupan di tengah masyarakat menjadi lebih tertata, toleran dan menumbuhkan kasih sayang.
Secara kasat mata dapat kita perhatikan, bahwa kehadiran ‘Idul Fitri selalu saja membawa pesan-pesan perbaikan. Mulai infrastruktur jalan, perbaikan moda transportasi angkutan umum atau bahkan meningkatnya layanan transportasi di semua angkutan. Lalu secara moral etik, kualitas kehidupan beragama-pun menjadi tampak lebih “religious” dibanding har-hari sebelumnya. Hal ini membuktikan bahwa diakui ataupun tidak ‘Idul Fitri sesungguhnya telah turut serta memberikan sumbangan yang tidak sedikit bagi kehidupan umat manusia.
Kalimat silaturahim yang selama ini kita kenal, sebenarnya berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata shilah dan ar-rahim. Kata shilah yang berarti ‘sampai, menyambung’. Adapun kata ar-rahim, berarti  “hubungan kekerabatan. Atau secara sederhana silaturahim berarti menyambung tali persaudaraan kepada kerabat yang memiliki hubungan kerabat. Intinya adalah silaturahim sesungguhnya adalah membangun relasi antar manusia, tidak hanya terhadap sanak saudara namun lebih dari itu kepada siapapun yang tidak kita kenal. Bahkan argumentasi menganai silaturahim ini diperkuat dengan sebuah hadist; “Barangsiapa ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia bersilaturahim.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Marilah kita perhatikan sejenak tentang silaturahim, terutama dari sisi sosiologis. Sesungguhnya Silaturahim menjadi suatu tonggak yang mampu memperkuat/memperkokoh banyak hal, mulai dari persatuan dan kesatuan bangsa, perhatian, kasih sayang, mata pencaharian, hingga secara agami sebagai jalan untuk meraih ridha sang Khaliq. Dari kacamata sosiologi, silaturahim menjadi bagian dari network yang akan memperluas jangkauan seseorang. Semakin banyak Silaturahimnya maka jaringannya akan semakin banyak dan kuat sehingga memungkinkan baginya membangun hubungan yang tidak terbatas.
Secara sederhana, sebenarnya silaturahim adalah ilmu membangun komunikasi. Kita semua mengetahui bahwa komunikasi adalah salah satu dari sekian banyak hal yang signifikan untuk dilakukan manusia. Dalam hal ini yang saya maksud adalah terutama komunikasi di tengah keluarga. Boleh saja niat silaturahim ini awalnya karena “perintah” agama, namun tidak ada salahnya mulai dari sekarang kita memutar haluan menempatkan silaturahim atau komunikasi ini sebagai bahagian dari hobbi atau bahkan gaya hidup di tengah kondisi masyarakat yang cenderung apatis terhadap persoalan-persoalan kontemporer, meminjam istilah Deddy Mulyana yang melakukan penelitian mengenai silaturahim bahwa sebenarnya silaturahim pada dasarnya adalah dorongan jiwa setiap manusia.
Meminjam apa yang disampaikan oleh Arif Mulyadi, sesungguhnya silaturahim memiliki beberapa macam fungsi, setidaknya ada dua hal yang ingin saya utarakan. Pertama, sebagai proses transformasi dan pelembagaan nilai. Artinya bahwa perilaku saling kunjung-mengkungi akan semakin mengukuhkan silaturahim sebagai salah satu system nilai kehidupan yang merakyat tanpa melihat golongan darimana berasal yang selanjutnya tidak hanya memberikan ruang teoritis saja namun silaturahim secara tepat akan mampu memlihara ikatan batiniyah setiap manusia, atau dalam istilah lain sesungguhnya silaturahim adalah doktrin doktrin kemanusiaan dalam agama Islam.
Kedua, sebagai proses pembuktian ajaran. Setiap manusia yang mengaku beragama selalu dituntut untuk membuktikan keimanananya kepada sang Khaliq, tidaklah memiliki makna apapun manakala ada seseorang yang mengaku dirinya beriman namun di sisi lain tidak bersedia membuktikan keimanannya. Oleh karena itu, sebenarnya silaturahim adalah bentuk lain dari salah satu cara pembuktian keimanan seseorang kepada Allah swt.
Akhirnya tidaklah terlalu berlebihan kalau saya katakana bahwa sesungguhnya silaturahim adalah bagian tidak terpisahkan dari perjalanan kehidupan manusia. Bahkan, saking pentingnya silaturahim para ulama bersepakat bahwa menyambung silaturahim adalah suatu keharusan (wajib), sedangkan berpikir untuk memutuskan silaturahim adalah tindakan yang tidak diperkenankan atau dalam bahasa agama secara tegas diharamkan. Bahkan dalam salah satu ajaran kitab suci Al-Qur’an (QS. al-Ra’d, 13:25) Allah swt berfirman memberikan ultimatum kepada manusia ayang memutus tali silaturahim. “Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (neraka).” Wallahu a’lam

Ibadah Haji : Antara Sakralitas dan Rasionalitas

Berdasarkan informasi dari mbah google bahwa antrian calon haji sudah mencapai 2,2 juta orang untuk 10 tahun ke depan. Ini menarik.
Tingginya animo masyarakat untuk menunaikan ibadah haji disebabkan oleh beberapa faktor.
Faktor pertama faktor prestise. Prestise ini ditandai dengan menjadikan haji sebagai seperti gelar di mana kata haji dilekatkan di depan nama kita. Faktor prestise ini hanya khas Indonesia karena di negara lain, terutama di Arab Saudi, pencantuman kata haji di depan nama kita tidak dikenal.
Faktor kedua adalah sakralitas tempat yang akan dikunjungi. Mekkah dan Madinah merupakan tempat paling sakral bagi umat muslim karena di kedua tempat tersebut tempat beradanya Ka’bah dan makam Nabi Muhammad SAW. Sedangkan peribadatan haji sebagian besar merupakan pengulangan sebagian sejarah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
Faktor ketiga adalah panggilan iman. Inilah yang sebenarnya yang sangat diharapkan.
Sakralitas haji dengan melihat tingginya animo masyarakat untuk mengamalkannya perlu dilakukan bedah kasus agar ibadah haji bisa ditempatkan pada sakralitas yang proporsional rasional dan bukan pada sakralitas yang berlebihan.
Ada beberapa cara pandang dan perilaku yang berlebihan yang bisa menyebabkan ibadah haji memiliki sakralitas yang berlebihan. Seolah-olah ibadah haji merupakan kewajiban tanpa syarat. Seolah-olah apabila tidak melaksanakan ibadah haji maka kualitas keIslamannya menjadi tidak maksimal. Padahal ibadah haji hanya diperuntukkan kepada yang mampu melaksanakannya. Mampu dalam artian mampu pisik, mampu batin, mampu hidup bagi keluarga yang ditinggalkan sementara dan mampu hidup setelah menunaikan ibadah haji. Tidak sedikit yang memaksakan beribadah haji padahal fisiknya sudah sudah tidak mampu lagi. Malah ada yang sengaja melaksanakan haji walau menyadari sudah tidak mampu secara fisik lagi dengan niatan ingin meninggal di tanah suci. Banyak yang melaksanakan ibadah haji dengan memaksakan biaya dari menjual seluruh atau sebagian hartanya padahal anak cucunya masih sangat membutuhkan biaya untuk mendukung hidupnya. Akibatnya setelah selesai berhaji maka anak cucu termasuk dirinya sendiri hidup miskin melarat. Yang lebih menyedihkan adalah berhutang demi agar bisa menunaikan ibadah haji. Yang paling parah adalah korupsi untuk biaya haji.
Di sini peranan para ulama untuk lebih proposional mendakwahkan ibadah haji sesuai poporsinya. Bahwa sesungguhnya ibadah haji sama pentingnya dengan ibadah yang lain seperti ibadah sholat, puasa dan zakat (fitrah dan mal).
Justru dakwah tentang zakat mal begitu kurang sehingga ada pemahaman keliru bahwa zakat mal bukan sesuatu yang wajib dan tidak ada dosa ketika meninggalkannya. Berhaji tapi meninggalkan zakat mal justru berpotensi haji tidak mabrur atau setengah mabrur.

Dengan Kekuatan Sabar

Dalam kegiatan apapun dibutuhkan orang-orang yang sabar, tidak terkecuali di dunia pendidikan. Di sana diperlukan tangan-tangan terampil, celotehan manis yang membimbing, goresan papan tulis yang mencerahkan dst. Sehingga dapat mengantarkan insan yang cerdas, beriman dan bertaqwa, menjadi anak-anak cerdas terbaik umat. Dan itu dapat dilakukan oleh orang-orang yang punya kesabaran dalam membimbing dan mengarahkan.
Dalam kaitan ini, tentu sabar adalah seni dalam beramal. Ia menjadi hiburan spiritual yang membuat ahlul-’amal justru bisa merasakan kenikmatan di tengah-tengah lelahnya bekerja dan beramal.  Ia menjadi pitamin yang membuat para pencinta amal terus bersemangat, kebal dari penyakit putus asa dan cepat bosan.
Alloh SWT dalam firman-Nya,
Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mu’min untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti. QS al-Anfal: 65
Inilah ruh yang harus dimiliki orang-orang mukmin, guru-guru beriman yaitu ruh kesebaran. Baik dalam beramal, berjuang, juga dalam menghadapi berbagai ujian membimbing dan mengarahkan anak didik. Dari saeratus anak terdapat seratus karakter, kebiasaan dan pola pikir yang berbeda, keisengan dan kenakalan yang kadang sulit dimengerti. Tetapi ditangan-tangan yang penuh kesabaran kesemuanya dapat teratasi meskipun memang kadang harus lama, penuh kesabaran.
Beberapa hari lalu, dibeberapa media disampaikan berkaitan dengan kekerasan yang terjadi di sekolah, adanya senior yang menghukum junior, kakak kelas yang mengeroyok adik kelasnya gara-gara es yang seribu rupiah jatuh tersenggol. Di sampaikan bahwa kekerasan yang diperlihatkan tenaga pendidik dengan maksud disiplin tidaklah semua membuahkan kebaikan. Banyak diantaranya menimbulkan dendam dengan meneladani kekerasan yang dihadapinya dalam keseharian. Nontonan tayangan tv dengan kekerasan juga cukup punya andil dalam kekerasan anak di sekolah, mereka mempratekkan apa yang dilihatnya, disangkanya apa yang dilihat itu sebuah kebeneran, bukan laga, kepura-puraan.
“Mendidik dengan sabar berarti mendidik dengan ucapan yang halus dan tidak bernada marah. Bahkan kalau perlu dengan raut muka yang senyum. Kalau mendidik dengan kasar, membuat anak menjadi takut dan pendidikan yang diajarkan menjadi terlupakan. Sebaliknya sentuhan yang baik dengan mengelus pundak kanan dan kiri, mengelus punggung, mengelus kepala bagian belakang, sentuhan pada bagian tersebut yang diajarkan Nabi Muhammad SAW yang membuat anak menjadi mudah patuh dan mengakui kesalahannya.
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (az-Zumar: 10)
jelasnya, menjalankan ketaatan dalam tugas apapun, membutuhkan kesabaran, dan siapa yang mampu bersabar, akan ditambah dengan dua macam kesabaran, maka ia akan mendapatkan keberuntungan hidup dan pahala melimpah.
Allah SubhanahuWaTa’alaberfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imran: 200)

Minggu, 20 Juli 2014

Mekahisasi - Skenario Menuju Penjajahan Islami

Saksi dan pastor gereja Kasdim di Kota Mosul, Irak bagian utara, kemarin mengatakan warga Nasrani banyak mengungsi dari tempat tinggal mereka karena diancam ultimatum tentara Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
“Keluarga Kristen sedang menuju Dohuk dan Arbil. Buat pertama kalinya dalam sejarah Irak, di Mosul tidak ada warga Kristen,” kata Louis Sako kepada kantor berita AFP, seperti dilansir stasiun televisi Al Arabiya, Jumat (18/7).
Sejumlah saksi mengatakan ISIS mengumumkan ultimatumnya melalui pengeras suara di masjid-masjid.
Selebaran yang dibagikan pekan lalu oleh ISIS menyebutkan warga Kristen di Kota Mosul harus masuk agama Islam, membayar pajak khusus, pergi, atau dibunuh jika menolak.
“Kami sangat terkejut dengan selebaran ISIS yang memaksa umat Kristen masuk Islam atau membayar pajak khusus, pergi atau dibunuh. Mereka langsung pergi hanya berbekal baju di badan. Rumah mereka juga nantinya diambil oleh ISIS,” kata Sako.
Bahkan Sako mengatakan ISIS menandai rumah-rumah warga Kristen dengan huruf “N” dari kata “Nasrani”.


Skenario Mekahisasi.
1. Muslim yang datang dalam jumlah kecil diterima secara damai. Lalu makin lama makin banyak, masih damai pula.
2. Setelah jumlahnya sangat besar, maka muncul angkatan bersenjata yang berusaha menegakkan negara ala Mekah.
3. Seperti Mekah yang 100% beragama Islam, maka daerah baru itu dijadikan jajahan baru yang dibuat sedemikian rupa agar sama seperti Mekah.
4. Caranya dengan pembantaian, pengusiran, terror, rekayasa sosial via hukum, penghapusan bukti keunggulan sejarah bangsa itu, penjajahan kebudayaan, atau, jika warga non-Islam tetap tinggal, jadi warga negara kelas 2 alias jadi kaum korban diskriminasi, semacam kasta Sudra dalam Hindu.
5. Tujuan tercapai: Kondisi sama dengan Mekah terjadi. Dimulainya penjajahan Islami atas daerah tersebut.

Beberapa daerah di Indonesia, seperti Aceh dan Padang berada pada tahap 4. Yogyakarta sedang dalam proses tahap 3.
Sementara itu, Kota Mosul, Irak, sedang menuju tahap 5.
Kamu boleh bermimpi Islam itu serba indah. Siapa yang melarang orang bermimpi? Tidak ada. Komentar orang yang aku tanya terkait fakta ini selalu menyodorkan mimpi-mimpi indah itu sembari menolak kenyataan.
Walau begitu, aku menyarankan kamu untuk segera bangun dari mimpimu dan melihat kenyataan yang terjadi dari apa yang disebut Mekahisasi.

Fenomena Mudik

Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan menjelang hari raya Idul Fitri atau yang sering disebut lebaran. Hampir seluruh masyarakat Indonesia khususnya warga Ibu Kota rutin melakukan mudik lebaran. Warga Jakarta yang memiliki kampung halaman, pasti akan melakukan mudik untuk merayakan lebaran bersama orang tua dan sanak saudaranya. Sementara warga Jakarta yang tidak memiliki kampung halaman, tetap tinggal dan merayakan lebaran di Jakarta. Akibatnya, Kota Jakarta akan tampak sepi ketika arus mudik dimulai yaitu sekitar seminggu sebelum lebaran. Mudik lebaran adalah suatu fenomena yang unik untuk dilihat lebih dalam.
Mudik berasal dari kata bahasa Jawa yaitu mulih dilik yang berarti pulang sebentar. mudik memang tidak berlangsung lama, kebanyakan orang hanya tinggal di kampungnya selama satu hingga dua minggu. Dengan mudik, orang-orang dapat mengunjungi orang tua, sanak saudara mereka, dan bertemu dengan teman-teman lama. Mudik juga dapat dijadikan sebagai rekreasi bersama keluarga seperti mendatangi tempat-tempat baru yang belum pernah dikunjungi.
Akan tetapi, untuk mudik itu sendiri membutuhkan perjuangan. Ribuan atau bahkan jutaan orang, berbondong-bondong berebut untuk membeli tiket kereta api, kapal laut, pesawat, ataupun bus. Mereka rela mengantri lama demi mendapatkan tiket. Belum lagi dalam perjalanan, mereka harus berdesak-desakan saat berada di dalamnya karena saking banyaknya penumpang.
Selain menggunakan kendaraan umum, banyak orang yang menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil dan motor. Ada beberapa alasan orang menggunakan kendaraan pribadi. Ada yang beralasan karena lebih nyaman dan ada yang beralasan karena sudah kehabisan tiket transportasi umum. Walau begitu, tetap saja mereka membutuhkan perjuangan. Jalanan-jalanan, khususnya jalur mudik pasti akan dipenuhi dengan kendaraan-kendaraan yang lain. Kemacetan pun tidak dapat dihindari. Akibatnya tenaga mereka akan terkuras selama perjalanan.
Meski membutuhkan perjuangan, mudik bernilai positif. Mudik bertujuan untuk mendekatkan diri bersama keluarga. Kebanyakan orang kurang memiliki waktu untuk bersama dengan keluarganya atau bahkan untuk sekedar bertemu saja. Waktu dihabiskan seluruhnya untuk pekerjaan dan tugas-tugas. Inilah momen yang tepat untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Selain itu, mudik juga bertujuan untuk bersilahturahmi. Sanak-saudara yang jauh tempatnya dapat dikunjungi. Dengan begitu, tali silaturahmi akan tetap terjaga dan tidak terputus.
Mudik dapat menjadi hal yang menyenangkan maupun melelahkan. Semua itu tergantung bagaimana setiap orang menanggapinya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar mudik terasa nyaman dan aman.
· Cek kondisi kendaraan
Sebelum bepergian jauh, mengecek kondisi kendaraan adalah hal yang sangat penting. Bagian-bagian mobil harus diperiksa dengan teliti. Semuanya harus dipastikan agar dapat berfungsi dengan baik. Segeralah perbaiki bagian-bagian mobil yang mengalami kerusakan atau yang sudah tidak berfungsi dengan baik. Jangan lupa membawa surat kelengkapan kendaraan seperti sim dan stnk.
· Bawa obat-obatan, makanan dan minuman
Perjalanan yang jauh akan memakan waktu yang lama. Dianjurkan untuk membawa makanan dan minuman secukupnya terlebih jika jalan yang ditempuh jarang terdapat restaurant ataupun penjual makanan. Lalu jangan lupa membawa persediaan obat jika sewaktu-waktu diperlukan tidak perlu susah-susah mencari dan membelinya lagi.
· Persiapan fisik dan emosi
Kondisi fisik yang sehat dan fit serta kondisi emosi yang stabil sangat berpengaruh. Mudik akan terasa menyenangkan apabila kondisi badan terasa sehat dan suasana hati terasa baik. Sebaliknya, apabila kondisi badan kurang fit dan emosi sedang tidak stabil, mudik akan terasa melelahkan. Terlebih untuk para pengemudi, kondisi fisik dan emosi sangat berpengaruh untuk keselamatan dalam berkendara. Pastikan untuk beristirahat dengan cukup dan meminum suplement.
· Taati peraturan lalu lintas dan rambu jalan
Menaati peraturan lalu lintas sangatlah penting demi keselamatan. Janganlah terburu-buru dan melanggar peraturan lalu lintas dalam berkendara. Kenyamanan dan keselamatan adalah hal yang terpenting.
Setiap orang pasti memiliki pengalaman mudik yang berbeda-beda. Dari setiap pengalaman tersebut terdapat cerita-cerita yang pastinya tidak akan terlupakan. Mudik akan selalu menjadi kegiatan rutin tiap tahunnya. Semoga mudik kedepannya semakin membaik fasilitas transportasinya, jalan rute mudik diperbaiki agar semakin nyaman, dan pemerintah memberikan bantuan bagi orang-orang yang ingin mudik namun tidak mampu sehingga sisi kemanusiaan dari mudik semakin bermakna.

Sabtu, 19 Juli 2014

Sukses Anak-anak Membawa Bahagia Orang Tua di Hari Lebaran

Lebaran atau hari Raya Idul Fitri merupakan hari kemenangan orang Islam. Pada hari ini merupakan momen yang tepat untuk bersilaturohim walaupun tidak semestinya demikian karena silaturohim boleh kapan saja. Namun khususnya di hari lebaran dalam budaya masyarakat Indonesia suatu hal yang istimewa selain pada umumnya digunakan untuk bersilaturohim pada kesempatan ini juga saatnya orang tua melihat keberadaan anak-anaknya apalagi bagi yang sudah lanjut usia dimana pada umumnya anak-anak mereka sudah relative sukses. Berbagai persiapan telah mereka lakukan termasuk memperluas halaman parkir yang kadang membongkar sebagian tanaman yang ada dibuat sedemikian rupa sehingga nyaman untuk parkir mobil anak-anak mereka atau kerabat lain yang berkunjung ke rumah mereka.
Sebagian keluarga ada yang masih memelihara adat sungkeman yaitu meminta maaf pada ke dua orang tua dan memohon doa berkahnya. Sungkeman biasanya diawali oleh acara nasehat dari orang tua terlebih dahulu, kadang ditambah semacam evaluasi laporan tahunan anak mereka berisi tentang perkembangan dan permasalahan yang dihadapi agar didengar semua keluarga dan diharapkan ada kontribusi berupa pendapat ataupun bantuan yang diperlukan Acara selanjutnya adalah sungkeman dengan posisi ke dua orang tua duduk, anak sulung beserta pasangannya memulai acara sungkeman diikuti oleh urutan anak selanjutnya, setelah itu baru diikuti anak-anak dari anak tertua hingga anak terahir. Seringkali saat sungkeman disertai isak tangis berbagai perasaan menyatu di sana dimana anak belum merasa maksimal berbakti pada orang tua sebaliknya orang tua belum merasa maksimal mengurus anak-anaknya. Rasa syukur dan bangga baik anak maupun orang tuapun berada di sana. Suasana menjadi dekat secara emosional, acara ini diachiri dengan makan bersama dan hiburan berupa iringan lagu dari CD atau lainnya yang mendorong suasana menjadi bahagia. Acara selanjutnya adalah menerima kunjungan silaturohimkerabat atau berkunjung silaturohim pada kerabat.
Bagi orang tua yang anak-anaknya relative sukses pada saat lebaran ini mereka akan merasa bangga, karena tersaksikan oleh sanak keluarganya hasil upaya mereka mendidik anak-anaknya. Saat itupula kesempatan untuk mengungkap sejarah perjuangan yang telah mereka lakukan yang mengalir demikian saja yang mendorong rasa bahagia di hati mereka. Bagi orang tua yang anak-anaknya bermasalah  mungkin pada kesempatan hari raya ini menjadi hari bersedih, karena malu tersaksikan oleh para kerabat dan masyarakat pada umumnya. Pentingnya kesuksesan mendidik anak-anak agar sukses solih dan solihat, selain akan menjadi kebahagian bagi ke dua orang tua di dunia dan achirot juga diantaranya membawa hikmah tambahan berupa nikmat kebahagiaan di masa tua khususnya di hari lebaran. 
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati(kami) dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa,” (QS Al Furqan [25] : 74)

Jumat, 18 Juli 2014

Puasa Amalan Universal

Di ceritakan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 183 sekurang-kurangnya ada tiga komponen penting ibadah puasa yaitu; pertama, ibadah puasa hanya dialamatkan kepada orang-orang yang beriman artinya hal ini sifatnya sangat istimewa dan individualistis, karena hal ini berkaitan erat dengan perasaan keimanan/keyakinan seseorang terhadap sang khaliq yang tentu saja subjektifitas personal menjadi modal.Kedua, ibadah puasa telah diwajibkan dan dijalankan oleh umat lain sebelum umat sekarang. Jadi tidak sepantasnyalah kalau kita umat nabi Muhammad SAW, berbangga diri sebagai satu-satunya umat yang menjalankan ibadah puasa.  Ketiga,sesungguhnya ibadah puasa mengajak dan menawarkan kepada manusia (yang beriman) menjadi pribadi yang lebih taat dan patuh menjalankan perintah-Nya serta berusaha semaksimal mungkin menjauhi apa yang dilarang-Nya.
Dalam kacamata teologi, sebenarnya puasa atau dalam bahasa sansekerta dikenal dengan istilah “upawasa” yang berarti cara atau metode untuk mendekatkan diri pada Tuhan atau dalam pengertian kamus bahasa Indonesia puasa  berarti “menahan diri”. Oleh karenanya dalam perbincangan mengenai puasa sesungguhnya telah dipraktekkan semenjak dahulu kala, tentu dengan caranya masing-masing. Dan, tentu saja pada hakikatnya puasa tidak hanya dijalankan oleh manusia, namun binatang dan tumbuhan serta makhluk “lain” pun sebenarnya menjalankan puasa demi kelangsungan hidupnya. Sekali lagi dengan caranya masing-masing.
Sebagai bahan perenungan, marilah kita tengok binatang ayam. Cobalah kita perhatikan dengan seksama, selama mengerami telur harus menahan diri untuk meninggalkan telur yang dieraminya agar menetas dengan sempurna atau agar terhindar dari bahaya dan ancaman binatang lain. Atau sebut saja misalnya ular, binatang ini menjalankan puasa untuk menjaga struktur kulitnya agar tetap keras namun lunak yang dimaksudkan sebagai pelindung dari sengatan sinar matahari/terlindung dari duri dan ancaman lain yang membahayakannya semata-mata agar tetap mampu bertahan hidup dengan cara melata di permukaan bumi. Contoh lain misalnya, binatang ulat pemakan daun yang kerap membuat kita jengkel karena ulahnya, sesungguhnya ulat-pun menjalankan puasa pula untuk dapat berubah bentuk yang sempurna yaitu menjadi kupu-kupu untuk menunaikan tugasnya menyerbukkan bunga atau bahkan di daerah yang memiliki empat musim (subtropis) sering kita mendapat kabar tetap berdiam diri di liangnya selama terjadi musim dingin.
Saya percaya semua umat muslim meyakini, bahwa puasa adalah bagian dari ibadah khusus yang hanya ditujukan kepada sang Khaliq. Puasa di bulan ramadhan ini diyakini bagi yang menjalaninya akan mendapatkan manfaat yang sangat banyak; baik secara jasmani, rohani maupun secara religious atau bahkan secara sosial. Selain sebagai suatu proses ibadah, sesungguhnya media puasa juga memiliki manfaat lain seperti untuk kesehatan jasmaniyah, misalnya sebagai proses detoksifikasi (pembuangan zat-zat beracun dari dalam tubuh) yang membahayakan/tidak bermanfaat.

Bukan hanya ritual
Kerapkali kita jumpai ada pendapat yang berkembang di masyarakat yang menyatakan bahwa puasa membuat orang kesulitan untuk berfikir dengan argumentasi terjadi akibat dari menahan lapar dan haus sepanjang hari kurang lebih selama empat belas jam. Namun sebaliknya pendapat ini dibantah keras oleh ilmuwan di Lousiana State University, Amerika Serikat yang menemukan fakta bahwa sesungguhnya orang yang melaksanakan puasa diyakini dapat meningkatkan kemampuan otak, yaitu dalam hal peningkatan faktor neurotropik otak sehingga akan mendorong sel-sel otak aktif berproduksi. Alhasil puasa-pun diyakini dapat menurunkan kadar hormon pemicu stress atau lazim disebut hormon kortisol. Atau dalam bahasa sederhana kita sering mendengar kalimat; berpuasalah maka kau akan tahu manfaatnya, artinya kita akan mengetahui manfaat berpuasa makala telah melaksakannya.
Kita semua mafhum bahwa secara fisik orang yang tengah menjalankan puasa terlihat tampak “layu” karena berkurangnya asupan. Namun tahukah kita bahwa meskipun berpuasa sebenarnya kalau kita rasakan proses metabolisme tubuh tetap berlangsung yaitu dengan adanya pembakaran sumber daya energi yang tersimpan dalam tubuh; baik lemak, karbohidrat dan gula yang diubah menjadi energi. Oleh karena itu sesungguhnya tidak ada alasan untuk tidak menjalankan puasa terkecuali bagi orang-orang yang memang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan atau secara syar’i berhalangan untuk menjalankannya. Sebagai contoh adalah perempuan yang sedang mengandung karena khawatir terhadap kesehatan dan janin yang ada di dalam rahimnya. Atau misalnya orang yang sedang sakit, apabila berpuasa maka sakitnya akan bertambah atau keadaannya akan semakin parah/melemah.
Akhirnya dengan niat, usaha dan pengharapan yang sungguh-sungguh dalam menjalankan puasa, diyakini mampu menuju positive coping style (bentuk penanggulangan yang positif), sehingga melahirkan suatu ketenangan batiniyah yang tak tergambarkan. Ketenangan batiniyah ini sesungguhnya buah dari latihan selama menjalankan puasa, utamanya dalam menghindarkan diri dari perilaku amarah. Sebagaimana yang dipesankan oleh panglima dunia akhirat Nabi Muhammad SAW, “Jika seseorang menghujatmu atau menyulut emosimu, katakanlah bahwa saya sedang berpuasa.” Ketenangan batiniyah dalam bentuk inilah yang sesungguhnya merekonstruksi imunitas agar terlindung dari pelbagai gangguan batin. Wallahu a’lam.

Jangan Siakan Ramadhanmu

Memasuki 10 hari terakhir ramadhan tahun ini, apa pencapaian kita?
Entah berlaku umum atau hanya untuk saya pribadi, tapi rasanya ramadhan tahun ini berlalu terlalu cepat. Awal bulan ini dihiasi hiruk pikuk kampanye menjelang pilpres yang menguras emosi dan mengumbar dosa. Tak terhitung gunjingan menjadi makanan sehari-hari kita bersama. Hingga media sosial pun tak luput menjadi medan laga bertarungnya kedua pendukung capres, tentu, dengan segala materi gunjingannya. Padahal gunjingan adalah salah satu penghapus pahala puasa, setidaknya itu materi khutbah jum’at di masjid dekat rumah saya tadi J
Masuk ke 10 hari kedua, euphoria hasil hitung cepat atas pilpres masih mendominasi ramadhan tahun ini. Kondisi negara yang punya “tiga presiden” menjadi tambahan khas Indonesia. Satu presiden masih menjabat dengan segala upaya untuk husnul khotimah, dan dua presiden yang masih saling klaim kemenangan versi hitung cepat dengan konferensi pers yang dibumbui derai air mata kemenangan seolah riil. Sedikit perbaikan massal kualitas ramadhan kali ini “dipaksa” oleh peristiwa tragedi kemanusiaan penyerangan Gaza oleh Israel.
Time-line media sosial pun tergeser dari kisruh pilplres menjadi simpati global kepada Gaza. Selalu miris mendapati bahwa kita baru bisa jauh lebih kompak untuk simpati karena tragedi yang melanda.
Kini, kita berdiri di 10 hari terakhir ramadhan. Sudahkan ia menjadi kawah pembasuh setiap dosa kita di sepanjang malam dan siangnya? Sudahkah obral pahala dari Yang Maha Pencipta menjadi lebih menarik untuk didatangi ketimbang discount di mall-mall terdekat? Sudah khatamkah al-Qur’an kita baca di bulan diturunkannya wahyu ini?
Sebagai pengingat kepada diri sendiri, dan sebagai upaya saling mengingatkan di dalam kebaikan, mari kita optimalkan 10 hari tersisa ini dengan segenap daya dan upaya untuk mencapai level terbaik dalam ibadah puasa Ramadhan tahun ini. Upgrade target dari hanya sekedar menahan lapar dan dahaga, melainkan juga menjaga mata dan lisan dari laku tak terpuji.
Patut jadi catatan bahwa menggunjing itu ternyata tidak hanya berarti membicarakan kejelekan orang, tapi juga membicarakan apapun tentang orang ketiga yang mana pihak tersebut tidak akan senang kalau mengetahui bahwa kita membicarakannya. Astaghfirullah.
Bulatkan tekad untuk khatam dalam 10 hari terakhir ini, mungkin akan lebih mudah dicapai dengan i’tikaf di masjid terdekat.
Semoga menjadi penyebar semangat untuk memperbaiki kualitas Ramadhan di penghujungnya kali ini. Semoga kita masih terselamatkan dalam Ramadhan kali ini. Insya Allah.

Kamis, 17 Juli 2014

Antara Gaza dengan Papua, Antara Saudara Jauh dan Saudara Serumah

Hari ini begitu banyak hal yang menyita perhatian saya dari setiap berita yang dijejalkan oleh media ke dalam otak saya. Persoalan pemilu ulang, kisruh hitung cepat, masalah selebriti yang jadi pelawak termahal, dan masih banyak lagi. Namun satu hal yang menyita perhatian saya adalah masalah yang terjadi di Jalur Gaza. Masalah yang sangat klasik, kenapa saya katakana klasik? Karena masalah ini sudah terjadi sebelum bangsa ini lahir dan saya juga.
Banyak tagline #saveforgaza berterbaran di media social. Banyak kolom dan rubric yang menganalisa masalah jalur Gaza dan tidak lupa juga mencantumkan nomor rekening sebagai tempat untuk menggalang bantuan untuk disalurkan ke sana.
Saya sangat bersyukur masih hidup di negara yang kaya akan rasa empati akan bangsa lain sehingga itu akan jadi gambaran ketika saya punya masalah kemanusiaan setidaknya ada teman untuk  tempat mengadu. Apakah ini benar? Jujur saya tidak sepenuhnya benar akan pernyataan di atas.
Ada hal- hal yang mengguncang jiwa saya kala beberapa orang dan ormas begitu ngotot dan semangat untuk menyelamatkan Palestina. Tapi saya tidak pernah melihat orang/ ormas sengotot itu kala membela tanah Papua yang kaya sumber daya alam namun minim pembangunan. Banyak bantuan untuk membangun rumah yang dirundung oleh puing porak poranda, namun jujur tak satupun hal seperti  itu terjadi kala kasus gereja HKBP Yasmin  naik kepermukaan. Jangan kan bantuan, simpati pemimpin bangsa ini pun sepertinya tidak lebih banyak daripada simpatinya untuk jalur Gaza. Banyak hal- hal yang berkaitan dengan masalah hukum yang tidak adil. Bukankah hal itu termasuk tragedy kemanusiaan? Bagi saya itu sangat brutal.  Kita begitu menggebu untuk membela dan memperjuangkan masyrakat di seberang samudera sana, namun kehilangan nyali kala melihat masalah bangsa sendiri.
Simpati  terhadap masalah manusia itu adalah hal yang baik, namun apakah kita pernah melihat masalah bangsa sendiri. Masalah yang sewajarnya harus kita selesaikan dengan balutan tagline #savemynation.

Fatwa MUI: Pluralisme adalah Agama Baru?

Salah satu fatwa MUI yang menimbulkan banyak protes adalah Fatwa MUI dalam Munasnya yang ke-7 pada 25-29 Juli 2005 di Jakarta. Selain menetapkan bahwa Ahmadiyah adalah aliran sesat, MUI juga mengeluarkan fatwa yang mengharamkan Pluralisme, Sekularisme, dan Liberalisme.
Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan Pluralisme adalah, “suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif. Oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan di surga.”
Definisi ‘pluralisme’ versi fatwa MUI ini tentu akan menimbulkan banyak ketegangan di masyarakat. Sebab seolah-olah MUI menginterpretasikan ‘pluralisme’ sebagai suatu agama baru, dengan syariat baru, Tuhan baru, dan nabi-nabi baru. Hal ini akan menimbulkan misinterpretasi di masyarakat, dan akan membuat masyarakat Indonesia menjadi antipati dengan toleransi antar umat beragama.
Padahal sejatinya, konsep ‘pluralisme’ yang dimaksud oleh masyarakat yang pro kerukunan umat beragama tidak demikian. Menurut Dr. Alwi Shihab, ‘pluralisme’ harus dibedakan dengan relativisme dan sinkretisme. Konsep pluralisme adalah sebuah konsep tentang toleransi dan penerimaan terhadap kemajemukan. 
Sementara relativisme merujuk pada aliran yang lahir dari era Postmodernisme. Dimana relativisme berarti menganggap tidak ada kebenaran absolut, dan dengan kata lain, aliran relativisme menganggap semua agama adalah sama.
Sementara sinkretisme adalah menciptakan agama baru dengan memadukan berbagai ajaran. Contoh ajaran sinkretisme adalah Manichaesme, yang memadukan ajaran Zoroaster, Buddha, dan Kristen, dan New Age Religion yang menggabungkan yoga Hindu, meditasi Buddha, tasawuf Islam, dan mistik Kristen.
Dengan demikian, definisi MUI tentang ‘pluralisme’ bisa dibilang keliru, dan membiaskan pengertian antara pluralisme dengan relativisme dan sinkretisme. Hal ini tentu berbahaya terhadap kehidupan berbangsa karena akan membuat masyarakat menganggap bahwa toleransi terhadap pluralitas merupakan hal yang dilarang oleh ajaran agama.

Kreativitas dalam Beramal ala Majlis Ta’lim Qoonitaat

Bazaar amal yang digelar di halaman masjid Roosniah Al-Achmad
Bazaar amal yang digelar di halaman masjid Roosniah Al-Achmad
Punya barang-barang bekas yang masih baik dan layak kondisinya? Jangan dibuang! Dengan sedikit kreativitas, barang-barang bekas bisa mendatangkan kebaikan bagi banyak orang. Lalu bagaimana MT Qoonitaat , sebuah majlis ta’lim ibu-ibu  yang berpusat di perumahan Bogor Nirwana Residence- Bogor, mengubah barang bekas layak pakai menjadi  modal untuk melakukan rangkaian kegiatan amal?
“Kami ingin majlis ta’lim Qoonitaat bukan hanya  berfokus pada  pengembangan pengetahuan agama terutama tahsinul Qur’an dan tafsir Qur’an bagi anggotanya saja, tapi  juga menebar manfaat bagi sesama, terutama untuk kaum dhuafa. Kami memanfaatkan moment yang tepat, yaitu di bulan Ramadhan.” Ucap  Anggia Arum Sari, ketua MT. Qoonitaat.
Rangkaian kegiatan di mulai dengan  mengumpulkan barang-barang bekas layak pakai dari  anggota MT. Qoonitaat, tetangga, saudara, kenalan dan siapapun yang berniat menyumbang. Barang-barang  bekas yang dikumpulkan beragam, mulai dari  pakaian wanita dewasa, pakaian pria dewasa, pakaian anak-anak dan bayi, tas, sepatu, boneka, jilbab, kain panjang, sarung, peralatan rumah tangga, TV, sepeda hingga stoller atau kereta bayi.
Lalu ibu-ibu anggota MT. Qoonitaat bekerja sama mensortir dan mengelompokkan barang-barang itu sesuai klasifikasinya.
Kemudian informasi  diadakannya bazaar amal penjualan barang bekas murah dan layak pakai disebarkan melalui  BBM group, dan selebaran yang diedarkan di kampung-kampung sekitar perumahan Bogor Nirwana Residence.
Minggu, 6 Juli 2014,  rangkaian pertama kegiatan amal MT Qoonitaat dilaksanakan. Bazaar amal  diadakan di halaman masjid Roosniah Al- Achmad, Bogor Nirwana Residence.
Pukul 6 pagi, diatas karpet panjang berwarna hijau, barang-barang  bekas layak pakai di gelar. Ibu-ibu anggota MT Qoonitaat telah siap meladeni para pembeli.
Berduyun-duyun orang-orang  yang terdiri dari anak-anak, remaja, ibu-ibu,  hingga nenek-nenek berkumpul memenuhi halaman masjid. Mereka berdesak-desakan merubungi barang dagangan yang digelar. Panitia sibuk mengatur agar para pembeli lebih tertib.
Ibu-ibu MT Qoonitaat
Ibu-ibu MT Qoonitaat
Acarapun di mulai. Barang-barang dijual dengan harga bervariasi mulai dari Rp. 5.000,- Rp. 15.000,- hingga Rp.20.000,- sesuai kondisi barang.
Pembeli pun menyemut, Ibu-ibu MT Qoonitaat bagai “tenggelam” dalam lautanmanusia. Para pembeli memilih barang-barang, terkadang berebutan dan berdesak-desakan. Disinilah letak seru-nya mengadakan bazaar.
Pembeli yang menyemut
Pembeli yang menyemut
Menjelang siang, sebagian besar barang telah habis terjual. Hanya tersisa sedikit baju.  Di akhir acara, sisa baju di berikan secara gratis kepada yang berminat.
Selanjutnya dana yang didapat dari bazaar amal ini dibelikan paket-paket sembako.  Paket-paket sembako  seharga Rp. 60.000,- itu kemudia di jual murah, setengah harga saja yaitu Rp. 30.000,-  pada kaum dhuafa.  Kegiatan bazaar sembako murah dilaksanakan tanggal 14 Juli 2014 di markas Qoonitaat.    Ratusan paket sembako segera habis diserbu pembeli.
Penjualan paket sembako murah diserbu kaum dhuafa
Penjualan paket sembako murah diserbu kaum dhuafa
Kegiatan amal selanjutnya adalah buka puasa bersama anak-anak panti asuhan.  Setelah berunding, Ibu-ibu memutuskan untuk mengadakan kegiatan itu  di  resto Mc. Donald Jl. Juanda Bogor. Ketika bertemu manager Mc. Donald untuk memesan tempat,  datanglah rezeki tak terduga.
Pihak Mc. Donald  mengungkapkan bahwa di saat yang  sama, mereka akan mengadakan acara “ Sadora “ atau Safari Dongeng Ramadhan untuk anak-anak panti asuhan, tapi mereka masih bingung mencari-cari anak panti asuhan mana yang akan diajak dalam acara tersebut. Lalu pihak Mc Donald mengusulkan  agar anak-anak panti asuhan yang dinaungi MT  Qoonitaat  mengikuti acara itu. Makanan akan di sediakan gratis oleh Mc Donald,  berasal dari sumbangan para karyawannya.  Sedangkan pihak  MT Qoonitaat hanya menyiapkan bingkisan untuk anak-anak.
Safari Donegn Ramadhan bersama anak-anak panti asuhan Target Peduli
Safari Dongeng Ramadhan bersama anak-anak panti asuhan Target Peduli
Tentu saja hal ini sangat menggembirakan. Lalu disepakati bersama kegiatan Sadora ini dilaksanakan tanggal 16 Juli 2014.
Acara Sadora dihadiri 40 orang anak panti asuhan “ Target Peduli”. Acara ini berlangsung meriah, diisi dengan hiburan lagu dan dongeng yang dibawakan Kak Heru, seorang pendongeng yang kerap mengisi acara di  TV nasional.
Kak Heru menghibur anak-anak dengan lagu dan dongeng yang menarik
Kak Heru menghibur anak-anak dengan lagu dan dongeng yang menarik
Anak-anak tampak gembira mengikuti dongeng yang dibawakan dengan sangat menarik. Mereka pun mendapatkan bingkisan dan paket makanan untuk buka puasa.
Para santri penghafal Al Quran Huda Cendekia
Para santri penghafal Al Quran
Dengan adanya tambahan rezeki dari Mc. Donald, maka kegiatan amal MT Qoonitaat makin dikembangkan. Dana yang tadinya untuk membeli makanan bagi anak yatim dialihkan untuk   50  anak  penghafal Al Qur’an.   Anak-anak ini diundang ke markas Qoonitaat untuk buka bersama dengan Ibu-ibu MT Qoonitaat di hari yang sama, Rabu 16 Juli 2014. Selain memperoleh uang, anak-anak penghafal Al Qur’an ini juga mendapatkan bingkisan Al Qur’an, sarung dan peci hasil sumbangan Ibu-ibu  MT Qoonitaat.
Buka puasa bersama santri penghafal Al Quran
Buka puasa bersama santri penghafal Al Quran
Pembagian uang dan bingkisan untuk santri penghafal Quran
Pembagian uang dan bingkisan untuk santri penghafal Quran
Kreativitas dibutuhkan dalam berbagai hal termasuk juga dalam beramal. Semua kelelahan anggota  MT Qoonitaat yang berhari-hari mempersiapkan rangkaian acara amal ini terhapus sudah,  melihat anak-anak panti asuhan dan anak-anak penghafal Qur’an menunjukkan wajah ceria ketika menerima uang dan bingkisan.