Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Senin, 07 Juli 2014

Puasa dan Nikmat Kemenangan

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa“, Q.S Al Baqarah ayat 183 ini merupakan suatu panggilan dari Allah SWT untuk orang-orang yang beriman agar melaksanakan ibadah puasa.
Bagi orang yang beriman kepada Allah SWT, bulan ramadan merupakan bulan yang sangat ditunggu-tunggu. Mengapa ditunggu? Karena diantara keutamaan bulan ramadan adalah pahala yang dilipatgandakan. Semua amalan baik yang dilakukan akan dilipatgandakan pahalanya, suatu bulan yang sangat istimewa dibandingkan dengan bulan-bulan yang lainnya.
Saat ini umat Islam sedang melaksanakan ibadah puasa 1435 Hijriah, seperti bulan puasa tahun-tahun sebelumnya, nuansa ramadan selalu berbeda dengan bulan lainnya. Lihat saja di Kota Bengkulu, jika kita perhatikan setiap sore menjamur para penjual takjil (menu berbuka puasa) mulai dari pusat kota hingga ke sudut-sudut kota, begitu juga para umat muslim yang sore hari berburu takjil bersama orang terkasih dan keluarga tercinta.
Suatu yang sudah membudaya, jika bulan ramadan tiba, warga mulai mencari peruntungan dengan berbagai jualannya, berpuasa sembari mencari uang, berharap berkah dari yang dijual. Begitu juga dengan berbagai objek wisata di Kota Bengkulu seperti Pantai Panjang, Tapak Paderi, Pantai Jakat, Tugu Thomas Parr, Lapangan Merdeka, hingga Taman Wisata Remaja, terlihat semakin ramai di sore hari oleh warga, terkhusus para remaja yang menghabiskan waktu sore mereka untuk menanti berbuka puasa. Semua memberikan nuansa tersendiri di bulan ramadan yang penuh berkah ini.
Dengan berpuasa memberikan banyak pelajaran bagi kita bagaimana cara menanti kemenangan, bagaimana cara kita menahan hawa nafsu, lapar dan dahaga, bagaimana kita berlaku sabar dan ikhlas, dan bagaimana cara kita mengontrol diri hingga mencapai kemenangan disaat berbuka puasa. Indah rasanya ketika nikmat kemenangan itu telah kita capai disaat semua kewajiban-Nya kita jalani dengan beriman dan ikhlas.
Karena dengan iman perbuatan kita tidak akan sia-sia, semua akan ada ganjaran dari Allah SWT, dan merugilah mereka yang menjalankan ibadah di bulan ramadan tanpa iman lagi kafir.
Allah SWT mengumpamakan perbuatan orang-orang kafir dengan fatamorgana,  dalam Q.S An-Nur ayat 39 disebutkan “Dan orang-orang yang kafir, amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapati sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya”.
Perbuatan tanpa iman akan menjadi bayang semu, seakan tampak menjanjikan seperti  yang diharapkan, tetapi pada hakekatnya ia tiada artinya di sisi Allah SWT.
Begitu pula dengan nikmat kemenangan, memaknai nikmat kemenangan yang hakiki sebenarnya tidak sekedar ketika kita telah menahan hawa nafsu, lapar dan dahaga dari subuh hingga berbuka, nikmat kemenangan juga tidak sekedar ketika kita mampu mengontrol emosi selama berpuasa.
Tetapi lebih dari itu, nikmat kemenangan juga terlihat ketika orangtua meneteskan air matanya melihat anak-anaknya berusia sekolah dasar mampu menahan lapar dan dahaga demi berpuasa, ketika raut wajah para pengemis tak lagi sinis, ketika kaum marginal mampu hidup normal.
Nikmat kemenangan yang hakiki juga tidak hanya ketika meningkatnya kualitas keimanan kita di bulan Ramadan. Tetapi lebih dari itu, nikmat kemenangan yang hakiki adalah ketika kita mampu memerdekakan sesama kita, kemenangan untuk saling membantu, bangkit dari jurang kebodohan, menghapus jurang kemiskinan. Agar kita mampu membuat mereka tersenyum sumringah, jauh dari berkeluh-kesah. Membuat mereka merasa lebih diperhatikan, jauh dari terlunta-lunta.
Sehingga kita tidak lagi melihat para pengemis yang kunjung tetap mengemis, para pengais sampah yang tetap mengais sampah, dan agar kita tak hanya bijak dalam berkata, tak hanya mendengar ceramah namun tak kunjung ramah.
Semoga kita tidak tersilaukan dengan nikmat dunia, yang bisa saja menjerumuskan kita ke dalam jurang neraka, akibat kita tidak peduli dengan saudara-saudara kita sendiri!. Wallahu a’lam bish shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar