Memasuki 10 hari terakhir ramadhan tahun ini, apa pencapaian kita?
Entah berlaku umum atau hanya untuk saya pribadi, tapi rasanya ramadhan tahun ini berlalu terlalu cepat. Awal bulan ini dihiasi hiruk pikuk kampanye menjelang pilpres yang menguras emosi dan mengumbar dosa. Tak terhitung gunjingan menjadi makanan sehari-hari kita bersama. Hingga media sosial pun tak luput menjadi medan laga bertarungnya kedua pendukung capres, tentu, dengan segala materi gunjingannya. Padahal gunjingan adalah salah satu penghapus pahala puasa, setidaknya itu materi khutbah jum’at di masjid dekat rumah saya tadi J
Masuk ke 10 hari kedua, euphoria hasil hitung cepat atas pilpres masih mendominasi ramadhan tahun ini. Kondisi negara yang punya “tiga presiden” menjadi tambahan khas Indonesia. Satu presiden masih menjabat dengan segala upaya untuk husnul khotimah, dan dua presiden yang masih saling klaim kemenangan versi hitung cepat dengan konferensi pers yang dibumbui derai air mata kemenangan seolah riil. Sedikit perbaikan massal kualitas ramadhan kali ini “dipaksa” oleh peristiwa tragedi kemanusiaan penyerangan Gaza oleh Israel.
Time-line media sosial pun tergeser dari kisruh pilplres menjadi simpati global kepada Gaza. Selalu miris mendapati bahwa kita baru bisa jauh lebih kompak untuk simpati karena tragedi yang melanda.
Kini, kita berdiri di 10 hari terakhir ramadhan. Sudahkan ia menjadi kawah pembasuh setiap dosa kita di sepanjang malam dan siangnya? Sudahkah obral pahala dari Yang Maha Pencipta menjadi lebih menarik untuk didatangi ketimbang discount di mall-mall terdekat? Sudah khatamkah al-Qur’an kita baca di bulan diturunkannya wahyu ini?
Sebagai pengingat kepada diri sendiri, dan sebagai upaya saling mengingatkan di dalam kebaikan, mari kita optimalkan 10 hari tersisa ini dengan segenap daya dan upaya untuk mencapai level terbaik dalam ibadah puasa Ramadhan tahun ini. Upgrade target dari hanya sekedar menahan lapar dan dahaga, melainkan juga menjaga mata dan lisan dari laku tak terpuji.
Patut jadi catatan bahwa menggunjing itu ternyata tidak hanya berarti membicarakan kejelekan orang, tapi juga membicarakan apapun tentang orang ketiga yang mana pihak tersebut tidak akan senang kalau mengetahui bahwa kita membicarakannya. Astaghfirullah.
Bulatkan tekad untuk khatam dalam 10 hari terakhir ini, mungkin akan lebih mudah dicapai dengan i’tikaf di masjid terdekat.
Semoga menjadi penyebar semangat untuk memperbaiki kualitas Ramadhan di penghujungnya kali ini. Semoga kita masih terselamatkan dalam Ramadhan kali ini. Insya Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar