Banyak pengagum dan pelaku pluralis, baik domestik maupun luar negeri menerangkan jika di Gaza tiadalah perang Agama, apakah benar seperti itu?
Jika anda mau ‘membaca’ kekerasan dan pembantaian yang terjadi pada ‘Muslim-Rohingya’, ‘Muslim-Thailand Selatan’, ‘Muslim-Philipina’, ‘Pakistan’, ‘Sudan’ yang semuanya berhubungan dengan Islam, dan lihat respons PBB yang dimotori oleh USA dan sekutunya?, Jika tidak mau dikatakan diam tidak perduli, “Sangat pasif bukan?”..
Di domestik kita, lihat betapa dunia seolah ‘meram’ ketika DOM di Aceh diberlakukan dahulu kala. Monggo dicermati ketika tragedi perang saudara di POSO, Sampit, Ambon, Madura dan pun ‘tragedi Ahmadiah’ seolah tiada pernah terjadi di mata negara-negara PBB yang kebanyakan ‘dikuasai’ oleh non-Islam?
Dan monggo dibaca betapa perkasanya PBB jika itu menyangkut ‘kepentingan’ kapitalis non-Islam? Lihat Iraq dengan ‘rekayasa 11 Septembernya USA’, lihat juga beberapa negara Islam timur-tengah yang dirasakan ‘mengganggu’ kepentingan barat non Islam dibuat ‘terkapar’ oleh perang antar saudara sesama muslim sendiri.
Silahkan disimak, betapa kisah ‘gangguan kecil’ yang terjadi di Bogor sana mengenai sekelompok orang agama non-Islam yang dilarang beribadah sampai membuat seorang Hillary Clinton bersuara minor akan ‘kerukunan-beragama’ di negeri ini. Pun berlaku terhadap kerasnya negara-negara barat terhadap ‘kisah-kisah’ di Papua yang mayoritasnya non-Islam dalam merespon apa-apa yang sudah kita lakukan terhadap gerakan ’separatis’ tersebut?
Bandingkan Korea Selatan dengan ‘ulah Korea Utara’, bandingkan Jepang dengan ‘ulah China’, bandingkan Ukraina dengan ‘ulah Rusia’. PBB dengan USA dan sekutunya seperti sangat cepat sekali dalam merespons, baik preventif maupun ofensif.
Saya tidak anti non-Islam, tetapi saya mempertanyakan, kenapa ketika sebuah tragedi terjadi jika itu menyangkut (negara) Islam, di sini khususnya Palestina dengan Israel, PBB dan negara-negara ‘penguasa’ PBB dengan ‘hak-veto’nya seperti meng-’amin’-kan apa-apa yang sedag terjadi di sana, “sebuah genosida”?
Apakah indikasi minor yang berkembang secara ‘underground’ mengenai ’sinisme berlebih’ negeri-negeri barat yang mayoritas pemeluk non-Islam selalu akan berpretensi agar negara-negara Islam tidak pernah ‘mengenyam’ apa itu ‘persatuan’, apa itu ‘perdamaian’ dan apa itu ‘persamaan’?
Jika selalu terus hal ini yang terjadi dan dinafaskan oleh PBB dan ‘lingkarannya’ dengan memainkan ‘politik ambigu’nya, maka isu ini bukanlah lagi sekedar ‘omong kosong’ semata, melainkan benar adanya. Dan untuk ini, mohonlah PBB segera bertindak dan buktikanlah jika asumsi yg berkembang di lingkaran intelektual Islam ini tidak benar adanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar