Dalam setiap Pemilu, baik Pilkada, Pileg, maupun Pilpres, saya terlalu sering mendengar seruan banyak kalangan, “Suara Anda menentukan nasib Bangsa ini!” Mereka adalah kumpulan kalangan yang sangat menikmati acara “pemilihan”. Lalu mereka memaparkan segala manfaat mengenai keikutsertaan seluruh warga negara Indonesia dalam Pemilu. Media massa pun sangat gencar menyiarkannya, baik berupa berita, opini maupun iklan-iklan para peserta Pemilu.
Benarkah suara Anda menentukan nasib masa depan Indonesia? Menurut saya, nasib Indonesia tidak ditentukan oleh suara siapa-siapa, dan seruan orang-orang tadi sangatlah keliru. Ya, seruan yang sangatlah keliru! Pasalnya, perkara “nasib”, jelas bahwa hal tersebut justru pengingkaran terhadap Pancasila, khususnya sila I.
Nasib adalah sebuah abstarksi dan transedential. Nasib Bangsa ini tidaklah ditentukan oleh suara atau pilihan Anda. Nasib bukanlah bilangan matematika atau ilmu pasti; 1 + 2 = 3 ataukah 1 + (-2) = -1. Kalaupun ada istilah “mengubah nasib” atau “mengadu nasib”, tetaplah tidak bermakna logis-matematis.
Selain itu, mengenai “siapa yang menentukan nasib Indonesia”, saya melihat adanya upaya pendustaan terhadap spiritualitas alias ‘mengamputasi’ peran utama Tuhan Yang Maha Kuasa. Juga upaya meniadakan ke-Maha Kuasa-an Tuhan dan menggantikannya dengan kehebatan manusia, apalagi presiden terpilih. Ya, seperti yang saya bilang tadi, “pengingkaran terhadap Pancasila, khususnya sila I”.
Lantas, yang tidak keliru, apa? Buang saja kata “nasib”. Dan, tidaklah perlu berpura-pura membesar-besarkan keberadaan rakyat hanya demi kesuksesan “pesta demokrasi” karena selanjutnya bisa terjadi penggusuran, pengusiran, dan lain-lain yang bisa direkayasa, bahkan ‘meniadakan’ kekuasaan Tuhan demi memberhalakan manusia yang terpilih sebagai presiden. Bukankah selama ini Indonesia tidak juga mampu sejahtera di seluruh rakyatnya gara-gara memberhalakan manusia? Begitu saja gampangnya tanpa perlu saya berseru atau bermain kata-kata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar