Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Senin, 30 Juni 2014

Menghargai Keberagaman di Negeri yang Beragam

Keragaman yang kita miliki kita menurut saya adalah suatu bentuk kekayaan yang luarbiasa dahsyat. Semakin beragam semakin kaya kita. Namun terkadang keberagaman itu dianggap sebagai malapetaka atau bencana. Maka acap kali keberagaman justru memunculkan banyak pertikaian dan peperangan, sesuatu yang amat sangat disayangkan. Baik itu oleh karena perbedaan prinsip dan pandangan politik, maupun perbedaan keyakinan dan agama. Sebagai contoh, di banyak tempat, Agama yang harusnya menjadi berkat bagi sesama manusia, malahan menjadi yang sebaliknya. Ini tentu tidak diakibatkan oleh semua individu pemeluk agama, namun oleh ulah beberapa pengikut garis keras agama tersebut. Agama bahkan dijadikan alat propaganda politik sesat. Agama diperalat untuk mencapai tujuan-tujuan politis semata.
Bilamana produk religiositas adalah konflik, apalah gunanya kita hidup beragama? Ketika agama kemundian lantas hanya mendatangkan mudarat daripada manfaat, untuk apa kita selalu hadir di rumah-rumah peribadatan memuji dan memuliakan nama Tuhan? Dan kalau agama hanya membentuk sekat-sekat dan semakin mengkotak-kotakkan kita, alangkah kasihannya para pendiri agama mula-mula, mereka yang tentu bertujuan sangat mulia itu, karena ternyata kita tidak memaknai agama itu seperti apa yang mereka harapkan. Bukankah tidak mungkin agama didirikan sebagai alat pertikaian dan sarana pemecah belah?
Indonesia yang memiliki begitu banyak keragaman, mulai dari suku, bahasa, adat istiadat dan agama, tentu pada tataran tertentu dapat saja menjadi sumber konflik berkepanjangan. Untuk itulah perlu ada sikap tenggang rasa, perlu juga memiliki sikap hati yang bijaksana dan rendah hati untuk memaknai semua perbedaan itu. Bahwa keragaman dan perbedaan itu harusnya disyukuri sebagai bentuk kekayaan yang tak ternilai harganya. Berbeda itu indah. Berbeda itu adalah keniscayaan. Dan sejak dunia diciptakan, tentu Tuhan sendiri sudah menghendaki supaya ada perbedaan dan keberagaman.
Para pendiri negara kita telah menetapkan NKRI dengan sebuah semboyan Bhinneka Tunggal Ika, sebuah semboyan yang sesungguhnya sudah ada seratus tahun sebelumnya, yang dicetuskan Mpu Tantular dan ditulis dalam Kitab Sutasoma. Arti semboyan Bhinneka Tunggal Ika adalah berbeda beda tapi satu.
Fakta sejarah telah membuktikan bahwa bangsa yang begitu heterogen sekalipun ternyata bisa juga hidup bahu membahu berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Dengan latar belakang suku, agama, dan budaya yang berbeda, satu dengan yang lain dapat hidup rukun saling menghargai dan menghormati. Di dalam mengisi kemerdekaan pun, sudah semestinya kerukunan dan toleransi itu tetap dipertahankan sebagai kekuatan kita untuk menjadikan Indonesia yang lebih baik dan lebih maju.
Agama Kristen dalam Kitab Yohanes 13:34 menyatakan, “Aku memberikan perintah baru kepadamu yaitu supaya kamu saling mengasihi seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian pula kamu saling mengasihi.” Ataupun ada ayat lain yang berkata kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Jelas di situ dikatakan kasihilah sesamamu manusia (siapapun dia), dan bukan hanya kasihilah sesamamu orang Kristen.
Islam dalam kitab suci Alquran tertulis, “Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan hanya satu umat saja, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian/ Anugerah-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah kamu sekalian dalam berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu sekalian, maka Aku akan beri tahukan apa yang kamu perselisihkan itu…”
Setiap agama, meskipun dengan bahasa yang berbeda-beda, isi kitab suci yang berbeda-beda, namun dalam hal kemanusiaan substansinya terlihat sama. Yaitu bahwa manusia harus berbuat kebajikan kepada sesamanya manusia. Menjadi berkat bagi orang lain. Menghadirkan sorga di dunia ini. Meminjam istilah Dr. Samratulangi, “Manusia hidup untuk menghidupkan orang lain” atau juga, “Manusia hidup untuk memanusiakan orang lain.”
Semoga kita dapat hidup dengan penuh tanggungjawab di republik ini. Hidup dalam ikatan tanggungjawab memelihara kerukunan dan persatuan, karena ke sanalah berkah Tuhan akan tercurah. Sejarah hidup yang amat panjang di negeri ini sudah mengajarkan kepada kita untuk menghargai perbedaan. Seberapa besarpun perbedaan kita dengan orang lain, mereka tetaplah sesama manusia yang harus kita kasihi itu.

Sebegitu Bobbroknyakah Bangsa Ini?

Mumpung tugas di kantor lagi tidak padat, saya menyempatkan diri menuliskan beberapa opini saya mengenai pesta demokrasi yang akan segera kita laksanakan tanggal 09 Juli nanti.
Sebenarnya hati ini gregetan melihat kondisi pra Pilpres ini,, mengapa tidak? Menurut saya karakter asli bangsa/masyarakat kita ini kelihatan semakin nyata pada masa-masa seperti ini.
Bagi saya mungkin ini merupakan suatu pembenaran bahwa masyarakat kita masih jauh dari namanya kaum intelek dan terdidik. Bagaimana tidak?? Lihat saja komentator para tim sukses yang notabene memiliki katanya pendidikan yang tinggi, bahkan sampai gelar professor.. tapi pernyataannya kerap tidak menunjukkan title yang disematkan pada namanya itu. Ironis memang, apakah mental bangsa kita ini sedemikian bobbroknya?? Sehingga Idealisme tidak lagi menjadi sesuatu hal yang penting, Rektor menjadi provokator, Mantan pejabat MA menjadi Pencerca, pemuka agama menjadi kaum pencela, nyaris tidak ada lagi politik yang mengedukasi. Bahkan agama yang seharusnya menjadi Sakral menjadi alat politik yang diperdagangkan. Sungguh aneh, bagaimana mungkin pemuka agama membuat suatu fatwa mengharamkan umat bila memilih satu pasangan tertentu..?? apakah mereka yang membuat aturan itu adalah suatu kebenaran yang mutlak? Apakah mereka sudah memposisikan dirinya sama dengan Tuhan? Sungguh terlalu…. Namun masyarakat kita yang cenderung tidak menelaah, mudah terprovokasi dan memilih mengikuti doktrin doktrin yang sesat karena mereka merasa pembuat doktrin lebih cerdas, lebih benar dari dirinya. Inilah suatu bukti bahwa masyarakat Indonesia masih belum memiliki jati diri, karakter, yang gambang berubah haluan.. apalagi bila diiming imingi janji manis, sesuap nasi yang pada akhirnya itu menjadi perangkap masuk ke dalam lubang “kebinasaan”.
Saudara-saudara setanah air.. mari kita coba merenung sejenak,, kita telaah masing masing calon yang ada, gunakan akal sehat yang jernih, jangan membela membabi buta, jangan gampang terhasut sekalipun itu pemuka agama yang paling kamu hormati.
Tidak kah kita rindu menjadi bangsa yang hebat? Tidak kah kita rindu dipimpin oleh orang yang mau melayani? Tidakkah kita rindu hidup harmonis dalam keragaman kita ini? Ingat Tuhan menciptakan matahari untuk semua orang… bukan untuk golongan tertentu bukan? Jadi janganlah lagi SARA menjadi Produk yang memecah belah kita.. biarlah kepercayaan yang kita yakini menjadi urusan pribadi kita dengan Tuhan.. gak perlu dicampurkan ke dalam urusan politik.
Lihat saja, apakah orang politik yang mengaku dirinya beragama lebih baik dibanding yang tidak beragama sekalipun? Mereka hanya ingin mencari kemaslahatan dirinya saja, demi kekuasaan mereka menghalalkan segala cara.
Saudara-saudariku marilah kita berdoa, jernihkan pikiran,, masa depan bangsa ini ada di tangan kita.
Saya kira tidak perlu rumus yang sulit untuk menentukan pilihan sekarang ini,, Hitam dan putih sudah jelas terlihat, Orang baik sudah jelas terlihat dari paras wajahnya… Siapa terpilih nanti menunjukkan karakter bangsa kita yang sesungguhnya.

Minggu, 29 Juni 2014

Ayo Bantu dan Dukung! Gerakan Dua Ribu Untuk Anak Yatim, Piatu dan Duafa!

1404028451385523430
sumber/www.suaracilosari.com
Ternyata dengan bermodalkan uang dua ribu rupiah, perempuan yang bernama lengkap Dian Asri Finlandia bersama teman - temannya ini berhasil mewujudkan mimpi anak - anak yatim, Piatu dan Dhuafa untuk mempunyai baju baru di hari lebaran. Lewat gerakan sosial yang Dian dan teman - temannya namakan #2ribuBuatBajuBaru ini bertujuan  ingin  satu lembar uang dua ribu yg kita punya bisa memberi Harapan bahkan Kenyataan untuk mereka Memakai Baju Muslim Baru di Hari Lebaran.

Dian yang mengambil studi jurusan di Fakultas Ekonomi UPI YAI, Jakarta ini sudah membuat gerakan sosial #2ribubuatbajubaru untuk yang ketiga kalinya, Ditahun pertama (2012) dana yg terkumpul dari #2ribuBuatBajuBaru berhasil mewujudkan Mimpi 189 anak yatim/piatu/dhuafa. Berhasil diserahkan ke 3 Panti Asuhan (Jakarta-Bekasi), 1 Rumah Singgah Anak Jalanan, dan 1 TPA anak dhuafa. Ditahun kedua (2013) dana yg terkumpul berhasil mewujudkan Mimpi 386 anak yatim/piatu/dhuafa. Berhasil diserahkan ke 7 Panti Asuhan (Jakarta-Bekasi) 1 Rumah Singgah Anak Jalanan (Bekasi) 1 Rumah Belajar Anak Dhuafa (Jakarta) & Anak-anak Desa banjarwangi, Kp.Ciwindu, Garut Selatan.

Ditahun ketiganya sekarang ini , Dian dan teman- temannya berharap  dapat menyerahkan baju baru ke lebih banyak Anak-anak Yatim/Piatu/Dhuafa yg punya mimpi yg sama.

Jika teman - teman ingin berpartisipasi bisa hubungi Founder & Penanggung Jawab: Dian@Finlandian 085695659462 / 275719A0 & Berry081293986667/7CE474F4 serta ikuti twitter @duaribukamu untuk mengikuti perkembangan gerakan #duaribubuatbajubaru tahun ini.

Jika ada yang ingin memberikan bantuannya bisa di kirim melalui Bank Mandiri dengan nomor rekening 1250010664217 an Dian Asri Finlandia BCA 5210704894an Berry Fitriand

14040286021193746856
www.suaracilosari.com

Berikut wawancara singkat kami dengan Dian Asri Finlandia.

Hallo Dian, kenapa tergerak buat bikin gerakan ini?

Karna waktu itu gue ngajar di panti tebet, setelah mereka bagi rapot kegiatan, ngajar gue liburin, terus pas gue mau kasih achievment buat mereka, mereka curhat mintanya baju muslim baru. Karna baju mereka ada yg gantung, ada yg robek, ada yg luntur, ada yg digigit tikus, macem2 alasan. Dan ada yg bilang “karna aku mau kaya anak2 lain kak, bisa ngerasain pake baju baru di hari lebaran”. Karna itu,gue langsung nge-iya in. Gak mikir padahal gak punya duit banyak buat beli baju buat anak2 yg gue ajar, sekitar 20 anak.

Terus, waktu itu gue sering ngambur2 duit terutama 2ribu. Sampe waktu itu gue ketemu nenek2 di st.manggarai (Jakarta) waktu itu gue lagi makan kerupuk harga itu kerupuk 2000. Itu nenek2 minta. Gue kasih. Trus dia curhat soal hidupnya & doain gue. Disitu gue sadar kalo 2000 yg orang anggep gak ada harganya ternyata berarti banget buat orang - orang kaya mereka. Terus gue curhat di twiter, iseng. Gue munculin #2ribuBuatBajuBaru. Eh, gayung bersambut. Keisengan twit gue dikomenin temen2 gue &mereka langsung bersedia bantu. Alhasil gue jadiin hastag itu sbg senjata ngumpulin dana.

Ada berapa banyak relawan yg partisipasi sama kegiatan ini ?

Tahun pertama 2012 gue gerak sendiri. Banyak yg ikut bantu kumpul dana memang. Tahun kedua, gue kumpulin lagi anak2 yg bantu di tahun pertama. Tahun ketiga, gue bikin nama buat lebih memudahkan org ketikaa nyari #2ribuBuatBajuBaru gue bikin twiter @duaribukamu. Orang2nya dari yg tahun pertama bantu ngumpulin dana. Awal tahun sempet bikin kegiaatan juga #DuRiPePaYa (dua ribu peduli panti yatim), waktu itu dibikiin buat bantu panti2 yg kebanjiran.

Udah 3 kali kegiatan ini, kendala terbesar yang dihadapi biasanya apa?

Sejauh ini alhamdulillah gak ada. Pernah denger kan “niat baik selalu ada jalan” nah sesusah apapun yg halangin kegiatan ini alhamdulillah jalannya selalu ada buat nyelesain. Haha gaaya banget gue.

Sejauh ini ada dukungan darimana aja, dari pemerintah gimana?

Gak ada. Masih via donasi dr orang2 aja. Jauh deket alhmdulillah pada percaya & mau sumbang. Insyaallah rencana nya tahun depan  bisa tembus ke pemerintah sekalian legalin ini jadi komunitas.

Kalo udah jadi komunitas, mau lebarkan ke nasional atau masih mau di wilayah yg udah di jalanin 3 tahun ini?

Nasional. Tahun pertaama cuma bekasi-jakarta. Tahun kedua bekasi-jakarta-garut. Tahun ketiga ini, bekasi-jakarta-depok-sukabumi-pontianak. Insyaallah, aamiin.Makanya tahun ini kita kerja ekstra buat sosialisasiin ini, biaar lebih banyak donatur &  bisa ke daerah2 itu.(GH)
DOKUMENTASI #2RibuBuatBajuBaru

14040287322083694255
www.suaracilosari.com
14040288551920689497
www.suaracilosari.com
14040289241729251741
www.suaracilosari.com
14040289941951318046
www.suaracilosari.com
Sumber Tulisan : www.suaracilosari.com/gerakanduaribu

Bulan Ramadhan dan Budaya Konsumerisme

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas kesempatan,berkah dan ridhonya sehingga masih memberikan kesempatan kami untuk berjumpa dengan bulan Ramadhan tahun ini. Sholawat serta salam tidak pula kami lewatkan kepada junjungan kami Rasulullah SAW yang selalu kami rindukan.
Bulan Ramadhan merupakan salah satu bulan dalam kalender Tahun Hijriyah yang selalu ditunggu dan dinantikan oleh setiap Muslim di seluruh belahan dunia. Bulan Ramadhan selalu dianggap sebagai bulan yang sangat mulia, dimana setiap Muslim selalu menjadi berbeda dari biasanya dalam menyambut lalu melewati dan mengakhiri bulan yang sangat penuh berkah ini.
Bulan Ramadhan identik dengan ibadah yang dilipatgandakan, atau dengan kata lain melakukan ritual ibadah (mahdoh) plus sunnah secara massive dan intensitas yang lebih banyak daripada biasanya. Pun begitu dengan pahala yang akan didulang, beberapa hadist shahih dan riwayat yang kuat sanad nya menceritakan bahwa beribadah di bulan Ramadhan adalah kesempatan untuk mendapatkan dan “berburu” pahala sebanyak- banyaknya. Seperti yang kita ketahui bahwa bulan Ramadhan sangat identik dengan puasa selama sebulan penuh (29/30hari), bermula saat waktu imsak sampai terbenamnya matahari (maghrib).
Dua hari yang lalu tepatnya hari Jumat tanggal 27 Juni 2014, Pemerintah Republik Indonesia melalui Institusi Resmi nya yaitu Kementerian Agama RI melakukan sidang isbat untuk menentukan jatuhnya awal bulan Ramadhan. Tidak seperti tahun tahun tahun sebelumnya, sidang isbat kali ini berlangsung tertutup. Namun, saat sudah ada keputusan mengenai hal tersebut Kementerian Agama melalui Menteri Agama Bapak Lukman Hakim Syaifuddin mengumumkan secara resmi bahwa 1 Ramadhan 1435H jatuh pada hari Minggu 29 Juni 2014. Ada satu hal menarik yang perlu diteladani, bahwa dalam hal ini beliau menerapkan “Tasamuh” ,yaitu menjunjung tinggi toleransi. Toleransi disini adalah menghargai perbedaan pendapat yang ada, dikarenakan sebagian muslim di Indonesia sudah melaksanakan puasa sehari lebih awal yaitu pada hari Sabtu, 28 Juni 2014.
Dampak bulan Ramadhan, atau bulan puasa begitu banyak khalayak menyebutnya memang sangat terasa. Dari beberapa media massa memberitakan bahwa lonjakan harga kebutuhan pokok terjadi dimana mana. Tampaknya fenomena tersebut selalu sama dan berulang dari tahun ke tahun. Saya kurang mengerti mengapa itu bisa terjadi, namun menurut hemat saya adalah dimana permintaan meningkat sedangkan penawaran terbatas dapat dipastikan harga akan otomatis melambung.
Sudah tidak dapat kita pungkiri bahwa kebutuhan akan bahan pokok (primer), dan beberapa kebutuhan sekunder di bulan puasa selalu melonjak sampai beberapa kali lipat. Sebagian besar orang seakan akan berlomba untuk menumpuk bahan kebutuhan tersebut, bahkan barang yang tidak (belum) penting pun sering tidak luput dari daftar belanja. Uniknya, banyak orang yang rela merogoh kantong lebih dalam untuk mendapatkan segala macam barang yang diinginkannya. Disini dikesankan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang istimewa, jadi ibadah kita harus maksimal dan segala hal termasuk pemenuhan nafsu belanja juga harus maksimal… Jauh dari kesan cukup dan sederhana. Yang menarik adalah walaupun harga naik, tetap dibeli. Tidak peduli uang yang ada, yang penting bisa beli ini itu. Terlepas dari urgensi apakah barang yang dibeli itu memang dibutuhkan atau tidak, yang penting hasrat terpenuhi.
Tidak ada yang salah dalam hal ini, namun yang perlu digaris bawahi adalah bulan suci Ramadhan seakan menjadi pembenaran atas sikap konsumsi yang berlebihan. Berawal dari pembenaran tersebut akhirnya berujung pada budaya konsumerisme. Karena sudah berlangsung lama dan lingkungan sekitar yang mendukung, maka budaya konsumerisme selama bulan Ramadhan dianggap sebagai suatu hal yang wajar dan semestinya dilakukan. Dari budaya seperti ini lah yang melahirkan pribadi/ kelompok masyarakat yang berlebihan, konsumtif, dan pemborosan. Dan yang lebih parah lagi, menurut saya adalah menghilangkan substansi dan nilai dari ibadah puasa itu sendiri. Nilai nilai yang terkandung sudah tidak selaras dengan praktik yang ada. Bukannya tujuan puasa adalah salah satunya untuk menahan dan menjaga diri terhadap hawa nafsu. Hawa nafsu disini bukan hanya hawa nafsu untuk makan minum atau seks, melainkan juga hawa nafsu untuk melakukan hal hal yang berlebihan dan tidak ada manfaatnya.
Semacam terjadi sekularisasi dalam kasus ini, ibadah (sholat/puasa) jalan terus namun juga melakukan hal hal yang tidak bermanfaat dan berlebihan. Bukannya malah mencederai makna bulan suci itu sendiri? Jika suatu hal sudah menjadi kebiasaan maka akan tercipta sebuah kebudayaan dan akan dianggap lazim.
Kita dihadapkan pada kenyataan bahwa saat ini sedang terjadi perang pemikiran, dimana tidak terjadi perang sungguhan secara fisik menggunakan peralatan berat. Namun lebih secara halus dengan menekakan pada metode pelemahan cara pandang atau pola pikir dan berujung pada lemahnya jatidiri kita sebagai umat Muslim yang sesungguhnya. Output dari pelemahan tersebut adalah iman kita yang naik turun dan cenderung merosot terus.
Media modern yang ada saat ini seperti Televisi, Media Sosial, dll turut mempunyai andil besar dalam membentuk suatu persepsi dan berhasil merubah sikap hidup Muslim di seluruh dunia. Kita dihadapkan pada kehidupan modern yang memaksa kita untuk mau tidak mau masuk dalam pusaran modernisasi. Perlu ditekankan disini bahwa, bukannya  anti terhadap modernitas karena mau tidak mau itu yang terjadi sekarang. Namun yang ingin saya tekankan adalah bahwasanya disini sebagai Muslim kita harus mempunyai identitas diri, prinsip yang kuat serta menjaga nilai nilai yang telah ada.
Seperti yang kita ketahui bahwa Islam dan bahkan mungkin semua agama tidak mengajarkan kita untuk berlebih lebihan (ghuluw), pemborosan, dan hedon. Ajaran agama kami mengajarkan untuk bersikap sederhana dan proporsional dalam bersikap, termasuk dalam membelanjakan sebagian harta untuk kebutuhan hidup. Karenanya kebutuhan dan keinginan (nafsu) itu mempunyai perbedaan yang sangat signifikan.
Sebagaimana yang telah banyak kita ketahui dan temui di lapangan, bahwa saat bulan Ramadhan Mall atau pusat perbelanjaan selalu penuh sesak. Banyak orang tidak ragu untuk membuang dan merogoh kocek lebih dalam untuk memenuhi hasratnya. Mall- Mall mewah saat ini yang banyak bertaburan di kota kota besar seakan menjadi simbol kejayaan pemilik modal dan penyambung hasrat kaum hedonis. Karena sesungguhnya yang melemahkan dan membuat Muslim lemah adalah karena kurangnya concern kita terhadap hal hal seperti itu. Kita mudah terbawa oleh arus perubahan, kita hanya menjadi followers dan berujung menjadi kaum konsumtif tanpa pernah berinisiatif untuk menjadi sebaliknya.
Sebenarnya jika kita bisa peka, masih banyak saudara yang membutuhkan bantuan lebih saat ini. Daripada kita hanya menuruti hawa nafsu, apa tidak sebaiknya mencoba sedikit prihatin dan mengalihkan sebagian harta kita untuk saudara saudara yang kurang beruntung tersebut. Bukankah bulan Ramdhan adalah bulan mulia dimana banyak sekali pahala sedang disediakan untuk kita. Pintu sudah dibukakan lebar lebar, sebaiknya kita jangan sampai menyesal jika pintu sudah tertutup kembali. Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah, manfaatkan sebaik baiknya untuk melakukan hal yang lebih baik dan bermanfaat.

Hak Asasi Manusia dalam Tarbiyah Ramadhan

Manusia adalah makhluq Allah yang paling mulia dan dimuliakan (al-isra’:70). Allah menundukkan segala sesuatu di alam ini guna memuliakan manusia (al-hajj:65 dan luqman:20). Allah hanya memberi taklif kepada manusia dan jin hanya untuk memuliakan manusia. Bahkan Allah pun memerintahkan jin dan malaikat untuk sujud kepada Adam hanyalah untuk membuktikan kemuliaan manusia di atas makhluk lainnya (al-a’raf;11).
Kemuliaan manusia itulah yang dewasa ini disebut dengan HAM (Hak Asasi Manusia). Organisasi HAM pun didirikan dan dipasok dengan anggaran dana yang besar. Banyak orang telah dituding dan diputuskan bersalah oleh organisasi tersebut. Bahkan banyak presiden dan pejabat Negara berdaulat pun dipenjarakan dengan tuduhan pelanggaran terhadap ATURAN yang dibuat oleh organisasi HAM itu.
Benarkah mereka itu melanggar undang-undang HAM yang dibuat oleh negara-negara Barat ataukah hanya karena sentimen politik dan agama dari orang-orang yang mendirikan organisasi itu?
Kenapa penjajahan Israel terhadap palestina tidak dianggap pelanggaran HAM DAN KEMANUSIAAN? Kenapa dukungan Amerika terhadap penjajahan Israel tersebut tidak dianggap pelanggaran HAM? Kenapa pembantaian muslim di poso beberapa tahun yang lalu tidak di angkat ke mahkamah internasional? Dan Kenapa hanya para pejabat muslim yang selalu dituding dan dipenjaran akibat pelanggaran HAM?
Semua pertanyaan itu seakan menjadi hal yang tabu untuk ditanyakan di berbagai media yang mengusung kebebasan pendapat.
Aturan tentang HAK ASASI MANUSIA yang orisinil dan bebas kepentingan pragmatis (baik individu atau negara tertentu) hanyalah yang ditetapkan oleh pencipta manusia, ALLAH yang diwahyukan kepada nabi Muhammad saw.
Kapan sebuah perbuatan disebut pelanggaran HAM dan tidak, Allah lah yang paling berhak menentukan. Untuk mengetahui aturan Allah itu manusia bisa membuka dan membaca serta memahami Al-qur’an dan hadist yang telah diwahyukan kepada nabi Muhammad.
Bulan ramadhan telah berlalu, puasa wajib telah ditunaikan, tilawah al-quran telah dikhatamkan, shalat tarawih dan qiyamullail telah dirutinkan, sedekah dan zakat juga telah dirampungkan. Namun sudahkan semua aktivitas ramadhan itu direnungkan dan dihayati nilai dan ruhnya?
Di dalam berbagai aktivitas ramadhan itu sungguh telah terkandung nilai-nilai kemanusiaan yang luhur dan agung.

Nilai-nilai Kemanusiaan dalam Tarbiyah Ramadhan

1. Pembedaan yang Kuat Antara Manusia dan Hewan
Dalam struktur organ tubuh yang dimiliki oleh manusia terdapat banyak kesamaan dengan struktur organ tubuh yang dimiliki oleh hewan. Sehingga dunia kedokteran dapat melakukan transplantasi organ tubuh hewan ke dalam tubuh manusia, contoh: organ ginjal babi dapat di tanam ke dalam organ tubuh manusia yang memiliki kerusakan ginjal. Karena kesamaan jaringan antara kedua ginjal manusia dan babi.

Dalam kebiasaan hidup sehari-hari pun manusia memiliki kesamaan dengan hewan, manusia dan hewan sama-sama makan makanan yang sama, selera yang sama. Manusia makan daging, anjing, kucing, harimau, singa dan lainnya juga menyukai makan daging. Manusia makan dedaunan…kambing, kerbau , sapi, rusa dan lainnya juga menyukai makan dedaunan.
Dari hal-hal tersebut di atas, bisa kita katakan bahwa sulit mencari perbedaan antara manusia dan hewan secara fisik dan selera hidup. Lalu kenapa manusia lebih dimuliakan dari pada hewan?
Membedakan manusia dan hewan diantaranya adalah bahwa manusia memiliki aturan makan dan minum serta kegiatan seksual. Sedangkan hewan tidak memiliki aturan makan, aturan minum dan aturan kegiatan seksualnya.
Manusia diwajibkan untuk berpuasa dan menahan diri dari makan, minum dan kegiatan seks di siang hari bulan ramadhan, sementara hewan tidak memiliki aturan tersebut. Sehingga jika ada manusia yang sepanjang tahun terus menerus makan tanpa mentaati aturan puasa ramadhan, itu berarti manusia itu tidak ingin membedakan dirinya dari seekor hewan yang selalu makan sepanjang hari dan sepanjang tahun.

2. Pemeliharaan Ruhiyah
Manusia memiliki dua sisi kehidupan, yaitu kehidupan jasmani dan kehidupan ruhani. Kehidupan jasmani dipelihara dengan makanan dan minuman yang dikonsumsi. Sedangkan kehidupan ruhani dipelihara dengan peribadatan yang benar kepada sang pencipta alam semesta, yaitu Allah serta dengan berpikir yang benar tentang kehidupan. Tanpa makanan dan minuman maka kehidupan jasmani akan rusak dan tanpa peribadatan maka kehidupan ruhani manusia pun akan rusak.
Peribadatan adalah sebuah sikap ketundukan terhadap Allah untuk melakukan kegiatan yang menjadi perintahNya. Puasa ramadhan adalah salah satu perintah Allah yang menjadi sebuah kegiatan peribadatan resmi untuk menghidupkan ruhani manusia agar dapat menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya.
Tawuran antar pelajar dari berbagai level adalah bukti rapuhnya ruhiyah dan spiritual mereka. Maraknya kelakuan mesum antar muda mudi adalah bukti terabaikannya hak asasi manusia secara spiritual. Kasus pembunuhan dalam satu keluarga dan satu kampung adalah bukti lain bobroknya nilai spiritual dari dalam diri masyarakat.
BERIBADAH adalah HAK ASASI MANUSIA yang paling mendasar dan sangat penting bagi setiap manusia. Maka dengan beribadah puasa manusia telah memenuhi hak-hak dirinya sebagai manusia. Pemerintah yang melindungi dan memfasilitasi puasa ramadhan bagi warga negara muslim adalah pemerintah yang paham dan melindungi hak asasi warga negaranya dengan baik.
HAK ASASI MANUSIA yang selama ini dipahami oleh dunia internasional hanyalah hak jasmani manusia belaka, mereka lupa bahwa ruhani dan spiritual juga merupakan bagian dari manusia yang tak dapat dipisahkan dari diri manusia itu sendiri. Kebutuhan akan kehidupan spiritual dan ruhani adalah bagian dari HAK ASASI MANUSIA yang tidak boleh dilupakan.
Pemerintah republik indonesia hendaknya selalu siap untuk memfasilitasi kegiatan masyarkat yang dapat menguatkan ruhiyah dan mental mereka. Kegiatan peribadatan hendaknya mendapatkan perlindungan maksimal serta suntikan dana yang besar agar rakyat indonesia menjadi rakyat yang kuat secara fisik dan kuat secara mental spiritualnya.

3. Perlindungan Kesehatan
Kesehatan adalah hal sangat penting bagi manusia. Dengan kesehatan maka manusia mampu menjalani berbagai aktivitas kehidupannya dengan nyaman dan menyenangkan. Nabi saw adalah pelopor kesehatan yang hakiki. Beliau telah mengajarkan banyak hal yang berkaitan dengan kesehatan fisik manusia.
Mengajarkan toharoh dan hidup bersih serta higienis, beliau juga mengajarkan mencuci tangan, mengajarkan menggosok gigi, mengajarkan menyisir rambut, mengajarkan berbekam, memotong kuku, mencukur bulu ketiak dan masih banyak ajaran kesehatan lainnya.
Sementara ibadah puasa termasuk ibadah yang juga berimplikasi kesehatan yang sangat signifikan bagi seseorang. Dengan berpuasa kesehatan pencernaan akan terjaga, jika sakit pencernaan maka puasa pun menjadi solusi obatnya.
Dengan ibadah puasa berat badan yang tidak dibutuhkan pun dapat diturunkan sehingga kembali normal sesuai dengan kebutuhan seseorang.
Kesehatan adalah bagian dari hak asasi manusia yang tidak boleh diabaikan oleh setiap individu maupun oleh sebuah pemerintahan bahkan dunia internasional.
Dengan berpuasa ramadhan atau puasa sunnah lainnya maka seseorang akan merasakan kesehatan. Ini adalah jaminan dari nabi Muhammad saw dan dibenarkan oleh semua pakar medis dan kesehatan dari seluruh dunia.
berjihadlah kalian maka kalian akan memperoleh kekayaan harta benda, berpuasalah kalian maka kalian akan memperoleh kesehatan, dan bersafarlah maka kalian akan memperoleh kepuasan hidup. [HR. Thobroni]
Sebuah pemerintahan yang ingin rakyatnya sehat tidak mungkin mengkampanyekan pemakaian kondom untuk pergaulan bebas muda-mudi. Pemerintah yang mengkampanyekan pemakaian kondom untuk pergaulan seks bebas adalah pemerintahan yang telah melecehkan kehormatan dan hak asasi manusia.

4. Pemanfaatan Waktu Secara Benar
Termasuk hak asasi manusia yang mendasar adalah waktu/masa yang di miliki oleh seorang manusia itun sendiri. Masa kecil adalah masa pertumbuhan dan perkembangan seorang manusia dari segala aspek. Aspek fisik, aspek pengetahuan dan aspek karakter.
Menghalangi seorang anak untuk belajar pengetahuan berarti telah merampas hak asasi dari anak itu. Mempekerjakan seorang anak di usia belajar adalah perbuatan eksploitasi yang merampas hak asasi seorang anak di waktu kecil mereka. Begitu juga membiarkan mereka bermain tanpa pendidikan dan pengajaran nilai-nilai kehidupan termasuk pelanggaran hak asasi manusia yang dimiliki oleh anak tersebut.
Perlindungan hak asasi manusia kepada manusia dapat diwujudkan dengan mengajarkan pemanfaatan waktu secara benar. Bulan ramadhan adalah bulan yang menjadi sarana untuk mengajarkan manusia memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Di ramadhan manusia diajarkan untuk bangun malam sebelum terbit fajar untuk melakukan sahur dengan makan dan minum. Setelah itu disambung dengan sholat subuh dan sunnahnya lalu di sambung dengan berpuasa sepanjang hari hingga terbenamnya matahari.
Tidak berhenti sampai di situ….setelah berbuka puasa dilanjutkan dengan sholat maghrib, isya dan sholat sunnah tarawih serta tilawah. Setelah itu barulah kita beristirahat beberapa saat dan mengulang kegiatan yang sama pada hari berikutnya.
Kegiatan ekonomi kita kita jalankan sambil berpuasa, kegiatan politik kita kita jalankan sambil berpuasa. Kegiatan sosial kita, kita jalankan sambil berpuasa. Seluruh aktivitas kita di bulan ramadhan kita jalankan sambil berpuasa. Ada rasa lapar, rasa haus, lelah dan capek.,,namun kita tidak memungkiri dampak pemanfaatan waktu secara maksimal yang belum tentu dapat kita lakukan di bulan lain. Subhanallah dengan berpuasa kita merasakan waktu yang begitu berharga yang menjadi hak asasi bagi setiap manusia.
Oleh karenanya pemerintah harus terus menjadi pelopor dan penggerak agar masyarkat dapat menggunakan waktu mereka dengan baik dan penuh manfaat. Membatasi segmentasi hiburan di televisi swasta dan pemerintah serta memperbanyak tayangan yang memberi manaat ilmu pengetahuan dan dan pembangunan karakter yang kuat.

5. Pengendalian Selera dan Nafsu
Termasuk hak asasi manusia adalah hidup terhormat di tengah masyarakat. Masyarkat akan menghormati setiap warga yang memiliki pengendalian diri dengan baik. Pengendalian terhadap syahwat dan nafsu serta selera dirinya. Masyarakat akan menghormati seseorang yang mendapatkan makanannya dengan cara yang baik dan halal, akan menghormati setiap orang yang mendapatkan kesenangan seksualnya dengan baik, mendapatkan kekuasaan politiknya dengan baik dan halal.
Namun sebaliknya, masyarakat tidak akan memberi penghormatan kepada seseorang yang mengambil hak orang lain dengan cara-cara kotor dan tidak baik.
Itu semua tergantung pengendalian seseorang akan selera dan nafsu dirinya. Dengan ajaran agama islam seseorang mengerti bagaimana mencari nafkah yang halal, membangun keluarga yang benar, mengalahkan musuhnya dengan terhormat.
Dengan ajaran puasa ramadhan maka seseorang akan memiliki kemampuannya untuk mengendalikan hawa nafsu dan selera pragmatisnya, dengan qiyamullail ramadhan seseorang akan terdidik untuk tidak selalu mengikuti selera dan kepentingan pragmatisnya. Ia akan terdidik untuk berfikir lebih jauh dan futuristic. Ia berpuasa ramadhan dan I’tikaf 10 hari terakhir maka ia mampu mengendalikan dirinya, tidak lupa diri, tidak lupa daratan dan tetap menjaga kehormatan dirinya hingga ajal menjemputnya.
Manusia yang menjaga kehormatan dirinya adalah manusia yang telah mendapatkan hak asasinya sebagai manusia dengan benar. Manusia yang mampu mengendalikan selera dan nafsunya adalah manusia yang telah menggapai hak asasinya sebagai manusia dengan benar.
Begitu juga pemerintah yang tidak membiarkan warganya mengumbar nafsu dan syahwat adalah pemerintah yang telah menjaga dan melindungi hak asasi manusia bagi warganya.

6. Penyetaraan Pria dan Wanita Secara Benar
Penyetaraan pria dan wanita artinya menempatkan pria pada tempatnya dan menempatkan wanita pada tempatnya. Tempat bagi pria dalam hidup ini adalah hal-hal yang telah diatur oleh sang pencipta sebagaimana yang diwahyukan kepada nabi Muhammad saw serta hal-hal yang dapat diterima oleh akal sehat dan naluri manusia. Sedangkan tempat bagi wanita dalam hidup ini adalah hal-hal yang telah diatur oleh sang pencipta sebagaimana yang diwahyukan kepada nabi Muhammad saw serta hal-hal yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.
Menempatkan pria di tempat wanita dan menempatkan wanita di tempat pria bukanlah penyetaraan antara pria dan wanita. Jika pria ditempatkan di tempat pria dan wanita ditempatkan di tempat wanita maka keduanya telah berada di tempat yang setara dan seimbang.
Penyetaraan antara pria dan wanita bukanlah menyamakan 100% antara keduanya. Peran keduanya telah diposisikan dengan tepat oleh sang pencipta yang maha tahu tentang manusia. Penyetaraan antara pria dan wanita bukanlah memberikan peran kepada keduanya sesuai dengan selera dan nafsu masing-masing. Penyetaraan antara pria dan wanita bukanlah mengikuti kecenderungan nafsu dan syahwat masing-masing.
Allah swt adalah tuhan yang menciptakan pria dan wanita. Ia telah menempatkan pria dan wanita sesuai dengan spesifikasi yang telah diciptakannya dalam diri manusia itu secara fisik maupun psikis.
Secara umum pria memiliki fisik dan psikis yang lebih tangguh dan kuat dari pada wanita maka pria ditempatkan untuk berperan dalam hidup ini sesuai dengan kapasitas dan spesifikasi tersebut. Tidak ada diskriminasi antara pria dan wanita dari penempatan yang telah ditetapkan oleh sang pencipta, Allah swt.
Kontes waria yang di adakan di negri kita ini adalah salah satu bentuk pelanggaran hak asasi manusia karena tidak menempatkan pria dan wanita pada tempat yang telah di tetapkan oleh sang maha pencipta.
Di dalam bulan ramadhan kita temukan penyetaraan antara pria dan wanita dalam hidup dengan memberikan beban puasa wajib yang sama antara pria dan wanita karena keduanya memiliki kemampuan untuk menjalankan tugas puasa ramadhan tersebut.
Di bulan ramadhan Allah swt memberikan pahala yang sama dengan tugas yang sama jika pria dan wanita mentaatinya. Di ramadhan Allah swt memberikan keringanan bagi wanita untuk tidak berpuasa ramadhan dengan alasan kewanitaan seperti haid, nifas atau menyusui yang memberatkan. Namun Allah swt memberikan keringanan yang sama bagi pria dan wanita untuk tidak berpuasa ramadhan dengan alasan sakit, gila dan kurang akal.
Di bulan ramadhan nabi saw mencontohkan bagi laki-laki untuk I’tikaf 10 hari terakhir dan tidak menghimbau kepada wanita (walaupun boleh) untuk melakukan I’tikaf akibat kesibukan rumah tangga yang tidak mungkin ditinggalkan oleh seorang ibu rumah tangga. Para istri nabi tidak I’tikaf saat nabi saw masih hidup, mereka baru melakukannya saat nabi saw telah wafat.
Pemerintahan yang bijak adalah pemerintahan yang dapat menempatkan pria dan wanita di tempat yang telah ditetapkan oleh Allah swt.

Penutup
Begitulah tarbiyah ramadhan mengajarkan kita akan hak-hak kemanusiaan yang selama ini kurang dipahami oleh sebagian besar kaum muslimin. Banyak muslimin yang hanya mem-beo terhadap orang-orang non-muslim bahwasanya ajaran Islam tidak ramah dengan manusia, tidak menempatkan manusia dengan benar, melecehkan wanita, memarginalkan wanita dan berujung pada ajakan untuk tidak lagi meyakini 100% akan ajaran Islam yang dianutnya sejak kecil hingga dewasa.Nau’uzubillah min zalik.
Mari kita beristighfar dan memohon ampun kepada Allah swt atas kekerdilan diri kita dalam berpikir, memohon ampun atas kesalahfahaman kita akan syariatnya, memohon ampun atas buruk sangka kita terhadap ajaranNya yang dibawa oleh nabi Muhammad saw.

Sabtu, 28 Juni 2014

Selamat Puasa Ramadhan 1435 H

Bulan puasa atau bulan Ramadhan telah tiba. Umat Islam di seluruh dunia berpuasa selama sebulan penuh. Pemerintah Indonesia sudah menggelar sidang Isbat untuk menetapkan awal Ramadan 1435H/2014 M, di Gedung Kemenag, Jakarta Pusat. Perwakilan ormas Islam turut hadir termasuk perwakilan dutabesar negara sahabat.
Namun ada yang berbeda pelaksanaanya, tidak seperti tahun sebelumnya, sidang Isbat kali ini berlangsung tertutup. Kalangan jurnalis tidak bisa meliput secara langsung karena sidang dilaksanakan secara tertutup. Tahun-tahun sebelumnya sidang Isbat pasti selalu terbuka dan disiarkan secara langsung.
Muhammadiyah jauh hari sudah menentukan 1 Ramadan jatuh pada Sabtu 28 Juni 2014. Mereka menggunakan metode hisab atau perhitungan astronomi. Metode ini berbeda dengan yang digunakan pemerintah, yakni Rukyatul Hilal atau melihat bulan.
Setelah adanya pelaporan dan pembahasan hasil rukyatul hilal pasca shalat Maghrib. Akhirnya Sidang Isbat yang digelar Kementerian Agama menetapkan 1 Ramadhan 1435 Hijriah jatuh pada hari Ahad 29 Juni 2014.
Sidang Isbat ini mendengarkan laporan saksi yang ditempatkan pada 63 titik di Indonesia untuk melakukan rukiyah hilal. Dari laporan saksi, tidak ada hilal yang terlihat sampai 1 derajat.Posisi bulan di seluruh Indonesia pada saat magrib hari Jumat, 27 Juni 2014, masih di bawah ufuk.
Berhubung tidak ada satupun saksi dari 63 titik yang berhasil melihat hilal, maka sidang Isbat menyepakati melakukan istiqmal, yaitu menyempurnakan bulan Syaban selama 30 hari. Keputusannya maka diputuskan  1 Ramadhan jatuh bertepatan dengan hari Ahad, 29 Juni 2014.
Kaum muslim sudah jauh-jauh hari siap menyongsong puasa Ramadhan seperti puasa sunat di bulan Rajab dan puasa sunat di bulan Syakban agar ketika memasuki 1 Ramadhan 1435 H sudah siap untuk menjalankan kewajiban berpuasa.
Walaupun perbedaan penentuan awal Ramadhan maka di prediksi semua ormas Islam akan berlebaran di hari yang sama yaitu pada tanggal 29 Juli 2014. Namun perbedaan awal puasa ini kelak berdampak saat penetapan hari raya Idul Adha pada 2014 dan 2015. Berdasarkan perhitungan astronomi, akan muncul keseragaman awal puasa dan Idul Fitri bagi umat muslim di Tanah Air dimana awal puasa dan Idul Fitri akan seragam dari 2015 hingga 2022.
Selama delapan tahun itu akan terjadi keseragaman, karena posisi bulannya sudah cukup tinggi. Tunggu saja delapan tahun kedepan Kita akan berpuasa dan berlebaran yang sama di seluruh Indonesia.
Selamat menunaikan Ibadah puasa Ramadhan 1435 H, Semoga amal Ibadah Kita diterima oleh Allah SWT. Mohon maaf lahir dan Bathin.

Ramadhan: Bulan Penuh Berkah (Sebuah Refleksi)

Setelah melewati Bulan Rajab dan Sya’ban, penanggalan bulan menurut kalender Hijriyah. Bulan Rajab dan Sya’ban adalah bulan yang di dalamnya mengandung keberkahan. Kini umat Muslim akan menyambut Bulan yang di dalamnya terdapat berbagai keistimewaan yang luar biasa dibanding dengan bulan-bulan lainnya. Lebih tepatnya umat muslim akan berpuasa selama satu bulan penuh. dengan menahan seluruh yang dilarang-Nya, dan mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya. Janji pahala yang berlipat didalamnya ketika seseorang mengerjakan banyak kebaikan. Dan akan bernilai pahala jika semuanya diniatkan untuk semata-mata menggapai ridha Allah swt.
Dalam dunia ke-pesantrenan, seluruh kegiatan yang ada pada bulan Ramdhan tidak asing lagi akan diisi dan dipenuhi dengan berbagai pengajian kitab kuning(Kutubutturats). Kitab Kuning, hanyalah sebuah istilah, pada hakikatnya kitab kuningadalah kitab-kitab karangan Ulama-ulama klasik (salafushaalih) yang sampai sekarang masih digunakan di pesantren-pesantren. Pengajian kitab ini bisa dibilang seharian penuh. dari kitab-kitab yang menguraikan penjelasan panjang lebar, sampai dengan kitab-kitab yang ringkas.
Uforia ini jelas dibarengi semangat para santri untuk menggali kitab-kitab yang akan di pelajarinya.  Ini diantaranya keistimewaan bulan Ramdhan yang terjadi di pesantren. Rasanya sebagai pembelajar yang selalu haus akan ilmu-ilmu keagamaan. rutinitas ini nyaris tidak terasa capek atau pun kelelahan. karena semuanya diniatkan lillahi ta’ala,hanya untuk menggapai ridha  Allah semata.
Berbeda dengan masyarakat muslim keseharian. Dunia santri dengan rutinitas pengajiannya, sedangkan masyarakat muslim keberkahan tersebut bisa dirasakan pada saat ingin berbuka puasa. Banyak dari para pedagang-pedagang yang menjajakan makanan-makanan untuk berbuka puasa (Ta’jil) yang mendapatkan keberkahan dari Ramadhan. makanan ta’jil terkadang selalu menarik untuk menu buka puasa, dan ini yang selalu dicari oleh konsumen untuk berbuka puasa. Alhasil, tempat-tempat yang biasanya menjajakan makanan ta’jil untuk berbuka selalu padat dan ramai di banjiri oleh masyrakat.
Walau demikian, semoga keseharian yang dilakukan masyarakat tersebut tidak meninggalkan esensi dari bulan ramdhan itu sendiri, yaitu meningkatkan kadar keimanan, ketakwaan, karena ramdhan adalah bulan pembakaran, yakni pembakaran teruntuk dosa-dosa yang telah diperbuat sebelumnya. seperti yang diungkapkan sebuah Hadits Nabi saw.
من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه
barang siapa berpuasa Ramdhan, dengan kondisi keimanan dan hanya mengharapkan pahala Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

Ramadhan Merajut Ukhuwah Islamiah

Ada yang tidak berubah saat datangnya bulan Ramadhan.Khususnya di Indonesia kita akan selalu dihadapkan pada kenyataan bahwa terdapat perbedaan pendapat mengenai akhir bulan Sya’ban dan awal bulan Ramadhan.Perbedaan ini utamanya mengenai metode yang digunakan didalam menentukan awal puasa.Pemerintah menggunakan metode Rukyat yaitu mengamati kenampaan dari hilal.Dilain pihak Muhammadiyah menggunakan metode Hisab yang menggunakan perhitungan matematis.Karena perbedaan kedua metode inilah maka seringkali kita mengalami perbedaan awal puasa dan hari raya idul fitri.
Tetapi yang patut diapresiasi adalah sikap yang ditunjukkan oleh para petinggi ormas Islam dan pemerintah yang membuat perbedaan itu sebagai sebuah rahmat dan tidak perlu untuk di jadikan alasan untuk saling menyalahkan. Dan nilai-nilai persaudaraan yang telah diperlihatkan oleh tokoh-tokoh Islam saat dilangsungkannya sidang isbat tadi malam paling tidak telah memberi angin segar tumbuhnya nilai-nilai persaudaraan didalam Islam khususnya di Indonesia.Dan sebagai Negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam , maka dengan menjaga Ukhuwah Islamiah dalam Negara ini secara tidak langsung telah berupaya untuk menjaga semangat persatuan dan kesatuan bangsa.
Dalam banyak kesempatan pernah digulirkan harapan untuk menyatukan penentuan awal Ramadhan.Harapan yang akan membuat pelaksanaan puasa dan hari raya berlangsung secara bersamaan.Namun hal itu sebenarnya bukanlah hal yang penting utamanya dalam mewujudkan konsepsi Ukhuwah Islamiah.Hal yang penting sebenarnya adalah bagaimana kita menyikapi perbedaan itu dengan bijaksana tanpa harus menyalahkan atau merasa paling benar.Karena hal yang menakjubkan dari Ukhuwah Islamiah itu bukan saat Umat Islam bersatu karena persamaan tetapi Umat Islam bersatu dengan perbedaan.Dan di Indonesia hal ini adalah sebuah keunikan tersendiri yang walaupun pada hari ini konsep itu perlahan tetapi pasti mulai terkikis.
Dalam kehidupan yang lebih luas kita melihat bagaimana perbedaan dalam Islam telah membuat terjadinya banyak perselisihan.Sunni melawan Syiah adalah salah satu contohnya.Perbedaan antara keduanya telah menjadikan Negara timur tengah yang merupakan basis utama agama islam menjadi terpecah belah.Konflik demi konflik semakin membesar yang saya kira sangat berbahaya bagi keberlngsungan kehidupan beragama Islam.Parahnya konflik sektarian itu selalu ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan politik yang mengarah pada perebutan kekuasaan.
Di Indonesia ,konflik sektarian utamanya yang mengangkat isu Suni-Syiah pernah terjadi di daerah Jawa Timur yaitu kawasan Sampang , Pasuruan dan Jember.Hal ini tentu menjadi sebuah keprihatinan karena hal ini terjadi di Jawa Timur dimana daerah ini merupakan basis ormas Nahdatul Ulama yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dalam beragama.Pertanyaan besar akan muncul ,”Di daerah yang dihuni oleh pengikut-pengikut ormas yang toleran saja terjadi perselisihan terus bagaimana dengan daerah lainnya?”
Baginda Nabi pernah bersabda dalam sebuah hadis yang mengingatkan umat akan perpecahan yang terjadi di dalam tubuh Islam dimana dalam perpecahan itu hanya satu golongan yang masuk surga yaitu golongan “Jamaah”.Untuk sementara kita berselisih tentang siapa sebenarnya golongan Jamaah tersebut.Masing-masing pihak kemudian membuat klaim atas golongan tersebut.Dan seperti yang sudah-sudah , karena merasa paling benar maka kemudian dengan sangat berani menyebut golongan yang tidak sepaham dengan sebutan golongan sesat , kafir dsb.Padahal konteks dan keprihatinan yang mungkin ingin disampaikan oleh Baginda Nabi adalah perpecahan itu sendiri.Karena bagaimanapun musuh terbesar umat Islam adalah perpecahan di tubuh Islam itu sendiri.
Karenanya boleh jadi golongan yang dimaksudkan Baginda Nabi adalah golongan-golongan yang tidak mau berpecah belah salah satu contohnya adalah seperti halnya apa yang telah dilakukan oleh tokoh-tokoh Islam tadi malam.Wallahualam.
Semoga Ramadhan kali ini memberi berkah dan mengokohkan semangat Ukhuwah Islamiah utamanya di Republik tercinta kita ini.
Marhaban ya Ramadhan…Selamat menunaikan ibadah puasa bagi semua saudara saya sesama Muslim….  

Jumat, 27 Juni 2014

Ritus Ramadhan Indonesia Rasa Jawa

Bosan berkomentar politik, apalagi melihat berita televisi nasional di Indonesia, hari ini Jumat 27 Juni 2014 ummat Islam di Indonesia akan menyambut bulan Ramadhan (wulan puoso). Sejenak kita move on dari gejolak caci maki politik yang tidak merubah kehidupan kita kedepan.
Saya akan membahas bukanlah dari ayat-ayat Qur’an dan hadis-hadis berkenaan dengan wajibnya puasa dan amalan-amalan yang dianjurkan. Studi fenomenologis bukan pula semata-mata puja-puji dan sugesti untuk memborong segenap kebajikan yang diiming-imingi selama Ramadan.
Hassan Hanafi—intelelektual Mesir yang suka mengunakan pendekatan ini dalam studi agama—mengatakan bahwa studi fenomenologis Ramadan merupakan upaya menyelidiki fakta Ramadan sebagaimana dipraktikkan suatu masyarakat tertentu (ramadhân fil mumârasât al-ijtimâiyyah). Dengan pendekatan ini, kita menguji sejauh mana unsur-unsur yang normatif dalam agama jadi bermakna dan diwujudkan dalam kenyataan di suatu masyarakat. Dengan itu pula, kritik sosial jalan dan mendapat ruang
Di bulan Rhamadhan ini. Tuhan betul-betul maha pemurah. Derajat pahala Ia lipatgandakan(dosa pun demikian). Setan-setan di kerangkeng. Itulah kenapa semua orang Islam sepakat, Ramadan adalah bulan penuh berkah. Tapi sebagai seorang mahasiswa antropologi agama, Saya mencoba tidak berhenti di sini. selain penuh berkah, Ramadan di Jawa adalah bulan yang penuh ritus khususnya Cirebon, pada umumnya Jawa.
Ramadan di Jawa adalah sebuah rentang waktu yang luar biasa unik di mana sejumlah ritus dirayakan secara terus-menerus tanpa putus dan dinikmati dengan penuh kegembiraan dan sukacita. Dua ciri utama itulah yang membuat Ramadan di Jawa punya keunikan yang sukar ditemukan bandingannya di tempat mana pun.
Orang Jawa sudah memulai perayaan Ramadan sejak setengah bulan sebelum bulan penuh berkah itu datang. Sejumlah ritus digelar guna menyambut Ramadan: dari acara nisfu syaban, arak-arakan keliling kota, bersih desa, ziarah di kuburan, hingga padusan.
Di Cirebon ada kegiatan Munggahan, ada yang berziarah ke makam wali, ada yang Ziarah ke Maqam orang tua, syekh atau ulama penyebar Islam. Bisa juga dengan cara mandi di sungai, mandi di laut bahkan, ada yang membahagiakan kedatangan bulan Ramadhan dengan cara makan bersama-sama (babancakan) di pegunungan, di sawah, dan bukit-bukit.
Bagi Muslim di Indonesia, khususnya di  Cirebon Jawa Barat, munggah adalah hari terakhir di bulan Ruwah,.Sehari sebelum memasuki bulan penuh suci dan penuh berkah. Bagi mereka, penyambutan terhadap bulan Ramadhan atau munggahan tak kalah pentingnya dengan beribadah puasa itu sendiri.
Namun, kita sering lupa mempertanyakan: adakah kata munggah dalam kosakata Arab, negeri kelahiran Islam dan bahasa Al Quran itu? Atau ada kah aturan dan kewajiban umat Muslim untuk menggelar Munggahan? Tapi tak perlu seserius itu dalam menyikapi Munggahan sebagai fenomena budaya masyarakat Islam Cirebon. Karena tujuan dari perayaan adalah bentuk nyata dari rasa syukur atas kehidupan. Begitu pula dengan Munggahan.Anggap saja ini sekadar berbagi.
Seperti yang dilakukan di lingkungan Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, yang memiliki tradisi unik yaitu tradisi drugdad atau menabuh bedug yang merupakan peninggalan Wali Songo sebagai tanda dimulainya puasa. Tradisi drugdag adalah tradisi menabuh bedug untuk memperingati atau menyambut bulan suci ramadhan yang sudah dilakukan oleh para wali dalam menyiarkan agama Islam di Cirebon, Jawa Barat. Sampai dengan saat ini, Keraton Kasepuhan Cirebon masih setia menjalankan tradisi drugdad yang dilakukan H-1 puasa atau tepatnya pada hari Jumat sore ini.
Tradisi drugdad dilakukan dengan memukul bedug di dalam masjid Keraton Kasepuhan sehabis salat Asar atau pada sore hari menjelang malam sebagai tanda bahwa esok hari kaum muslim akan shaum. Uniknya, dalam hal menabuh drugdag atau bedug tak bisa dilakukan oleh sembarang orang, karena harus dilakukan oleh keturunan dari Keraton Kasepuhan.
Tradisi drugdad yang sudah dilakukan ratusan tahun ini, semata mata hanya untuk memperingati atau menyabut bulan suci ramadhan dan sekaligus memberitahu kepada warga sekitar keraton bahwa besok sudah akan memulai menjalankan ibadah puasa.
Pesantren Annadamah salah satu pesantren tertua di Jawa Barat ada juga tradisi drugdag atau lazim disebut dengan dugdag ada sebuah persamaan dengan drugdag di keraton Cirebon, yaitu di pukul satu hari menjelang puasa selepas salat Ashar.
Di Annadamah Pesantren dugdag sebagai sebuah petanda esok adalah puasa Rhamadhan, dugdag ini di pukul oleh para santri, jamaah saat ikut jamaah di Msjdid Agung Annadamah Pesantren Cirebon. Tentunya hal ini dilakukan atas perintah dari sang kiai sepuh di pondok Annadamah Pesantren.
Memukul beduk di masjid tidak hanya sekadar memberitahukan waktu salat telah tiba.Melainkan juga sebagai sarana komunikasi pengurus masjid denganmasyarakat untuk mengumumkan awal tibanya bulan Ramadan. Untuk mendapatkan nada yang enak didengar, setiap 20 menit sekali pemukul beduk bergantian memukul beduk. Gendang besar itu dibunyikan dengan tiga nada pukul yang berbeda-beda. Masing-masing nada memiliki kelainan sehingga suara beduk yang dibunyikan pada tengah malam itu memiliki kekhasan tersendiri
Ketika Ramadan datang, ritus-ritus lain dirayakan dengan intensitas yang makin kencang: acara buka puasa bersama, takjilan, tadarusan, taraweh, dugderan membangunkan sahur, nuzulul qurían, Pasaran, dll. Media massa, baik cetak maupun elektronik, juga merayakannya. Koran-koran menyediakan kolom khusus Ramadan. Acara tivi dipenuhi nuansa Ramadan, mulai sinetron Ramadan, lagu-lagu Ramadan, kultum, acara sahur.
Sebulan sebelum bulan Rhamadhan , dulu di kampung tersebut beberapa anak kecil, dewasa, baik laki-laki maupun perempuan . mereka mandi dengan air dari sumur terbuka, atau lazim di sebut dengan “Adus pitung sumur’. Mereka mandi selepas salat Ashar di hitung dari satu sumur ke sumur lainnya hingga jumlah tujuh sumur.
Yang juga menjadi khas di Cirebon adalah peran perempuan selama Ramadan. Tidak seperti di Maroko(Geertz, Islam Maaroko), misalnya, perempuan di Jawa mengikuti taraweh dengan leluasa, bahkan separuh jemaah taraweh biasanya perempuan. Peran perempuan juga menonjol dalam ritus- ritus lain, seperti selametan, ruwahan.
Ini sekaligus membantah pandangan umum peneliti asing yang kerap menganggap selametandan ruwahan adalah ritus milik laki- laki. Yang juga khas Jawa, Ramadan tak hanya jadi milik orang dewasa. Anak-anak ikut memiliki Ramadan. Jangan heran jika kita lihat anak-anak bisa leluasa bermainmain dan berlarian ke sana ke mari selama taraweh berlangsung, sesuatu yang tak akan kita temukan di Masjidil Haram, misalnya.
Orang dewasa (orang tua) tampak membiarkannya dan seakan ingin menanamkan kesan yang membekas kepada anak-anak tentang suasana Ramadan (semua orang di Jawa pasti punya kenangan manis tentang Ramadan di masa kecilnya). Semua itu dicatat dengan baik oleh anak-anak itu di buku catatan yang kelak akan diserahkan kepada guru agamanya di sekolah.
Ketika Ramadan berakhir, tidak berarti perayaan ritus itu usai. Sejumlah ritus seusai Ramadan masih menunggu. Dari mulai ritus mudik (yang oleh Cak Nur sebut sebagai puncak pengalaman sosial keagamaan orang Indonesia), takbiran keliling, shalat id, nyekar, sungkeman, salam tempel, makan ketupat, hingga enam hari puasa Syawal. Kemudian di susul dengan lebaran ketupat atau lebaran Syawalan.
Dengan memusatkan perhatian pada bagaimana ritus peribadatan itu dilakukan bagaimana jiwa Islam di kepala dan hati orang Jawa terlalu dalam untuk disepelekan sebagai melulu pengaruh ajaran Hindu-Budha seperti yang dituduhkan penganut Geertzian. (Nilai-nilai) Islam, dalam pengalaman pengamatan saya ini , tampak kuat. Seperti yang juga dikatakan Mark Woodward, Islam adalah kekuatan utama dalam iman dan ibadah orang Islam di Jawa dan bahwa Islam membentuk watak hubungan sosial dan keseharian di semua lapisan masyarakat Jawa.

Euforia Menyambut Ramadan

Euforia menyambut Piala Dunia jangan mengalahkan euforia kita sebagai Muslim menyambut Piala akhirat, berupa surga Allah Ta’ala melalui amalan di bulan Ramadan. Piala dunia boleh, piala akhirat lebih penting. Dan akhirat itu lebih baik bagimu dari pada dunia (QS Ad Dhuha: 4)
SEBENTAR lagi, Ramadan tahun ini menghampiri kaum Muslimin. Jiwa yang dipenuhi keimanan akan menyambutnya dengan penuh pengharapan. Sebaliknya, akan menjadi sumber kegelisahan bagi jiwa yang tak pernah menyadari betapa istimewanya Ramadan. Letak persoalannya, sejauh mana ilmu dan tingkat keimanan seorang insan.
Dalam rangka penyambutan Ramadan demi tercapainya kualitas ibadah puasa (shiyam) yang diharapkan, paling tidak kita (umat Islam) harus memahami dua persoalan. Pertama, pentingnya mempersiapkan diri untuk pelaksanakan puasa, di antaranya dengan ilmu pengetahuan. Kedua, pentingnya memahami makna penyambutan (tarhib) Ramadan.

Persiapan ilmu
Ketepatan dalam beramal dan sikap yang benar menyambut Ramadan sangat ditentukan oleh ilmu yang kita miliki. Sebab itu, ilmu pengetahuan merupakan dasar utama berdirinya amalan. Ibnu Taimiyah menyatakan Al’ilmu baabun likulli ta’abbuddin, ilmu adalah pintu dari segala ibadah. Imam Bukhari menulis satu bab dalam kitab hadisnya dengan Al’ilmu qablal kaul wal amal, yang berarti berilmu sebelum berkata dan beramal.
Paling tidak kita memahami jawaban formula 5W+1H untuk pelaksanaan ibadah puasa Ramadan yang penuh makna.Pertamawhat. Apa itu puasa? Apa dalil dan hukum puasa? Apa rukun dan syarat puasa? Apa yang membatalkan puasa? Apa hikmah dan manfaat puasa?
Keduawhy. Mengapa kita harus berpuasa? Jawaban pertanyaan inilah yang menjadi landasan setiap Muslim untuk melaksanakan ibadah puasa. Ketigawhen. Kapan kita harus puasa serta memulai dan mengakhiri puasa? Keempatwho. Siapa yang diwajibkan dan tidak diwajibkan, bahkan diharamkan berpuasa? Kelimawhere. Saat melaksanakan puasa di bulan Ramadan, dimana kebanyakan kaum Muslimin seharusnya berada?
Terakhir H yang berarti how (bagaimana?) Bagaimana seharusnya umat Islam berpuasa? Di antara jawabannya dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam dalam sabdanya: “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu akan diampuni” (HR Bukhari dan Muslim).
Dengan demikian, cara berpuasa kaum Muslimin adalah dengan iman yang dibangun di atas ilmu pengetahuan. Dan ihtisaban, yakni berpuasa dengan penuh perhitungan dan mengharapkan pahala di sisi Allah Ta’ala.
Jika pertanyaan 5W dan 1H di atas dijawab berdasarkan dalil-dalil yang sahih, merujuk kepada keterangan ulama dan buku-buku agama yang muktabar (terpercaya), diyakini dan dilaksanakan sepenuh hati, maka setiap Muslim akan merasakan nikmatnya dekapan pelaksanaan puasa yang penuh kualitas, berkah dan maghfirah.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam mengingatkan: “Betapa banyak orang yang puasa, tetapi yang didapatnya hanyalah rasa lapar (saja). Betapa banyak orang yang bangun (tengah malam) beribadah, tetapi yang didapatnya tidak lebih terjaganya mata” (HR An Nasa’i, Ibn Majah, dan Hakim). Persiapan ilmu sangat penting agar amalan puasa tak salah dan sia-sia.

Tarhib Ramadan
Ada beberapa makna atau pesan dari kegiatan tarhib atau menyambut bulan Ramadan. Pertama, ditinjau dari psikologi yang menyambut, jelas menunjukkan suasana hati yang penuh harap dan bahagia. Sebelum Ramadan datang RasulullahShallallahu ‘Alaihi Wassalam memperbanyak puasa sunnah dan berdo’a: Ya Allah, hantarkan diriku kepada bulan Ramadan dan hantarkan Ramadan kepada diriku serta terimalah (amalan-amalan) Ramadan dariku (HR Abu Dawud).
Kedua, dari sisi yang disambut yakni Ramadan, jelas mengindikasikan keistimewaan dan kemuliaan. Banyak gelar yang disematkan kepada Ramadan. Di antaranya, ia merupakan bulan yang dipilih Allah Ta’ala di mana hari-harinya diwajibkan kepada manusia untuk mempuasakannya. Maka ia disebut syahrul shiyam.
Pada bulan Ramadan permulaan ayat-ayat suci Alqur’an diturunkan (lihat QS Albaqarah: 185). Dan malaikat Jibril menemui Rasulullah untuk melakukan tadarrusAlqur’an bersama di bulan Ramadan. Maka Ramadan disebut syahrul Qur’an dantilawah.
Pada bulan Ramadan keberkahan diturunkan, dosa diampuni, pahala amalan dilipatgandakan, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu, seperti dijelaskan dalam HR. Muslim. Bahkan, Allah Ta’ala akan menyediakan pintu khusus surga untuk dimasuki hanya bagi hamba-Nya yang berpuasa. Pintu surga tersebut dinamakan ar Royyan, dijelaskan dalam HR Bukhari dari Sahl bin Sa’ad. Istimewanya lagi, Allah menyediakan satu malam di bulan Ramadan yang nilai keutamaannya sama dengan 1000 bulan, yakni lailatul qadar (lihat QS. Al Qadr: 1-3).
Ketiga, adanya tarhib menunjukkan kesungguhan atau komitmen dalam menyikapi Ramadan. Orang yang tak berminat dengan Ramadan tak peduli dengan kedatangan Ramadan. Oleh sebab itu, tarhib Ramadan dimaknai sebagai kesungguhan, usaha persiapan diri, penetapan ulang langkah dan tujuan, dan mengokohkan azam menyikapi kedatangan Ramadan.
Memperbarui motivasi dan komitmensangat penting dalam mengawali pekerjaan. Karena ini akan menentukan kualitas kerja dan kesuksesan. Dalam agama disebut sebagai niat, penentu diterima atau ditolaknya amalan. Rasulullah bersabda:Sesungguhnya amal itu dengan niat, dan setiap orang mendapat balasan amal sesuai dengan niatnya” (HR Bukhari).
Sikap menyambut Ramadan yang didasari dengan ilmu dan iman sangat penting bagi seorang Muslim. Tidak ada yang bisa menjamin kita bisa bersua dengan Ramadan tahun ini. Jika Allah menakdirkan nafas kita berhenti sebelum Ramadan kita masuki, kita berharap pahala bahagia tarhib Ramadan di bulan Sya’ban ini dihitung menjadi investasi di akhirat nanti. Wallahu A’lam.

Kamis, 26 Juni 2014

Isak Tangis Uni dalam Ucapan Terimakasihnya

Uni tak berharap apa-apa ketika tim ACT datang berkunjung kerumahnya seminggu yang lalu. Ia hanya berujar penuh syukur kepada Allah, karena masih ada yang peduli dengan nasibnya. Ia hanya terus berdoa seraya mengucapkan alhamdulillah berulang kali.
Rabu, 25 Juni 2014, Tim Relawan ACT kembali menyambangi rumahnya untuk berbagi bantuan dari donatur. Uni, nampak kaget menerima kedatangan kami yang disertai tokoh masyarakat Desa Cikoneng. Tak sengaja ia berlinangan air mata dihadapan kami. Ia ucapkan terima kasih berulang kali kepada ACT yang telah membantu diri dan keluarganya.
Pria yang berpenghasilan rata-rata 8 ribu rupiah perhari ini, sedikit dapat bernapas lega. Bantuan yang diberikan ACT akan dibelikannya 2000 buah bata. “Saya tidak ingin menghabiskan uang bantuan ini untuk konsumsi kebutuhan sehari-hari. Saya ingin istri dan anak-anak saya tak lagi terkena air hujan. Maka dari itu, meski sedikit, saya akan memulai untuk membangun rumah,” ungkapnya.
Meski sulit, uni terlihat bertekad. Ia tak menyalahkan penduduk sekitar, karena kondisinya hampir sama dengan yang dia alami. Bahkan dirinya akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencari rizki agar dapat menyicil bahan bangunan yang kelak akan disatukan untuk mendirikan bangunan rumah. Tidak muluk-muluk yang diharapkan, asal anak dan istrinya tidak lagi terlantar dan aman ketika alam tidak mendukung kondisinya.

Sudah 4 Tahun Tak Kunjung Sembuh, Ibu Hamil di Pandeglang Berpenyakit Kaki Gajah

Adalah ibu Suhartini warga kampung Kaduguling Desa Medong Kecamatan Banjar Pandeglang mengalami penyakit yang menahun. Sudah empat tahun lebih penyakit kaki gajah dideritanya. Suhartini mengira penyakit ini hanya penyakit biasa yang mudah disembuhkan. Tapi ternyata tidak, kenyataan berkata lain.
Ia bersama suaminya Juhra sudah berusaha untuk menyembuhkan penyakit itu. Seluruh tenaga kesehatan yang ada di tingkat desa sampai kabupaten sudah pernah di datanginya. Namun hasilnya nihil. Bahkan ia sudah berulangkali datang Ke RSUD pandeglang untuk dirawat, tapi tidak membuahkan hasil.
“Saya sudah menemui seluruh tenaga kesehatan yang ada di puskesmas, bahkan sudah kedokter. Dan sudah beberapa kali ke rumah sakit, kata dokter diagnosanya hanya darah tinggi. Tapi kenapa jika darah tinggi hanya satu kaki yang bengkak dan tidak sembuh-sembuh. Akhirnya, kami hanya rawat dirumah dengan alakadarnya. Karena kami sudah hampir kehilangan harapan dengan keterbatasan biaya,” Terang Juhra.
Lanjut Juhra, Istrinya kini sedang hamil sembilan bulan. Saya sangat mengkhawatirkan kondisi ini.
“Saya sedih sekali, karena istri saya juga sedang hamil 9 bulan. Sebentar lagi ia melahirkan. Saya memikirkan bagaimana nanti ia dapat mengurus bayinya sedangkan kondisi tubuhnya sedang tidak normal.”

Sebagai informasi, kasus ini diketahui ketika ACT dan Yayasan Kerja Bakti bekerjasama melaksanakan pelayanan kesehatan gratis di desa Cibodas Kecamatan Banjar Pandeglang Banten Selasa, 24 Juni 2014. Ibu Suhartini datang ke pengobatan gratis ini karena mendapatkan informasi dari masyarakat Desa Cibodas. Desa Cibodas dan Desa Medong tidak terlalu jauh jaraknya.

Rabu, 25 Juni 2014

Perbedaan Awal Ramadhan, Keragaman Dalam Menjalankan Ibadah Puasa

Beberapa hari lagi umat muslim akan menjalani ibadah puasa ramadhan. Setiap menjelang awal ramadhan Pemerintah mengadakan sidang isbat (penetapan) yang dihadiri oleh para ulama, ahli astronomi dan perwakilan ormas, yang memiliki kompetensi dalam hisab dan rukyat.
Para ahli memberikan masukan dan informasi tentang awal bulan (Ramadhan atau Syawal) kepada Menteri Agama. Hasil sidang ini dipergunakan oleh pemerintah untuk mengeluarkan keputusan menentukan awal ramadhan.
Dalam beberapa referensi, istilah hisab secara harfiah berarti “perhitungan”. Istilah hisab sering dipergunakan dalam ilmu falak (astronomi) untuk memperkirakan posisi matahari dan bulan terhadap bumi.
Posisi Matahari menjadi penting karena menjadi patokan bagi umat islam untuk menentukan masuknya waktu shalat. Posisi Bulan diperkirakan untuk mengetahui terjadinya hilal sebagai tanda masuknya periode bulan baru dalam kalender Hijriyah.
Saat ini metode hisab telah ada aplikasi software yang cukup praktis untuk memperhitungkan dengan menggunakan komputer yang presisi dan akurasinya cukup tinggi.
Rukyat (pengamatan) merupakan aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan bulan sabit yang pertama kali tampak setelah terjadinya ijtimak atau disebut konjungsi geosentris, peristiwa dimana bumi dan bulan berada di posisi bujur langit yang sama jika diamati dari bumi.
Rukyat dapat dilakukan dengan cara melihat secara langsung (mata telanjang) maupun dengan menggunakan alat bantu optik seperti teleskop.
Adanya sidang isbat (penetapan) yang dilakukan pemerintah, idealnya keputusan tersebut diikuti oleh rakyatnya. Pemimpin yang amanah wajib diikuti. Namun seringkali penetapan yang telah dilakukan oleh pemerintah tidak serta merta diikuti oleh sebagian kelompok masyarakat.
Beberapa kelompok jamaah di beberapa tempat di Indonesia bahkan menjalankan ibadah shalat taraweh dan menunaikan ibadah puasa mendahului keputusan pemerintah.
Saya tidak mengkritisi cara penentuan awal ramadhan oleh pemerintah, karena saya bukan seorang ahli isbat ataupun ahli falak. Idealnya satu negara menggunakan satu jadwal yang sama!
Terkait perbedaan awal ramadhan, jawaban yang paling bijak yaitu menyatakan: Perbedaan adalah rahmatan lilalamin. Semua pihak harus saling menghormati awal ramadhan karena ibadah puasa dilandasi atas keyakinan masing-masing umat.
Terpenting pemerintah dapat memfasilitasi setiap umat beragama yang akan menjalankan ibadahnya. Dan menghimbau meningkatkan ketakwaan, toleransi dan kerukunan antar umat beragama. Tidak kalah penting tutup tempat-tempat hiburan yang mengganggu kesucian bulan ramadhan.
Kita tidak dapat menyalahkan yang satu benar atau yang satu salah. Sepanjang ijtihad kita benar tidak perlu khawatir terhadap perbedaan. Kalau kita benar mendapat dua pahala, seandainya kita salah tetap mendapat satu pahala. Kebenaran sejati hanya ada pada Yang Maha Kuasa. Selamat menunaikan ibadah puasa. Marhaban yaa ramadhan. Mohon maaf lahir batin.