Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Kamis, 19 Juni 2014

Ketika Risma Ikhlas Mati saat Tutup Lokalisasi Dolly

Penutupan kawasan lokalisasi Dolly yang berada di daerah Jarak, Surabaya, Jawa Timur ini akan berlangsung Rabu, (18/6/2014). Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini atau biasa disapa Bu Risma sadar langkahnya menutup kawasan prostitusi terbesar di Asia Tenggara ini mengundang kontroversi karena menyangkut hajat hidup banyak orang. Menurutnya, penutupan ini berdasar peraturan daerah yang melarang orang menggunakan bangunan atau tempat untuk berbuat asusila. Ditengah pro kontra itu, Bu Risma tidak gentar. Bahkan ia seperti sudah mempersiapkan kemungkinan terburuk buat dirinya: dibunuh. Hal ini tampak dari beberapa media yang mengabarkan, ia telah berpamitan kepada keluarganya agar mengikhlaskan jika dirinya tewas saat menutup lokalisasi Dolly malam nanti. Mengapa hal itu dilakukan Risma ?
Wajar saja Risma mengatakan demikian. Gang Dolly adalah kehidupan ekonomi yang demikian besar. Banyak uang mengalir disana, puluhan ribu bahkan mungkin ratusan ribu orang bergantung pada uang yang berseliweran di Gang Dolly. Bila nafkah seseorang terancam maka tidak mungkin seseorang berbuat nekat untuk berbuat yang diluar dugaan seperti membunuh atau melukai seseorang yang dianggap mengancam kehidupan ekonominya. Apalagi Gang Dolly adalah sumber ekonomi tidak halal pasti pelakunya juga sebagian besar adalah orang yang tidak terlalu mentaati etika dan hukum masyarakat. Maka wajarlah bila Risma akan menerima ancaman pembunuhan dari para preman atau pelaku ekonomi yang tergusur tersebut.
Contoh terkini yang menunjukkan bahwa orang bisa nekat bila mata pencahariannya tergusur adalah pedagang Monas. Satpol-PP untuk menertibkan PKL di Taman Monas yang membandelpun diancam senjata golok. “Masak petugas kita sedang mengelas pagar Monas yang dirusak, diancam mau dibunuh. Mereka bawa golok dan lainnya,” ujar Ahok di Balaikota, Gambir, Selasa (17/6). “Biarin aja, pedagang yang melawan petugas, ditembak pakai pistol listrik aja, biar pingsan,” tegasnya menambahkan para Satpol-PP jangan gentar menghadapi premanisme di Monas.
“Saya sudah pamit pada keluarga untuk menutup Gang Dolly tanggal 18 besok (daerah pelacuran terbesar di Asia Tenggara) kalau saya mati, ikhlaskan. Bu Risma”. Pesan tersebut Risma buat lantaran banyaknya protes para penduduk di kawasan Gang Dolly yang masih menentang keputusan yang telah ia buat. Risma sadar hal ini akan membahayakan jiwanya, karena warga sekitar Gang Dolly pasti membenci dirinya.
Gang Dolly saat ini dihuni 1.000 lebih pekerja seks komersial dan sekitar 300 mucikari, sejak pagi mereka melakukan aksi penutupan Jalan Jarak serta merusak dua wisma di lokalisasi sebagai teror untuk memperkeruh situasi menjelang penutupan lokalisasi itu.
Pemimpin Harus Berkorban
Kebesaran seorang pemimpin ditentukan oleh besarnya pengorbanannya. Gerald Brooks mengatakan bahwa, “Ketika Anda menjadi seorang pemimpin, Anda kehilangan hak untuk memikirkan diri Anda sendiri.” Tanpa pengorbanan maka seseorang tidak bisa disebut sebagai pemimpin yang baik. Semakin tinggi posisi yang dimiliki oleh seorang pemimpin, dituntut pengorbanan yang semakin besar pula. Kita akan semakin mengerti tentang arti pengorbanan seorang pemimpin jika sejenak melihat pengorbanan Presiden Amerika. Seseorang pernah mengatakan bahwa yang terpilih menjadi Presiden Amerika akan menjadi pemimpin dunia, artinya tanggung jawabnya sangat besar. Jika seseorang mencalonkan diri menjadi Presiden Amerika, maka sejak awal – bahkan sebelum kampanye – ia sudah harus berkorban didalam banyak hal. Ia harus berkorban materi, waktu, mengesampingkan kepentingan pribadi, keluarga, dll. Dan setelah terpilih menjadi presiden ia akan terus berkorban, bahkan lebih besar lagi. Bukan hanya dirinya sendiri yang dituntut untuk berkorban, tetapi keluarganya pun harus siap berada dalam tekanan yang besar, karena mereka menjadi figur publik. Coretta Scott King, isteri pejuang hak azasi manusia Marthin Luther King Jr., memberi kita gambaran tentang pengorbanan seorang pemimpin besar. “Siang malam telepon kami berdering dan seseorang akan melontarkan kata-kata yang tak senonoh … seringkali percakapan telepon itu berakhir dengan satu ancaman yang ingin membunuh kami, jika kami tidak segera menyingkir keluar kota . Namun terlepas dari segala bahaya itu, maupun kekacauan kehidupan pribadi kami saat itu, saya malah terinspirasi dan bersukacita.”

Penutupan Dolly
Dolly adalah lokalisasi terbesar di Asia Tenggara yag sudah bercokol di kota pahlawan sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Sudah belasan bahkan mungkin puluhan pemimpin pemerintahan di Surabaya berganti tidak ada yang berani bahkan hanya berpikir umtuk menutuppun sudah takut. Tetapi berbeda dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharani. Walikota palig hebat di Indonesia ini dengan aanah y6ang diberikan rakyat dan ikut bertanggung jawab terhadap rakyatnya khususnya masyarakat sekitar lokalisasi Dolly. Dengan pertimbangan yang lama dan cukup matang dengan berat hati akhirnya Tri Rismaharani memutuskan melakukan penutupan lokalisasi Dolly.
Selama memimpin Surabaya Jawa Timur, 3 lokalisasi di Kota Pahlawan telah ditutup. Kini, sang Walikota bernama lengkap Tri Rismaharini menyasar lokalisasi Dolly sebagai target berikutnya. “Lokalisasi ada 5, tapi sudah saya tutup 3. Insya Allah akhir tahun ini, Desember, 1 lagi. Dan awal tahun depan Dolly,” kata Walikota. Risma mengatakan, penutupan lokalisasi itu ditujukan agar menyelamatkan generasi muda supaya tidak terjerumus ke lingkaran hitam. Selain itu, Risma juga tak sembarang menutup lokalisasi. Sebab, dia memberdayakan dan membina para penghuni lokalisasi. “Ini saya untuk selamatkan anak-anak, dan saya tidak ada kepentingan. Kami juga sudah melakukan bagaimana pembinaan mereka,” ujar Risma.
Bagi wali kota Surabaya, Tri Rismaharini, keputusan untuk menutup Dolly ini adalah keputusan yang sangat monumental. Jika kemudian akhirnya ditutup, keputusan ini akan diingat sepanjang tahun oleh warga Surabaya, sebagai sebuah keputusan yang berani. Terlepas dari berbagai akibat sampingan yang akan timbul kemudian, penutupan Dolly adalah gerakan penyelamatan generasi yang revolusioner. Karena, selama puluhan tahun, aktivitas pekerja seks telah menyatu dan bercampur-baur dengan aktivitas keseharian masyarakat di kawasan tersebut. Dampak psiko-sosial terhadap anak-anak dan remaja yang bermukim di sana, tentu tak sedikit. Secara kasat mata, mungkin tak kentara. Bila disusuri dengan lebih cermat, akan terasa pada nilai-nilai yang tertanam dalam diri anak-anak dan remaja yang bermukim di kawasan tersebut. Bercampurnya industri hiburan, apalagi industri prostitusi, dengan kawasan pemukiman, tentulah tidak sehat. Dampak lingkungan yang negatif, pastilah tak terhindarkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar