Beberapa hari lagi umat muslim akan menjalani ibadah puasa ramadhan. Setiap menjelang awal ramadhan Pemerintah mengadakan sidang isbat (penetapan) yang dihadiri oleh para ulama, ahli astronomi dan perwakilan ormas, yang memiliki kompetensi dalam hisab dan rukyat.
Para ahli memberikan masukan dan informasi tentang awal bulan (Ramadhan atau Syawal) kepada Menteri Agama. Hasil sidang ini dipergunakan oleh pemerintah untuk mengeluarkan keputusan menentukan awal ramadhan.
Dalam beberapa referensi, istilah hisab secara harfiah berarti “perhitungan”. Istilah hisab sering dipergunakan dalam ilmu falak (astronomi) untuk memperkirakan posisi matahari dan bulan terhadap bumi.
Posisi Matahari menjadi penting karena menjadi patokan bagi umat islam untuk menentukan masuknya waktu shalat. Posisi Bulan diperkirakan untuk mengetahui terjadinya hilal sebagai tanda masuknya periode bulan baru dalam kalender Hijriyah.
Saat ini metode hisab telah ada aplikasi software yang cukup praktis untuk memperhitungkan dengan menggunakan komputer yang presisi dan akurasinya cukup tinggi.
Rukyat (pengamatan) merupakan aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan bulan sabit yang pertama kali tampak setelah terjadinya ijtimak atau disebut konjungsi geosentris, peristiwa dimana bumi dan bulan berada di posisi bujur langit yang sama jika diamati dari bumi.
Rukyat dapat dilakukan dengan cara melihat secara langsung (mata telanjang) maupun dengan menggunakan alat bantu optik seperti teleskop.
Adanya sidang isbat (penetapan) yang dilakukan pemerintah, idealnya keputusan tersebut diikuti oleh rakyatnya. Pemimpin yang amanah wajib diikuti. Namun seringkali penetapan yang telah dilakukan oleh pemerintah tidak serta merta diikuti oleh sebagian kelompok masyarakat.
Beberapa kelompok jamaah di beberapa tempat di Indonesia bahkan menjalankan ibadah shalat taraweh dan menunaikan ibadah puasa mendahului keputusan pemerintah.
Saya tidak mengkritisi cara penentuan awal ramadhan oleh pemerintah, karena saya bukan seorang ahli isbat ataupun ahli falak. Idealnya satu negara menggunakan satu jadwal yang sama!
Terkait perbedaan awal ramadhan, jawaban yang paling bijak yaitu menyatakan: Perbedaan adalah rahmatan lilalamin. Semua pihak harus saling menghormati awal ramadhan karena ibadah puasa dilandasi atas keyakinan masing-masing umat.
Terpenting pemerintah dapat memfasilitasi setiap umat beragama yang akan menjalankan ibadahnya. Dan menghimbau meningkatkan ketakwaan, toleransi dan kerukunan antar umat beragama. Tidak kalah penting tutup tempat-tempat hiburan yang mengganggu kesucian bulan ramadhan.
Kita tidak dapat menyalahkan yang satu benar atau yang satu salah. Sepanjang ijtihad kita benar tidak perlu khawatir terhadap perbedaan. Kalau kita benar mendapat dua pahala, seandainya kita salah tetap mendapat satu pahala. Kebenaran sejati hanya ada pada Yang Maha Kuasa. Selamat menunaikan ibadah puasa. Marhaban yaa ramadhan. Mohon maaf lahir batin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar