Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Senin, 30 Juni 2014

Menghargai Keberagaman di Negeri yang Beragam

Keragaman yang kita miliki kita menurut saya adalah suatu bentuk kekayaan yang luarbiasa dahsyat. Semakin beragam semakin kaya kita. Namun terkadang keberagaman itu dianggap sebagai malapetaka atau bencana. Maka acap kali keberagaman justru memunculkan banyak pertikaian dan peperangan, sesuatu yang amat sangat disayangkan. Baik itu oleh karena perbedaan prinsip dan pandangan politik, maupun perbedaan keyakinan dan agama. Sebagai contoh, di banyak tempat, Agama yang harusnya menjadi berkat bagi sesama manusia, malahan menjadi yang sebaliknya. Ini tentu tidak diakibatkan oleh semua individu pemeluk agama, namun oleh ulah beberapa pengikut garis keras agama tersebut. Agama bahkan dijadikan alat propaganda politik sesat. Agama diperalat untuk mencapai tujuan-tujuan politis semata.
Bilamana produk religiositas adalah konflik, apalah gunanya kita hidup beragama? Ketika agama kemundian lantas hanya mendatangkan mudarat daripada manfaat, untuk apa kita selalu hadir di rumah-rumah peribadatan memuji dan memuliakan nama Tuhan? Dan kalau agama hanya membentuk sekat-sekat dan semakin mengkotak-kotakkan kita, alangkah kasihannya para pendiri agama mula-mula, mereka yang tentu bertujuan sangat mulia itu, karena ternyata kita tidak memaknai agama itu seperti apa yang mereka harapkan. Bukankah tidak mungkin agama didirikan sebagai alat pertikaian dan sarana pemecah belah?
Indonesia yang memiliki begitu banyak keragaman, mulai dari suku, bahasa, adat istiadat dan agama, tentu pada tataran tertentu dapat saja menjadi sumber konflik berkepanjangan. Untuk itulah perlu ada sikap tenggang rasa, perlu juga memiliki sikap hati yang bijaksana dan rendah hati untuk memaknai semua perbedaan itu. Bahwa keragaman dan perbedaan itu harusnya disyukuri sebagai bentuk kekayaan yang tak ternilai harganya. Berbeda itu indah. Berbeda itu adalah keniscayaan. Dan sejak dunia diciptakan, tentu Tuhan sendiri sudah menghendaki supaya ada perbedaan dan keberagaman.
Para pendiri negara kita telah menetapkan NKRI dengan sebuah semboyan Bhinneka Tunggal Ika, sebuah semboyan yang sesungguhnya sudah ada seratus tahun sebelumnya, yang dicetuskan Mpu Tantular dan ditulis dalam Kitab Sutasoma. Arti semboyan Bhinneka Tunggal Ika adalah berbeda beda tapi satu.
Fakta sejarah telah membuktikan bahwa bangsa yang begitu heterogen sekalipun ternyata bisa juga hidup bahu membahu berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Dengan latar belakang suku, agama, dan budaya yang berbeda, satu dengan yang lain dapat hidup rukun saling menghargai dan menghormati. Di dalam mengisi kemerdekaan pun, sudah semestinya kerukunan dan toleransi itu tetap dipertahankan sebagai kekuatan kita untuk menjadikan Indonesia yang lebih baik dan lebih maju.
Agama Kristen dalam Kitab Yohanes 13:34 menyatakan, “Aku memberikan perintah baru kepadamu yaitu supaya kamu saling mengasihi seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian pula kamu saling mengasihi.” Ataupun ada ayat lain yang berkata kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Jelas di situ dikatakan kasihilah sesamamu manusia (siapapun dia), dan bukan hanya kasihilah sesamamu orang Kristen.
Islam dalam kitab suci Alquran tertulis, “Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan hanya satu umat saja, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian/ Anugerah-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah kamu sekalian dalam berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu sekalian, maka Aku akan beri tahukan apa yang kamu perselisihkan itu…”
Setiap agama, meskipun dengan bahasa yang berbeda-beda, isi kitab suci yang berbeda-beda, namun dalam hal kemanusiaan substansinya terlihat sama. Yaitu bahwa manusia harus berbuat kebajikan kepada sesamanya manusia. Menjadi berkat bagi orang lain. Menghadirkan sorga di dunia ini. Meminjam istilah Dr. Samratulangi, “Manusia hidup untuk menghidupkan orang lain” atau juga, “Manusia hidup untuk memanusiakan orang lain.”
Semoga kita dapat hidup dengan penuh tanggungjawab di republik ini. Hidup dalam ikatan tanggungjawab memelihara kerukunan dan persatuan, karena ke sanalah berkah Tuhan akan tercurah. Sejarah hidup yang amat panjang di negeri ini sudah mengajarkan kepada kita untuk menghargai perbedaan. Seberapa besarpun perbedaan kita dengan orang lain, mereka tetaplah sesama manusia yang harus kita kasihi itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar