Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Sabtu, 31 Mei 2014

Transformasi Nilai-Nilai Islam Upaya Mewujudkan Toleransi Beragama Pada Masyarakat Multikultural

Dengan penduduk sekitar 206 juta dan lebih dari 1000 kelompok etnis dan sub etnis, Indonesia tidak diragukan lagi salah satu yang paling caountries etnis dan budaya yang beragam di dunia. ” untuk Artikel penduduk sekitar 206 Juta Dan lebih bahasa Dari 1.000 Etnis Dan sub nama kelompok Etnis , Indonesia regular tidak diragukan Lagi merupakan salat Satu Negara Yang memucat beragam Etnis dan Budaya diDunia “. Sehingga, semboyan Bangsa kitd “Bhineka Tunggal Ika” CUKUP memberikan Gambaran kepada siapapun Akan pluralismenya Bangsa inisial.
Pluralisme Yang dikemas Dalam, Bingkai Persatuan ( tauhidul ummat) Dalam, naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Beragam Budaya, Agama, suku, Dan pemahaman menghiasi Bumi pertiwi inisial. Bahkan, MENURUT Karrel Stenbrink sejarahwan berkebangsaan belanda menyatakan Dunia memujinya Akan Persatuan Dalam, Keragaman Suami, Hidup Dalam, keramahtamahan Yang dibingkai Dalam, Bhineka Tunggal Ika.
Pada Tahun 1979, di kota Vatikan Roma, diadakan konferensi internasional hanya Yang dihadiri Diposkan oleh seluruh tokoh-tokoh Dan PEMBESAR Agama Dunia.Dalam, konferensi nihil terungkap, Indonesia merupakan Negara Percontohan Dalam, Kehidupan Toleransi antar Umat Beragama. Bahkan Paus Paulus II pun mengatakan “Indonesia meskipun terdiri Bahasa Dari beragam suku Bangsa, bahasa, adat istiadat Dan Agama namun Hidup Dalam, kerukunan Dan keramahtamahan.
Keragaman Beragama dapat dilihat Bahasa Dari Presentasi penduduk Yang menyatakan Diri sebgai pemeluk salat Satu Agama, sebagai berikut: Islam (88%), kristen (6,11%), Katolik (3,18%), hindu (1,79%), budha (0,61%) Konghucu (0,10%), Dan berbaring-berbaring (0,11%). Dilihat Bahasa Dari Keragaman suku, sebagai berikut: Suku Jawa adalah nama kelompok suku terbesarnya di Indonesia mencapai Artikel Baru JUMLAH (41, 7%) Total populasi Dari, suku sunda (15,41%) jumlah populasi Dari, suku Tionghoa Indonesia berjumlah sekitar (3,7%) jumlah populasi Dari, suku melayu (3,4%), suku Madura (3,3% ), suku Batak (3,0%), suku Minagkbau (2,7%), suku betwi (2,5%), suku Bugis (2,5%), suku Arab-Indonesia (2,4%), suku Banten (2,1%), suku Banjar (1,7%), suku Bali (1,5%), suku Sasak (1,3%), suku Makasar (1,0%), suku Cirebon (0,9 %) .
Kemajemukan Bangsa Suami, disatu Sisi merupakan Aset Kekayaan KhazanahBudaya Bangsa, namun disisi berbaring dapat menjadi Potensi konflik tatkala regular tidak dapat dikelola Artikel Baru BAIK Dan regular tidak memiliki SIKAP Yang proposional terhadap kemajemukan Suami. Kemajemukan Yang memiliki Potensi konflik Tinggi Dan yaitu sentral Isu Yang berkenaan Artikel Baru kemajemukan Beragama. Agama merupakan SPI Yang Ulasan Sangat sentral Dan CEPAT menimbulkan konflik dikalangan ‘masyarakat.
Kekaguman Dunia internasional hanya tangguhan HANYA tinggal kenangan, sebab perbedaan suku Bangsa, bahasa, adat istiadat Dan Agama tangguhan seringkali menjadi pemicu lahirnya fanatisme Dan pemacu buta, persaingan regular tidak Sehat, perselisihan, perpecahan bahkan gontok-gontokan Yang meluluhlantahkan value per share-value per share Persatuan Dan Kesatuan Yang selama Suami para pendahulu kitd bina. SIKAP proposional Dan saling menghargai terhadap kemajemukan tangguhan telah luntur Serta kesalehan sisial Dalam, kemajemukan Bangsa pun telah memudar.
Kerusuhan demi kerusuhan Muncul di berbagai daerah adalah, kerusuhan Atas Nama perbedaan ras / suku, perbedaan Agama, perbedaan PAHAM keagamaan, Terus bermunculan laksana cendawan dimusim Hujan. Seperti Yang terjadi di Sambas, Sampit, Ambon, Poso, Yang memucat Hangat kasus pengeboman Vihara di Jakarta Barat. MENURUT Setara Institut di Jakarta, terdapat berbagai kasus TIAP tahunnya Yang berkenaan Artikel Baru masalah SARA Agama terutama, terdapat 216 Serangan terhadap MINORITAS Beragama PADA Tahun 2010, 244 kasus PADA Tahun 2011, 264 kasus PADA Tahun 2012. Di jarakarta MENURUT Wahid Institute, mendokumentasikan 92 pelanggaran terhadap kebebasan Beragama Dan 184 intoleransi PADA Tahun 2011. Padahal pelaku-pelaku kerusuhan nihil adalah orangutan orangutan Yang menyatakan Diri sebagai pemeluk Agama tertentu.
Suami merupakan gejala sisial Yang harus Dicari Akar permasalahannya Dan harus dicarikan solusinya Artikel Baru berbagai pendekatan. Jika kitd lihat book value Ke Atas, masalah Yang memucat Sensitif Dan yaitu sentral masalah / SPI Yang berkenaan Artikel Baru Keragaman Agama. Sehingga Muncul pertanyaan, apakah Agama-Agama Yang ADA di Dunia Suami khususnya di Indonesia mengajarkan untuk memusuhi atau memerangi Selalu Agama selain Bahasa Dari PADA Agama Yang dianutnya? Apakah Agama (khususnya Agama Islam) regular tidak mengakui adanya perbedaan Dan kemajemukan? Lalu, bagaimana konsep Yang di Bangun Diposkan oleh Agama Dalam, membina umatnya Dalam, kemajemukan? Pertanyaan-pertanyaan inisial HANYA Sederhana namun CUKUP mendasar, Artikel Baru pertanyaan SuamiAkan diketahui penyebab Bahasa Dari gejala sisial sekaligus Solusi alternatifnya.
Keragaman Budaya Dan Agama Suami harus menjadi kemaslahatan Bukan menjadi laknat * Bagi Bangsa Indonesia. Islam adalah Agama Yang rahmatan lil ‘alaminn.Sehingga islam merasa Perlu mendefinisikan kehadirannya Dalam, Konteks Keragaman Budaya Dan Agama, sekaligus menawarkan suatau Harapan Dan Perspektif keagamaan Yang baru Negara bahwa islam adalah seraut Wajah Yang Tersenyum tersenyum wajah muslim indonesia, Damai nir mengejar ketertinggalan.NUSANTARA HANYA konsep Agama Yang rahmatan lil ‘alamin namun harus terimplementasikan Diposkan oleh pemeluknya (muslim) Dalam, Hidup bernegara Artikel Baru Keragaman Kultur inisial. Value per share-value per share islam harus di transformasikan PADA ‘masyarakat multikultural sehingga kesalehan sisial terwujud.

Kerangka Konseptual: Agama Dan Budaya
Agama dalam Welcher bentuk sie Auftritt bleibet das ideale bedurfnis der menschheit. “Agama Dalam, bentuk APA pun dia Muncul, Tetap merupakan kebutuhan Umat manusia ideal”. Manusia, Tanpa Agama, regular tidak dapat Hidup Sempurna.Manusia memerlukan Agama bahkan merupakan fitrah Bahasa Dari kemanusian.Rasulullah bersabda:
ما من مولود الا يولد على الفطرة فابواه يهودانه و ينصرانه و يمجسانه كما تنتج البهيمة جعاء هل تحسون فيها من جد عاء
“Seorang Bayi tak dilahirkan (ke Dunia inisial) melainkan besarbesaran berada Dalam, kesucian (fitrah). Kemudian kedua orangutan tuanyalah yg Akan membuatnya menjadi yahudi, Nasrani, Majusi ataupun-sebagaimana HEWAN yg dilahirkan Dalam, keadaan selamat Tanpa Cacat. Maka, apakah Kalian merasakan adanya Cacat? … ”
Terkait masih berlangsung manusia dilahirkan Dalam, keadaan fitrah . Manusia memerlukan bentuk kepercayaan. * Semua manusia mengakui adanya Tuhan.Pengakuan nihil ITU sebagai bentuk bahasa Dari kepercayaan. Disebabkan diperlukan ITU kepercayaan, Maka Dalam, kenyataan kitd temui bentuk-bentuk kepercayaan / Agama Yang beraneka ragam dikalangan ‘masyarakat.
Secara hakikat / transenden Agama-Agama Samawi memiliki kesamaan, yakni sama-sama lahir Bahasa Dari kebutuhan manusia Akan bentuk kepercayaan. Keanaka ragaman bentuk kepercayaan ITU merupakan suatu sunnatullah Yang regular tidak Bisa dihindari. Firman allah Dalam, sural al-Maa’idah: 48
“… Sekiranya Allah menghendaki, niscaya dijadikan-Nya KAMU Satu Umat (Saja), tetapi Allah hendak menguji KAMU terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. HANYA kepada Allah-lah book value KAMU semuanya, Lalu diberitahukan-Nya kepadamu Apa Yang telah KAMU ITU perselisihkan, “
Dalam, kaitannya Artikel Baru manusia, Agama seyogyanya regular tidak dipahami sebagai seperangkat doktrin Dan SISTEM moral yang ansich, Yang terpisah Bahasa Dari manusia. Agama, sebagaimana dipahami Zamakhsyari Dhofier Dan Abdurarahman Wahid, regular tidak mengandung value per share-value per share Dalam, dirinya, tetapi mengandung ajaran-ajaran Yang menanamkan value per share-value per share sisial PADA penganutnya, sehingga ajaran-ajaran Agama nihil merupakan salat Satu elemen Yang membentuk SISTEM value per share Budaya.Dalam, kerangka Suami, Agama memberikan sumbangsih Yang signifikan Dalam, SISTEM moral yang sisial maupun ‘masyarakat. Value per share-value per share Agama dijadikan Pedoman Hidup Dalam, kehidupnya cara hidup. Sehingga, secara konseptual Agama Dan yang ideal bukannya cara membuat ketidak teraturan tetapi cara membuat keteraturan * Bagi manusia. Agama value per share-value per share dikonstruk Diposkan oleh penganutnya menjadi Budaya value per share-value per share, Yang dipakai Dan dipraktikan Dalam, Kehidupan ‘masyarakat Yang dimaksud.Intinya value per share-value per share Agama JANGAN HANYA ADA sebatas Dalam, alam ide Saja (konsep), namun harus terimplementasikan Artikel Baru BAIK.

Kemanusiaan Yang Satu: Manusia Sebagai Spesies Surga
MENURUT Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Spesies merupakan satuan ditempatkan dan klasifikasi biologis; JENIS. Meminjam istilah Habudin, Manusia diciptakan Diposkan oleh Allah SWT sebagai spesies Surga. Setan diciptakan sebagai spesies Neraka. Manusia PERTAMA Nabi adam diciptakan sebagai bahasa Dari Tanah Dan ditempatkan disurga.
Dalam, ajaran islam tentang Overdue Kemanusiaan, dinyatakan bahwa Kemanusiaan dimulai Artikel Baru Sosok Adam sebagai Yang diciptakan Allah SWT sebaik-baiknya Artikel Baru Dan di dalamnya ditiupkan ruh-Nya bahasa Dari. Manusia kemudian Berkembang Biak Bahasa Dari asal Adam sebagai Dan istrinya Hawa. Maka, perkembangbiakkan manusia Datang Bahasa Dari Sosok manusia Yang Satu (an-Nisa ayat 1).
“Hai manusia Sekalian, bertakwalah kepada Tuhan-mu Yang telah menciptakan KAMU Bahasa Dari seorang Diri, Dan Bahasa Dari padanyaAllah isterinya menciptakan; Dan bahasa Dari PADA keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki Dan Perempuan Yang BANYAK. Dan bertakwalah kepada Allah Yang Artikel Baru (mempergunakan) nama-Nya KAMU saling meminta Satu sama laindan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah Selalu menjaga Dan mengawasi KAMU “.
Anggota Keluarga adalah suatu bentuk pluralitas Dalam, kerangka Kesatuan Keluarga Dan sebagai antitesis darinya. Pria Dan Wanita adalah bentuk puralitas Bahasa Dari kerangka Kesatuan jiwanya manusia. Dalam, kerangka Kesatuan Suami, terjadi pluralitas Dan perbedaan ANTARA ras, Warna kulit, Umat, Bangsa, kabilah, lidah, dan bahasa, nasionalisme, Dan Peradaban. Seterusnya terdapat bermacam Dan bergam pluralitas Dalam, kerangka Kemanusiaan Yang Satu, Yang seluruhnya disajikan Sesudah Dan menisbatkan kepada Diri-Nya.
Pluralitas Dalam, kerangka Yang Satu Suami, Dalam, pandangan islam, adalah Satu “ayat (Tanda kekuasaan)” Bahasa Dari ayat-ayat Allah SWT Dalam, penciptaan Yang regular tidak Akan tergantikan Dan juga regular tidak berubah. Kemanusian merupakan Faktor penyatu Dan perbedaan adalah kemajemukan Dalam, kerangka Kesatuan sama-sama bahasa Dari Sumber Yang Satu yakni Adam sebagai Dan Hawa (spesies Surga).
Alt Inilah Yang Penulis maksud manusia sebagai spesies Surga. Bukannya mengutuk perbedeaan namun MENCARI kesamaan Dan menjadikan perbedaan sebagai Motivasi untuk berlomba-lomba Dalam, melaksanakan amal saleh. Manusia diciptakan Allah SWT sebagai spesies Surga, namun amal Perbuatan Yang dipengaruhi hawa nafsunya Yang membedakan Akan Dan memisahkan Nanti. Iman Dan amal salehnya Yang Akan allah perhitungkan kelak. Firman allah Dalam, (QS al-Baqarah: 62)
“Sesungguhnya orangutan orangutan mukmin, orangutan orangutan yahudi, orangutan orangutan Nasrani Dan orangutan orangutan Shabiin, siapa diantara mereka Saja Yang BENAR-BENAR beriman kepada Allah, kemudian aceh Dan beramal saleh, mereka Akan menerima pahala Bahasa Dari Tuhan mereka, regular tidak ADA kekhawatiran kepada mereka, Dan regular tidak (pula) mereka bersedih hati. “
Simpulan Penulis terhadap ayat di Atas adalah Bukan agamanya / Identitas keagamaannya Yang di kedepankan, namun value per share Dalam, agamalah Yang harus dipegang Dan dijalankan. Agama apapun, BAIK islam, yahudi (dizaman nabi Musa sebelum nabi Isa Datang), Nasrani (di Zaman sebelum Nabi Muhammad Datang Dan Shabiin (orangutan orangutan Yang mengikuti syari’at nabi-nabi Zaman Perusahaan Afiliasi atau orangutan orangutan Yang menyembah Bintang atau dewa -dewa) Dalam, kerangka pluralitas syariat-syariat di Bawah “Kesatuan Agama Yang Satu” perbedaan ITU Akan Tetap selamat Dan mendapat pahala Bahasa Dari tuhan selama mereka berada Dalam, Koridor Pokok yaitu:. PERTAMA, Keimanan kepada tuhan Yang maha Satu, kedua Keimanan akhirat akan menggandakan, Pembangkitan, hisab Dan Pembalasan amal BAIK Dan buruk, Ketiga.Beramal saleh Dalam, Kehidupan Dunia.
Namun, Bukan berarti untuk Konteks aceh Suami * Semua Agama sama secara keseluruhan. Yang dimaksud kesamaan HANYA secara hakikat yakni sama-sama sebagai Agama Samawi Dan memiliki tujuan Yang sama (keteraturan). Jika Dalam, Segi syari’at tentu berbeda. Syariat Agama yahudi ITU BENAR PADA Zaman nabi Musa as, namun menjadi regular tidak berlaku mansukh atau disempurnakan Artikel Baru datangnya nabi Isa sebagai Artikel Baru membawa syairatnya (Nasrani), pun demikian syariat nabi Isa (Nasrani) menjadi regular tidak berlaku mansukh Dandisempurnakan Artikel Baru Yang syariat Diposkan oleh dibawa Rasulullah melihat.Yakni syariat islam.
Sebagai Umat islam kitd harus memegang teguh syari’at Yang dibawa Diposkan oleh Rasulullah. Syari’at Yang telah menyempurnakan syariat-syariat sebelumnya.Keberadaan Agama berbaring Yang Masih memegang syariat-syariatnya Yang Perusahaan Afiliasi harus dijadikan Motivasi Dalam, melakukan amal Shalehmemberikan kemanfaatan kepada Sesama manusia Tanpa melihat Agama atau budayanya.
Konflik antar Umat Beragama Yang terjadi dimasyarakat biasanya terjadi KARENA adanya fanatisme buta. Menjustifikasi bahwa Yang BENAR hanyalah dia Dan kelompoknya, menafikan bahkan menjustifikasi Agama / PAHAM keagamaan selainnya adalah salat ( finnar) . Sesama penganut Agama Islam pun Masih terjadi Sumbang Suara-Suara Yang sering menimbulkan konflik horizontal. Antar nama kelompok PAHAM keagaamaan / organisasi keagamaan memberikan justifikasi BENAR / salat, Surga Dan Neraka, sering terlontar Kali Yang melakukan Tradisi-Tradisi tertentu Ahli bid’ah Dan masuk Akan Neraka. Bahkan, mereka Berani menghancurkan, membakar Dan memeranginya Artikel Baru Landasan bahwa dia Yang memucat BENAR. Memaksakan kehendak untuk sama dengannya.
Jika kitd mengacu kepada ayat Diatas Tadi justru Yang harus dikedepankan adalah amal saleh Yang di landasi keimanan. Bukannya Ribut memberikan PENILAIAN kepada Yang berbaring justru membuktikan kepada Yang LAIN Artikel Baru amal shalehnya. Pendekatan Suami menggunakan pendekatan teologi multikultural. Artikel Baru pendekatan inisial ‘masyarakat Akan memiliki kesalehan secara kultural melihat perbedaan sebagai rahmat. Bahkan, kitd harus membuktikan bahwa Agama islam adalah Agama rahmatan lilalamin. Umat muslim harus memberikan Teladan Dalam, berakhlak menjadi Pelopor Dalam, berbuat kebaikan.
MENURUT Jalaudin rahmat, Agama terbagi doa yakni secara konseptual Dan secara aktual yang. Secara konseptual * Semua Agama mengajarkan tentang kebaikan kebenaran value per share-value per share Yang diakui secara universal. Prinsipnya regular tidak ADA Agama manapun terutama Agama Samawi Yang mengajarkan ketidak baikan, penghancuran, penistaan. konsepnya * Semua Agama adalah cara membuat keteraturan Dalam, Kehidupan. Sedangkan Agama secara aktual yang yakni Implementasi keberagamaan seseorang di Dalam, kehidupannya.
Jelas, Implementasi keberagamaan seseorang Ulasan Sangat dipengaruhi Diposkan oleh Latar belakangnya. Dipengaruhi Diposkan oleh pendidikannya, Ilmu pengetahuannya, lingkungannya, juga hawa nafsunya Diposkan oleh. alt Inilah Yang Nanti Akan merubah manusia bahasa Dari asalnya spesies Surga berubah menjadi spesies Neraka Bersama syaitan (laknatullah ‘alaih) Artikel Baru mengikuti hawa nafsunya Melanggar syariat / agamanya ajaran.

Multikulturalisme Perspektif Islam
MENURUT Abraham Maslow Dalam, cooperative motivasi manusia bahwa kebutuhan manusia ditempatkan dan (kebutuhan dasar) Yang keempat adalah pengakuan / penghargaan. Pengingkaran ‘masyarakat terhadap kebutuhan untuk diakui merupakan Akar Bahasa Dari ketimpangan diberbagai Kepemilikan Modal Kehidupan). Islam adalah Agama Yang mengakui Dan menghargai perbedaan, bahkan perbedaan di Dalam, islam adalah sebuah rahmat. Multikulturalisme adalah sebuah ideologis Dan sebuah Alat atau wahana untuk meningkatkan derajat manusia Dan kemanusiaannya.Maka, konsep multikulturalisme ITU Artikel Baru Sesuai ajaran islam Dalam, memandang Keragaman. Konsep Kebudayaan harus dilihat Dalam, Perspektif fungsinya * Bagi Kehidupan manusia.
Kaum muslimin adalah Umat Yang Bersatu utuh mereka Hidup berdampingan Artikel Baru nama kelompok-nama kelompok ‘masyarakat Yang berbaring. (Piagam madinah 1) . Demikian Rasulullah telah memberikan Contoh Hidup bernegaradalam Keragaman Kultur. Sehingga Wire color Kawat warna aceh inisial Dunia mengakui Akan keberhasilan konsep Negara Yang dibangun Diposkan oleh Rasulullah saw Yang kitd kenal Artikel Baru masyarakat madani (civil sosiety).
Pun demikian multikulturalisme Yang dibangun Bangsa kitd Suami harus mengacu PADA konsep Yang dibangun Rasulullah SAW. Mengakomodir kesetaraan Budaya Dan Umat berbaring sehingga meredam konflik vertikal horisontal Dan Dalam, ‘masyarakat Yang heterogen dimana Tuntutan Akan pengakuan eksistensi Atas Dan Keunikan Budaya, nama kelompok, Etnis Ulasan Sangat lumrah terjadi. Muaranya adalah tercipta suatu SISTEM Budaya (sistem culters) Dan tatanan sisial Yang mapan Dalam, Kehidupan ‘masyarakat Yang Akan menjadi pilar Kedamaian sebuah Bangsa.
Dalam, syariat-syariat Dan manhaj-manhaj, Dan selanjutnya Peradaban-Peradaban (terutama Umat-Umat Yang menerima Risalah-Risalah Agama) terdapat pluralitas Yang dipandang Diposkan oleh Al-Qur’an sebagai Pokok Yang Konstan, kaidah Yang abadi, Dan sunnah ilahiah, Yang berfungsi sebagai pendorong untuk saling berkompetisi Dalam, melakukan kebaikan, berlomba menciptakan Prestasi Yang BAIK Dan sebagai motivator Yang mengevaluasi Dan memeberikan tuntunan * Bagi Perjalanan Bangsa-Bangsa pemilik Peradaban-Peradaban Dalam, menggapai kemajuan Dan ketinggian mereka. Ia adalah Sumber Dan motivator terwujudnyavividitas Kreativitas (penggambaran Yang Hidup) Yang terancam keberadaanya jika regular tidak terdapat perbedaan Dan kekhasan masing-masing Peradaban ITU .(Hud: 118-119)
“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia Umat Yang Satu, tetapi mereka Senantiasa berselisih Pendapat, Kecuali orangutan orangutan Yang diberi rahmat Diposkan oleh Tuhanmu. Dan untuk Itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: Sesungguhnya: aku Akan memenuhi Neraka Jahannam Artikel Baru Jin Dan manusia (Yang durhaka) semuanya “.
Dalam, menafsirkan ayat Suami, Al-Qurtubi Dalam, al-jam’i li ahkamil qura’an mengatakan bahwa perbedaan, kemajemukan, pluralitas Serta Dalam, syariat-syariat Dan manhaj-manhaj ITU sebagai conditio qua non (keadaan atau syarat Yang Ulasan Sangat diperlukan) Dalam, penciptaan makhluk. Mereka berkata, “makna” Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka ’seakan-Akan pluralitas ITU sebagai illat sebab keberadaannya wujud inisial.
Atas ditempatkan dan adanya pengakuan mengenai pluralisme Budaya Dan Agama, Maka Dalam, kedua ayat (Qs. 2:148 Dan Qs 5:. 48) dimunculkan konsep perlombaan Dalam, kebaikan, “Maka berlomba-lombalah berbuat kebaikan KAMU Dalam,”. Dalam, kedua ayat ITU, perlombaan pajaknya Umum namun ditujukan * Bagi manusia Yang secara Alamiah ditakdirkan mengalami perbedaan Agama maupun suku Bangsa.
Ayat Suami Artikel Baru Sesuai konsep multikulturalisme Yang regular tidak mempersoalkan perbedaan, tetapi mementingkan berbuat kebaikan. KARENA ITU, kata-kata “kullin” (2:148) Dan “likullin ja’alna (5: 48)” Diatas sebagai “masing-masing Umat Beragama”. Rasyid ridha, sebagaimana dikutip Roni, mengatakan. . “… Jadi, syariat Yang berbeda-Beda ITU harus dipertimbangkan sebagai alasan untuk berlomba-lomba Dalam, amal saleh, Dan Bukan alasan untuk permusuhan Dan persaingan Dalam, Yang regular tidak berbuat BAIK” Dalam, Bahkan Konteks teologis, allah (Qs. 60: 6 ) regular tidak melarang Umat islam AKTIVITAS melakukan sisial Artikel Baru Umat berbaring, selama mereka regular tidak berbuat jahat .
Dalam, Hal Kebangsaan Dan suku Yang plural, islam memerintahkan agar Hal inisial dipergunakan Dalam, MEMBANGUN hubungan ta’aruf (saling Mengenal) diantara masing-masing pihak Yang berbeda-Beda ITU. Bahkan al-Qur’an menegaskan, Keragaman Etnis, Agama, dan Budaya adalah sebuah keniscayaan Yang merupakan kehendak tuhan Sendiri sebagai sunnatullah. Allah regular tidak melihat perbedaan bahasa Dari Etnis manapun bahkan pengakuan Bahasa Dari Agama manapun TAPI Yang allah lihat adalah ketakwaanya. Firman allah (QS. Al-Hujarat: 13).
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan KAMU Bahasa Dari seorang laki-laki Dan seorang Perempuan Dan menjadikan KAMU berbangsa - Bangsa Dan bersuku-suku supaya saling kenal-KAMU Mengenal. Sesungguhnya orangutan Yang memucat mulia diantara KAMU disisi Allah ialah orangutan Yang memucat taqwa diantara KAMU. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui Lagi Maha Mengenal. “
Saling Mengenal merupakan bentuk bahasa Dari kesalehan multikultural. Bahasa Dari saling Mengenal itulah Toleransi antar Umat, Toleransi antar Agama tercipta akan sesuatu. Satu sama berbaring memahami saling memaklumi perbedaan Dan Yang ADA.
Namun, Toleransi Bukan berarti menghilangkan Batas-Batas Yang telah ditentukan.Islam mempunyai konsep Yang jelas Dan Tegas Dalam, membedakan ANTARA Toleransi muamalah (sisial) Artikel Baru Toleransi akidah. Dalam, masalah muamalah kitd harus memiliki SIKAP tasamuh (Toleransi), TAPI Dalam, masalah akidah Dan ibadah, islam Artikel Baru Tegas mengatakan lailaha illallah Muhammad rasulullahWire color Kawat warna tetes Darah penghabisan kitd harus Tetap istiqomah. Firman allah (QS Al-Kafirun 1-6):
“Katakanlah:”. Hai orangutan orangutan kafir, AKU regular tidak Akan menyembah APA Yang KAMU sembah Dan KAMU Bukan penyembah Tuhan Yang: aku sembah.Dan: aku regular tidak pernah menjadi penyembah APA Yang KAMU sembah, Dan KAMU regular tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan Yang : aku sembah.Untukmu agamamu, Dan untukkulah, agamaku. “
Jika kitd kaji sababun nuzul ayat di Atas, MENURUT Imam as-Suyuti Dalam, lubabun nuqul fi Asba al-nuzul adalah berkenaan Artikel Baru ajakan kafir Quraisy kepada rasul untuk bergantian menyembah tuhan masing-masing. Satu Tahun menyembag Allah, Satu Tahun menyembah Berhala. Dijelaskan juga Diposkan oleh Imam Ali As-Shabuni Dalam, shafwat di-Tafasir, tatkala ITU, turun-ayat Tadi Yang menolak ajakan mereka Keras Yang didisyaratkan Dalam, Kalimat:
لكم دينكم ولي الدين اي لكم شرككم ولي توهد “ “* Bagi KAMU kemusyrikanmu Dan * Bagi: aku keyakinanku” . Namun demikian islam melarang kitd untuk mengganggu aqidah Agama berbaring.
Sejarah membuktikan, Agama Alkhaton masuk Ke Mesir Artikel Baru menghancurkan TEMPAT-TEMPAT ibadah “Amon”, Agama Kristen masuk Ke Mesir Artikel Baru membunuh penganut Agama mesir kuno, Agama Romawi Paganis masuk Ke Mesir Artikel Baru membunuh penganut kristen koptik, islam masuk Ke Mesir regular tidak Satu pun Rumah ibadah Yang Dibakar, regular tidak seorang pun Pendeta Yang dibantai. Bahkan rasulullah Artikel Baru Tegas bersabda: من اذى ذميا فقد اذانى “Siapa Saja Yang menyakiti kafir dzimi sungguh telah menyakitiku”
Sejarah menunjukan bahwa islam nihil Bukan Agama sadis, islam Bukan Agama bengis, bahkan islam Bukan Agama Teroris, sebagaimana dituduhkan kafir orangutan orangutan Dan barat SAAT Suami. TAPI islam adalah Agama rahmatan lilalamin .Artikel Baru demikian jika Akhir-Akhir inisial terjadi pengeboman seperti di legian kuta bali, hotel mariot, kedubes australia Dan Vihara di jakarta barat Yang diselidiki dilakukan Diposkan oleh orangutan orangutan Yang Beragama islam. Jelas, Penulis tegaskan ITU Bukan ajaran islam, TAPI ITU HANYA sekelompok orangutan Yang memiliki kepentingan tertentu danipengaruhi Faktor-Faktor Yang menuntut mereka berbuat demikian. sebagai bentuk perlawanan imperialisme barat Politik Dan adanya ketidak adilan.

Islam Membentuk kesalehan Multikultural Ummat
MENURUT Abdul Munir Mulkhan, kesalehan merupakan suatu tindakan Yang berguna * Bagi Diri Sendiri Dan orangutan berbaring, Serta dilakukan Atas kesadaran ketundukan PADA ajaran Tuhan. Amal saleh merupakan Implementasi / aplikasi untuk Bahasa Dari keimanan seseorang Yang dilakukan secara Sadar Dan ikhlas .Sedangkan kesalehan Dalam, multikultural merupakan penegasan bahwa kegunaan tindakan saleh ITU berdimensi Terbuka melampaui Batas-Batas Etnis, Kebangsaan, PAHAM keagamaan, Dan kepemelukan suatu Agama tertentu.
Isu global yang didengungkan Yang Terus Diposkan oleh PBB adalah Perdamaian diseluruh Dunia. Di Jakarta timur maupun di Barat harus mematuhi Resolusi Dewan Keamanan PBB Yang mengamanatkan kepada seluruh Negara di Dunia untuk tunduk patuh Dan demi menciptakan Perdamaian abadi. Tetapi kenyataannya, perang adalah perang.
Perang merupakan suatu kenyataan Yang regular tidak dapat dihindari akibat konflik antar Negara, bahkan antar Etnis seringkali dipicu Diposkan oleh masalah-masalah sepele. Namun terdapat Nuansa Kemanusiaan Yang dijatuhkan atau seringkali disalah fahami, sehingga genosida istilah Muncul (permusuhan Etnis). Resolusi PBB belum dapat BERHASIL Dalam, membentuk kesalehan Bangsa-Bangsa Dalam, Keragaman.KARENA Bukan Atas Landasan keimanan resolusi nihil dibuat namun Atas ditempatkan dan kepentingan Politik.
Dalam, Hal inisial Islam mempunyai ditempatkan dan ditempatkan dan pemikiran-Dalam, menciptakan kesalehan multikultural. Kesalehan Tanpa Batas teritorial, Tanpa Batas Etnis Dan Tanpa Batas apapun. Sesuai Artikel Baru namanya islam Damai berarti, sama Sekali regular tidak diperbolehkan menebar kebencian kepada siapapun. Akar Bahasa Dari permusuhan Dan konflik dilatarbelakangi kebencian Artikel Baru. Firman allah (QS al-An’am ayat 108:
“Dan janganlah KAMU memaki sembahan-sembahan Yang mereka sembah selain Allah, KARENA mereka Nanti Akan memaki Allah Artikel Baru melampaui Batas Tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan terkait masih berlangsung Umat menganggap BAIK pekerjaan mereka. kemudian kepada Tuhan merekalah book value mereka, Lalu Dia memberitakan kepada mereka APA Yang mereka kerjakan PT KARYA CIPTA PUTRA. “
Khalid Abdurrahman al-Aki Dalam, shofwat al-Bayan Lima’an al-Qur’an menjelaskan:اي لا تسبوا الهة المشركين و اصنا مهم “ janganlah KAMU menghina sembahan kaum musyrik Dan Berhala-Berhala merekauntuk Artikel demikian firman allah Tadi mengajarkan kepada umat agar regular tidak menghina, melecehkan Dan memerangi ajaran Agama berbaring. Biarkanlah kaum kristiani mengamalkan ajaran Cinta Kasih, Isa Almasih.Umat ​​hindu mengamalkan Veda-vadenta, Resi Agatya. Demikian juga Umat budha menjalankan ajaran Dharma Shidarma Gautama. Selama mereka regular tidak mengganggu Dan memerangi kaum muslim.
Dalam, membentuk kesalehan umat islam multikultural menanamkan value per share Toleransi Yang Tinggi terhadap Agama dan Budaya berbaring, menanamkan value per share supaya menghargai Agama lain.Dimulai Bahasa Dari menghargai SIKAP Dan prilaku Yang TOTAL Akan mengikutinya. Kesalehan sisial Yang dikedepankan Diposkan oleh kaum muslim. Perbedaan Dan kemajemukan dijadikan sebagai motivator untuk menghadapi Ujian, cobaan, kesulitan, berkompetisi, Dan berlomba-lomba Dalam, Berkarya Dan berkreasi di masing-masing ANTARA pihak Yang berbeda Dalam, syariat, manhaj, Dan peradabannya . Dalam, kesalehan Multikultural Suami pula amal saleh seorang muslim regular tidak dibatasi Diposkan oleh Etnis, suku, Budaya bahkan Agama. Namun, berbuat saleh (Konteks sisial) kepada siapapun.
F. Penutup
Inti konflik Bahasa Dari Yang bersumber Bahasa Dari masalah Agama disebabkan KARENA fanatisme buta. Menjustifikasi orangutan / Agama selain Bahasa Dari padanya adalah salat. Sehingga regular tidak ADA Akan Titik temu jika * Semua Agama / * Semua Budaya menjustifikasi HANYA Agama Dan budayanya lah Yang memucat BENAR.
Islam sebagai Agama Yang rahmatan lil ‘alamin Hadir memberikan Perspektif keberagaman Yang moderat melihat perbedaan Agama / Budaya berbaring sebagai sebuah keniscayaan Dan Ujian * Bagi pemeluknya. Regular tidak menjustifikasi bahkan menghina Agama / Budaya LAIN tetapi duduk Bersama Dan memberikan SIKAP Yang Terbuka (Inklusif).
Transformasi value per share-value per share islam merupakan langkah untuk menciptakan suasana Dan SIKAP keberagaman Yang moderat (pertengahan) Yang regular tidak memaksakan kehendak Atas value per share-value per share Yang berbaring. Transformasi Bukan berarti merubah value per share Agama Yang ADA tetapi berusaha berdialek Artikel Baru Budaya value per share-value per share berbaring. Sehingga kesalehan individu regular tidak terbatasi Diposkan oleh etsnis, Agama, Budaya tetapi saleh Tanpa Batas.
Saling Mengenal merupakan salat Satu bentuk bahasa Dari kesalehan seorang individu terhadap Keragaman Yang ADA. Artikel Baru Mengenal Maka Akan Timbul konsekeunsi selanjutnya yakni saling memahami Dan menghargai. Ketika SIKAP saling memahami Dan menghargai telah Tumbuh Dalam, Diri Bangsa Suami niscaya kesalah pahaman Dan konflik putar relatif regular tidak Akan ADA. Keragaman Budaya Dan Agama regular tidak Akan menjadi permasalahan namun menjadi Indah laksana Harmoni perbedaan nada gitar dipetik Yang Artikel Baru BAIK. Cita-cita Bangsa Suami Serta semboyan Bangsa Suami book value kitd gapai Dan kitd rasakan.
Perbedaan harus dijadikan sebagai Motivasi untuk berlomba-lomba Dalam, melaksanakan amal saleh (kebajikan) Artikel Baru Landasan keimanan.Masalah Surga Dan Neraka Tuhan Yang menentukan. Masuknya seseorang Ke Surga Bukan pernyataan dirinya sebagai orangutan Yang Rajin beribadah atau pernyataan Diri sebagai pemeluk islam “Islam KTP” namun, KARENA rahmat Allahlah Yang Akan menentukan Nanti. Sehingga, fanatisme buta Yang mengedepankan simbol Dan Identitas Yang mengakukan dirinya sebagai pemeluk Agama tertentu harus mempertimbangkan apakah book value Yang dilakukannya sudah Sesuai Artikel Baru aturan agamanya, Atau HANYA mengatasnamakan Agama.

Penyerangan Agama Di Yogya: Semoga Bukan Awal Perang Badar

Lagi asyik-asyik beribadah di rumah sendiri, ada manusia-manusia yang kotor hatinya, menyerang secara fisik kepada penghuni rumah dan ditambah bonus penganiayaan kepada wartawan KompasTV yang hendak meliput. Karena ini terjadi di daerahnya mbah amien rais dan kompasianer imam prasetyo, pasti mereka berdua ini mengetahui mengapa ada manusia-manusia usil yang ’senang orang lain susah’ dan ’susah melihat orang lain senang’. http://www.tempo.co/read/news/2014/05/30/078581172/Umat-Katolik-di-Sleman-Diserang-Kelompok-Bergamis
Sebagai pihak luar yang tidak mengetahui kejadian sebenarnya di sana dan motif apa yang mendasari manusia-manusia jahat itu gemar mengganggu ibadah umat lain, saya merasa mungkin itu antara lain dimotivasi oleh rasa jengkel karena terganggu dengan suara-suara nyanyian lagu-lagu yang tidak disukai oleh mereka. Bisa jadi kelompok penyerang itu senang dengan lagu dangdut bang Haji. Atau ada kemungkinan lain mereka menyerang sebagai ‘test case’ untuk memulai ‘perang’ menjelang pilpres 9 Juli 2014 , apalagi  setelah mbah amien rais mengibaratkan pilpres 2014 itu laksana perang Badar. Seperti diketahui oleh mereka yang awam, perang Badar itu terjadi saat Nabi dan sahabat-sahabat yang telah diiizinkan oleh alloh untuk tidak berdiam tangan  tatkala dianiaya oleh kaum kafir qurays. Walaupun ada iming-iming duniawi berupa harta rampasan perang dan perempuan. Jadi, karena lumrah sekali bila dalam suatu perang akan ada korban, apalagi bila korban-korban dan kerugian material ada di kubu lawan, maka tidak ada komentar apapun dari kubu prabowo termasuk dari mbah amien rais atas kejadian di ‘kampung’nya sendiri.
Waspada atas kemungkinan kejadian serupa di kemudian hari perlu kita tingkatkan, seperti yang disampaikan oleh Jamaah Ahmadiyah. http://www.tempo.co/read/news/2014/05/30/058581238/Umat-Katolik-Diserang-Ahmadiyah-Ikut-Khawatir
Yang paling harus disesalkan adalah, mengapa terjadi saling menyakiti di antara umat tuhan?, apa tidak kuatir menjadi tertawaan orang-orang ateis?

Peringatan Ibnu Hazm kepada Muslimin dan Muslimah

SUDAH berapa tahun kita menuntut ilmu?
Sudah berapa lama kita duduk di depan para asatidz untuk mengkaji sebuah kitab?
Sudah berapa banyak buku aqidah, fiqih, dll kita baca dan tamatkan?
Dan sudahkah niat kita “betul” dalam menuntut ilmu?
Maka, mari kita tengok sejenak nasehat dari seorang ulama tentang niat menuntut ilmu. Ibnu Hazm -rahimahullah- berkata:
“Apabila engkau menghadiri majelis ilmu, maka jangan kau (niatkan) kehadiranmu, kecuali untuk menambah ilmu dan pahala, bukannya hadir dengan kesombongan karena merasa sudah cukup ilmu. Atau sekedar mencari kesalahan untuk disebarkan, atau sesuatu yang ganjil untuk dibeberkan. Karena perbuatan ini adalah perbuatan orang-orang yang rendah yang tidak akan beruntung dalam ilmu selama-selamanya”.
(Mudaawaatin Nafus: 92/Akh Aan)

Allohu akbar! Sepertinya ucapan beliau -rohimahulloh- “menampar” kita hari ini. Yang mana kita lebih banyak sibuk dengan mengupas aib seseorang dan mengghibahi seseorang, ada apa dengan kita ini?
Tak malukah kita, sudah bertahun-tahun duduk di hamparan majelis ilmu, namun hati semakin keras?
Tak malukah kita, sudah sekian banyak membaca buku, namun membuat lisan semakin tajam dan akhlak kian amburadul?
Tak malukah kita, sudah ratusan kali kita ikut taklim, dauroh, dan tablig akbar, namun kesombongan kita semakin “gemuk”. Semua orang dicela, bahkan para asatidz dan ulama!
Nas alulloha salaman wal afiyah.
Mudah-mudahan penuturan Imam Ibnu Hazm rohimahulloh menjadi teguran buat kita semua.
Semoga Alloh subhanahu wa ta’ala memberi taufik kepada kita semua…

Jumat, 30 Mei 2014

Toleran, Sikap Kita

Makin hari, kondisi keberagaman bangsa ini makin parah. Terlihat, lebih banyak diproduksi oleh orang-orang yang tak mengakui perbedaan. Mereka seolah alergi dengan melakukan aksi-aksi intoleransi terhadap mereka yang dipandang beda. Mereka nodai kesucian agama dengan menggunakannya sebagai jubah dalam melakukan aksi-aksi keji, bejat, tak bersahabat.
Istilah “Indonesia tanpa diskriminasi”—meski sering orang anggap sebagai ilusi—lebih merupakan cita-cita paling ideal sekaligus paling realistis untuk bangsa Indonesia. Bagaimana tidak, Indonesia adalah bangsa yang kaya. Selain kaya akan sumber daya alamnya, juga kaya akan kemajemukan manusia-manusianya (a multicultural society). Kemajemukan agama, ras, suku, bahasa, budaya, dan lain sebagainya, belum lagi tata cara pengamalan dan penghayatannya, mesti diakui sebagai keniscayaan. Karena itu, upaya apapun yang nantinya berujung pada penyeragaman, harus dan wajib kita tolak. Jika tidak, di samping akan diskriminatif, konflik pun tiada akan pernah berhenti. Alhasil, perdamaian hanya akan jadi khayalan kita belaka. Bahwa menghargai dan menghormati lebih baik daripada saling meniadakan. Bukankah Indonesia agung karena perbedaannya, bukankah Indonesia kokoh karena persatuannya?
Dalam sejarah bangsa ini, perwujudan cita-cita di atas, boleh dikatakan, melulu hanya sampai pada tahap konsep. Semboyan luhur nan mulia Bhinneka Tunggal Ika yang dulu diagungkan para founding fathers, hampir-hampir perealisasiannya jarang kita dapati. Justru, penghianatan atasnya cenderung bersua dalam kehidupan sehari-hari kita: acapkali ada kelompok merasa benar sendiri dan memaksakan kebenarannya kepada kelompok lain; tak terima, konflik jadi jawaban. Kemana larinya semboyan itu?
Memang, beberapa kasus belakangan yang kerap terjadi, sebut misalnya pencekalan diskusi, pengrusakan tempat-tempat peribadatan, hingga pada aksi kekerasan terhadap mereka yang dianggap “beda”, menjadi bukti betapa kondisi keberagaman kita makin hari makin digerus. Contoh kasus sebagaimana yang baru-baru ini terjadi di Surakarta (22/5).  Acara peresmian lembaga Kedutaan Besar Iran kerjasama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta, yakni Iran Corner, dibubarkan paksa oleh sejumlah ormas yang mengatasnamakan Islam. Di antaranya adalah Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS) dan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Alasan pembubarannya, jika dinalar sungguh tidak masuk akal alias koplak, yakni Iran Corner dituding sebagai lembaga yang bakal sebar ajaran-ajaran Syiah. Entah karena apa, Syiah dianggap sebagai salah satu ajaran “sesat”, karena itu tidak dibolehkan bercokol di dunia akademik yang nantinya akan merusak pemikiran mahasiswa, terutama dalam hal akidah Islam.
Jika kita mau sedikit terbuka dan berbicara jujur, keberadaan lembaga seperti Iran Corner ini, meskipun akan banyak menampung ajaran-ajaran Syiah di dalamnya, justru menjadi kebutuhan urgent bagi mahasiswa. Mereka (mahasiswa), terutama yangconcern di bidang pemikiran Islam, tentu akan sangat terbantu dengan adanya lembaga yang menawarkan referensi-referensi berbeda. Ini penting guna menjelajahi pemikiran Islam yang kaya dan luas itu. Hematnya, lembaga seperti ini sangat mungkin akan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan keislaman mahasiswa itu sendiri. Tapi mengapa di IAIN Surakarta justru terjadi yang kebalikannya?
Memang, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah keluarkan fatwa tentang Syiah. Sejak tahun 1984, MUI Pusat telah memfatwa ajaran Syiah berbeda dengan Sunni. Bahkan, MUI menyeru kepada segenap umat Islam Indonesia untuk mewaspadai ajaran Syiah ini. Kemudian pada tahun 2012, giliran MUI Jawa Timur yang keluarkan fatwa tentang kesesatan ajaran Syiah, kafir, menyimpang dari ajaran Islam. Lagi-lagi, alasannya hanya soal beda semata. Pertanyaannya, apakah yang beda itu sudah pasti sesat? Atas dasar apa seseorang bisa sebut orang di luar dirinya itu sesat atau tidak? Bukankah di mata mereka yang dipandang beda itu juga bisa memiliki persepsi yang sama atas mereka yang memandangnya demikian? Jika mau fair, berarti mereka juga sesat. Lagi pula, bukankah MUI juga merupakan kumpulan manusia-manusia biasa, bukan Dewa, yang secara pasti tidak pernah bisa memiliki kebenaran mutlak sebagaimana dengan-Nya?
Terlepas embel-embel sesat atau tidaknya, yang jelas, siapapun tidak boleh dilarang menyebarkan ide dan gagasannya, juga tidak boleh didikte harus belajar ini dan itu. Toh setiap manusia, apalagi yang berstatus mahasiswa, sudah bisa memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Untuk apa lagi mereka dibatasi? Jangan-jangan apa yang dikatakan Abd A’la, Guru Besar Sejarah Pemikiran Politik Islam IAIN Surabaya itu benar adanya: orang yang alergi pada keberagaman adalah orang yang cenderung mengkhawatirkan masalah kekuasaan; jangan-jangan mereka berpikir kalau keragaman itu dibiarkan akan jadi ancaman bagi kekuasaan mereka?
***
Andai kiranya para founding fathers negeri ini masih ada, penulis yakin, mereka tentu akan teteskan air mata, jika bukan mengusir mereka yang tidak hargai perbedaan, yang melulu paksakan kehendak pada yang lain. Bagaimana tidak, pluralisme yang diletakkan meniscayakan adanya prinsip penghormatan dan penghargaan antar sesama, telah mengarah pada jalan yang menyimpang. Dominasi kelompok tertentu paksa kelompok lain hancur-lebur. Tak ada lagi kebersamaan, tak ada lagi sikap harga-menghargai, di atas kemajemukan bangsa. Kebenaran dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Sila ke-5 Pancasila) tak mencuak lagi. Yang ada hanya kebenaran tunggal, menjadi asas mutlak bagi kelompok yang hendak mendominasi kelompok lain.
Mesti disadari. Krisis toleransi dan perdamaian yang terjadi di bangsa saat ini masih mengalir deras. Kerusuhan-kerusahan serta konflik-konflik sosial yang jamak dijumpai di berbagai daerah—lebih banyak diakibatkan karena perbedaan—sudah mengarah pada disintegrasi paling memprihatinkan. Kejadian-kejadian semacam itu seolah jadi tontonan lumrah dan menunjukkan bahwa keragaman cenderung jadi sumber pertikaian antar komponen bangsa. Kenyataan bahwa upaya membangun kesadaran akan arti pentingnya keberagaman, belumlah merupakan keniscayaan sepenuhnya. Hampir sebagian besar bangsa Indonesia saat ini belum/tidak memahami arti penting dari pluralisme itu sendiri. Ini dikarenakan—mengutip pandangan Bandem (2001), masyarakat belum meyakini secara sadar bahwa kehidupan teramat mungkin dibangun dalam naungan keberagaman.
Hari ini, juga harus disadari betul bahwa tiap-tiap pandangan dari mana atau apapun asalnya, pastilah melulu relatif. Artinya, tiada pandangan atau kebenaran yang benar-benar mutlak adanya. Ya, kita boleh saja mengatakan bahwa pandangan yang kita anut itu adalah yang paling benar. Akan tetapi, di dalam kemajemukan bangsa sebagaimana di Indonesia ini, sama sekali kita tidaklah boleh mengatakan bahwa (paham) saya yang paling benar, dan yang lain salah, sesat. Sembari kita percayai kebenaran tertentu, kita pun harus hargai kebenaran semacam itu yang ada pada diri (orang) yang lain. Dalam ranah inilah toleransi dibutuhkan: kita beda dan karena beda maka kita harus saling menghargai.
Tentu sangat disayangkan ketika ada kelompok tertentu jadi hakim bagi kelompok lain. Di sini, kita harus jeli lihat persoalan semacam itu. Biar bagaimanapun, sikap saling hormat-menghormati, harga-menghargai, tetap harus ditumbuh-suburkan dalam diri masing-masing. Islam sebagai rahmatan lil alamin sendiri telah meletakkan dasar-dasar tersebut dalam menyikapi perbedaan yang ada: “Bagimu agamamu, bagiku agamaku.”
Di zaman yang semakin kompleks penuh perbedaan ini, tak ada jalan bagi intoleransi bisa hidup. Mencontoh Nabi dengan segala sikap toleransinya dalam menyikapi perbedaan yang ada, adalah tatanan masyarakat yang mesti diperkokoh dan dikembangkan. Menghargai dan menghormati adalah kunci utama daripadanya, terlebih hidup di tengah pluralitas yang membiak dan beragam seperti di Indonesia ini.
Mari bersama-sama toleran dalam menyikapi perbedaan yang ada.

Ironis, Guru Mendongkrak Nilai dengan Meminta Imbalan Uang

Di sebuah kabupaten K, seorang guru SLTA meminta imbalan uang dengan nilai bervariasi (sekitar satu koma sekian juta) kepada wali. Akhirnya terbongkar apa yang dilakukan sang guru dan uang sudah dikembalikan pada wali murid.
Pertanyaannya : mengapa guru dapat memperjualbelikan nilai raport?
Sang guru mengatakan khilaf! Kalau tidak ada laporan, mungkin guru akan merasa aman-aman saja. Nilai raport kok didongkrak. Memang motivasinya apa? Kalau nanti ketahuan bagaimana?
Ini benar-benar mencoreng dunia pendidikan! Karena ulah segelintir guru, guru yang lain akan kena imbasnya. Minimal kena imbas citra buruk.
Kasihan guru-guru yang lain kalau kebetulan ngobrol dengan orang yang beda profesi. Misalnya ditanya pekerjaannya apa? Lalu dijawab: guru. Orang yang bertanya akan meneruskan obrolan, enak ya jadi guru bisa jual beli nilai….!(DONGKOL)
Kalau membaca koran setiap hari, jadi tahu benar info apa saja dan dari mana saja. Semoga besok pagi saya tidak lagi mendapatkan berita yang sedikit miring dari koran tentang dunia pendidikan.

Pemimpin yang Sederhana

Salah satu hal yang menyelamatkan hidup di dunia dan akherat adalah hidup sederhana. Sederhana berarti tidak berlebih-lebihan serta tidak memamerkan kemewahan. Apapun situasi dan kondisi kita baik kita miskin atau kaya kita dianjurkan untuk hidup sederhana. Bahkan para nabi juga menganjurkan dan mencontohkan. Nabi Sulaiman AS yang diberikan kunci kekayaan oleh Allah SWT bahkan selalu melaksanakan ibadah puasa, suatu waktu beliau ditanya oleh pengawalnya mengapa beliau masih melaksanakan puasa padahal Allah SWT telah menganugerahkan kekayaan yang luar biasa kepada beliau. Nabi Sulaiman AS menjawab bahwa jika beliau tidak menjalankan ibadah puasa, beliau takut tidak bisa lagi merasakan penderitaan rakyat fakir di kerajaannya. Luar biasa contoh keteladanan seorang Nabi Sulaiman AS.
Sehubungan dengan kotbah jumat diatas menurut saya ternyata  masih sangat relevan jika dikaitkan dengan pemimpin baik itu pemimpin di daerah maupun pemimpin secara nasional. Pemimpin adalah seseorang yang seharusnya bisa dijakdikan teladan oleh rakyat yang dipimpinnya.
Dijaman yang mengedepankan kemewahan dunia dimana tampak jelas jurang pemisah antara si kaya dan si miskin, saya mendambakan seorang pemimpin yang memberikan contoh dan keteladanan hidup sederhana. Hidup sederhana disini bukan berarti pelit. Dengan hidup sederhana dan tidak berfoya-foya serta tidak memamerkan kekayaannya maka sang pemimpin bisa lebih memahami rakyatnya serta akan berusaha lebih keras untuk mensejahterakan rakyatnya. Contoh kecilnya sang pemimpin tidak malu makan di warteg, maka dia akan bisa lebih menghayati kedudukan sebagai rakyat kecil dan sang pemimpin bisa lebih tahu kira2 berapa rupiah yg digunakan untuk sekali makan. Dan ini bisa berguna dlm pengambilan kebijakan misalnya untuk menetapkan Upah Minimum atau kebijakan yg tepat mengenai pengenaan pajak untuk Warteg.
Pemimpin yg hidup dalam kemewahan tidak akan bisa merasakan lebih dalam apa yg dirasakan oleh rakyatnya. Mereka akan tenggelam dalam kemewahan yg mereka punya sehingga rasa empati terhadap rakyat banyak akan semakin berkurang. Contohnya seorang pemimpin yang kemana-mana selalu menggunakan helikopter pribadi atau mobi mewah dengan pengawalan dari anak buahnya, maka dia tidak akan bisa merasakan bagaimana menggunakan transportasi umum. Hal ini bisa berpengaruh dalam pengambilan kebijakan transportasi. Atau seorang pemimpin yang menonjolkan rumah mewahnya beserta kandang2 kudanya dengan harga kuda yang gila2an, padahal disisi lain masih banyak orang yg kesulitan dalam membeli rumah.
Sebelum memberikan perintah dan arahan, pemimpin jadilah teladan dengan memberikan bukti nyata baru kemudian bisa mendapatkan respect dari masyarakat luas. Jangan jadi pemimpin dengan gaya hidup hedonis.

Kamis, 29 Mei 2014

Menteri Agama Harus dari Ormas Tertentu?

Memangnya Menteri Agama harus dari ormas Islam tertentu atau lebih ekstrim dari partai tertentu? Terus, kalau Menteri Agama bukan dari ormas yang diikutinya, apakah mereka mau dipimpin dengan tulus ikhlas?.
Saya sebenarnya risih dengan isu ini. Kenapa Islam harus dikotak-kotakan dalam sekat-sekat ormas? Bahkan, saya pernah mendengar ada ormas Islam yang mengkafirkan umat Islam lain yang tidak menjadi anggota ormasnya. Soal perbedaan bacaan sholat, penentuan waktu lebaran dan isu-isu yang tak fundamental dibesar-besarkan, saling menyalahkan dan bahkan sampai menjadi sumber konflik
Seiring dengan pilpres 2014 yang berlangsung dalam waktu dekat ini kok isu ini muncul lagi. Ada isu-isu yang menyebutkan bahwa Menteri Agama harus dari ormas ini. Kalau capres-cawapres ini menang maka Menteri Agamanya pasti dari ormas kita dan lainnya. Ketua Parpol menjamin Menteri Agama dari ormasnya. Cawapres menjadin Menag dari ormas tertentu  dan lainnya.
Liat neh contoh-contoh berita dibawah ini :
http://indonesiasatu.kompas.com/read/2014/05/26/1337414/pkb.jokowi-jk.terpilih.menteri.agama.dari.nu?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Khlwp
Saya kira ini isu basi. Ndak relevan lah dipakai untuk meraup masa dari kalangan ormas tertentu. Cuma memantik antipati dari ormas lain dan memperuncing perbedaan antara sesama umat islam.
Pertinyiinyiii? Kalau menteri Agama dari ormas loe, loe merasa menang gitu. Kalau Menteri Agama dari ormas, loe, loe yang paling bener? Wah berabe kalau gitu.
Menurut saya, yang terpenting untuk menjadi Menteri Agama adalah sosok yang jujur. Tahu bahwa yang haram ya haram titik nggak pake koma! Jadi, Menteri Agama kudu tahu kalau korupsi, kolusi dan nepotisme adalah perilaku yang haram dilakukan. Menteri Agama yang bisa mengurus haji dengan bener, bukanya uang haji dikorupsi atau menghajikan kroni-kroninya pakai uang negara.
Lanjut lagi, Menteri Agama yang berani dan tegas, sehingga bisa membuat institusi paling korup se Indonesia itu bersih dari korupsi. Menteri agama yang bisa menjaga kerukunan antar umat beragama. Menteri agama yang bisa buat orang mau nikah mudah dan murah. Menteri Agama yang bisa membuat penganut agama di negeri ini menjalankan agamanya dengan baik dan benar.
Jadi, janganlah diulangi menteri agama representasi dari Partai Politik tertentu, apalagi ketuanya. Apalagi kursi menteri agama dijadikan alat bagi-bagi kursi. Janganlah pula memilih Menteri Agama dengan dasar ormas tertentu lah. Kalau perlu, pilih Menteri Agama yang netral saja
Kemudian, ini yang penting juga, Menteri Agama juga bukan Menteri Agama Islam apalagi Menteri Ormas tertentu doang, Menteri Agama harus mengayomi semua agama. Ingat, ada 6 agama yang sudah diakui plus aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Politik Itu Kejam

Sudah sadar kan politik itu kejam!
Mungkin kekejamannya bisa lebih kejam dan sadis dari ratapan ibu tiri. (mungkin)
Lihat banyak forum, grup, komunitas, perkumpulan, apa saja namanya, dan bahkan wadah dimedia yang dulu suasananya normal, adem ayem dan menarik disimak, sekarang jadi ajang pamer prestasi, ajang membeberkan aib serta segala macam bentuk hal yang bisa jadi keburukan bagi oang lain.
Akhirnya wadah tersebut jadi basi! jadi benar-benar bikin pusing, jadi kacau balau, jadi sembrawut, jadi kaya benang kusut, pokoknya apapun hal yang paling kompleks bisa diibaratkan untuk keadaan yang terjadi pada wadah tersebut.
Walaupun sebenarnya ada yang senang memanfaatkan situasi seperti ini untuk ajang provokasi.fine jika hanya seperti, itu sudah jadi kondisi normal yang tak normal itu memaksakan pendapat orang harus setuju dengannya! *maksa banget
Jika begitukan jadi terlihat norak.
Kalo dari pandanganku sendiri, uruslah pribadimu dan fokus terhadapa target dan tujuanmu, jangan coba mengusik harapan dan target tujuan orang lain.
Politik sih politik, jika ada sebuah pendapat bahwa “politik itu kejam” itu mungkin benar.
tapi dengan hal seperti itu jangan menjadikan dirimu yang sedari awal adalah orang yang mungkin berharga dan baik dimata orang, berubah jadi “SOK” tau karakter pribadi orang lain, “SOK” jadi juri atas tindak-tanduk yang diperbuat orang lain, anda bukanlah seorang yang MAHA-MELIHAT dan MAHA-MENGETAHUI, terlebih lagi anda bukan, bahkan jauh dari kata MAHA-BERENCANA, anda bukan TUHAN!
Lalu jika nanti pilihan yang berdasarkan dari keputusan dari kesadaranmu yang sesadar-sadarnya tanpa paksaan dari pihak lain berhasil terpilih, namun dilain waktu ketika dia (sang pilihan) sengaja ataupun tidak sengaja atas perbuatan yang berujung pada suatu kesalahan yang mungkin saja fatal. bagaimana? masih ingin berkoar-koar “SOK” pro-ini atau pro-itu? masih dengan kepercayadirian 100% dengan sesuatu yang telah kamu putuskan secara sadar dan bijak itu?
Paling hanya bisa diam, melongo!
berharap ada sebuah alasan yang jelas atas hal tersebut itu,
berharap itu hanyalah sebuah fitnah!
berharap jika itu bukanlah real kesalahannya!
Heran?
Bingung?
Masih mikir?
Sama!

Rabu, 28 Mei 2014

Bangsa Indonesia Sangat Memprihatinkan

Saya sangat heran dengan bangsa Indonesia yang mengaku mayoritas beragama islam dan mengaku sebagai bangsa yang religius. Apa yang membuat saya heran dengan pengakuan tersebut adalah perilaku dan kebiasaan masyarakat Indonesia sangat bertolak belakang dengan Islam. Contoh yang sangat sering terlihat adalah; kebiasaan dari masyarakatnya yang jorok, membuang sampah sembarangan padahal ajaran islam salah satunya adalah harus menjaga kebersihan karena Tuhan semesta alam senang bila umatnya senantiasa hidup bersih terutama di mesjid dan mushola tempat untuk melakukan ibadah sholat. Kemudian lagi kebiasaan mencuri/mengambil barang milik orang lain, jangankan barang yang bersifat umum, misalnya property, bayi yang jelas merupakan barang khusus karena dimiliki oleh orang tuanya pun di Indonesia ini sering kita mendengar berita bayi hilang di curi oleh penculik bayi, padahal jelas-jelas bayi ini pemiliknya adalah orangtuanya sendiri dan tidak bisa dipindahtangankan seperti barang ke orang lain. Ck…ck..ck…coba bayangkan bagaimana pula dengan duit…yang juga sering menjadi barang yang dicuri meskipun jelas pencuri tidak punya hak atas duit milik orang lain.
Tidak perlu panjang lebar lagi saya uraikan bagaimana perilaku dan kebiasaan bangsa Indonesia yang sangat bertolak belakang dengan agama islam, terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu disini. Namun yang paling ironis dan memprihatinkan adalah tindakan kriminal yang sering sekali terjadi di bumi Indonesia, sehingga dapat disimpulkan bahwa manusia Indonesia adalah jenis mahluk hidup yang sangat mengerikan, jahat dan seperti binatang. Kalau belum percaya, coba saja lihat berita tindakan kriminal pemerkosaan dan pembunuhan, belum lagi pemerintahnya yang sangat Korup. Pemerintahnya samasekali tidak mengurusi rakyatnya, sibuk dengan kepentingan pribadi dan partainya saja. Bila pemerintahnya serius mengelola negara ini tentunya Indonesia sudah menjadi negara maju di ASEAN berhubung memiliki kekayaan sumberdaya alam yang luar biasa, yaitu mulai dari pertambangan, perkebunan dan perikanan.

Namun dikarenakan pemerintahnya tidak serius dalam menjalankan pemerintahan maka negara ini menjadi negara yang terbelakang bahkan di kalangan negara ASEAN, kalah maju dengan Singapura dan Malaysia. Rakyatnya sebagian besar hidup penuh dengan kemiskinan dan pengangguran. Pejabat pemerintahannya sibuk dengan korupsi yang menguras uang negara dan kekayaan alam bangsa Indonesia.
Pemerintah Indonesia sangat tidak peduli dengan urusan rakyat dan negara, sehingga negara ini amburadul dan kacau, dari segi kemajuan negara maupun dari segi kejiwaan bangsa ini, masyarakatnya berjalan sendiri, negara ini adalah negara Auto pilot. Kriminal dan korupsi merajalela karena tidak ada kepastian Hukum. Hukum di negeri ini bisa diperjual belikan, mental sebagian besar bangsa ini adalah mental korups semuanya bisa diatur oleh uang. Hukum dan peraturan tidak jalan karena penegak hukum nya pun bermental korup dan tidak bisa dipercaya.
Pun kalangan oknum ulama nya pun melakukan tindakan melanggar hukum, lihatlah berita seorang ustadz yang melakukan penipuan dengan mengaku dukun yang mampu mengobati pasien namun ujungnya hanya melakukan penipuan yang berkedok sebagai uztadz. A’uzubillah bin jalik….begitu banyak aib dan bobrok bangsa Indonesia ini bila di sebutkan satu persatu. Belum lagi masyarakatnya yang mengaku islam namun percaya dengan hal-hal yang bersifat tahyul, contohnya acara tv yang berjudul memburu hantu dan sejenisnya.
Saya sangat muak dengan negara dan bangsa Indonesia ini, manusianya pada munafik sok religius berkedok agama untuk kepentingan politik dan ambisi duniawi. Padahal manusianya bobrok dan jahat layaknya binatang yang tidak berperikemanusiaan yang sangat jauh dari agama islam. Saya tidak percaya dengan pemerintah nya dan juga sangat kecewa dengan mental bangsa Indonesia yang sangat munafik dan bobrok ini. Sehingga saya punya keinginan untuk hijrah ke negara lain yang jauh lebih baik moral nya namun tidak sok suci dan sok religius.
Bila anda mengunjungi negara tetangga contoh terdekat Singapura, lihatlah betapa sangat bertolak belakang kebiasaan dan keadaan negara ini dengan Indonesia. Singapura adalah negara kecil dan wilayahnya tidak lebih besar dari Jakarta, namun sangat modern dan maju dibandingkan dengan Indonesia yang kaya raya dengan sumber daya alamnya. Masyarakat Singapura sangat tertib, tidak membuang sampah sembarangan, tidak mau mengambil barang yang bukan miliknya (mencuri) dan tidak melakukan tindakan kriminal sadis seperti yang terjadi di Indonesia. Apa sesungguhnya yang membedakan manusia yang tinggal di Singapura dengan Indonesia??. Saya cukup mencontohkan negara yang sangat terdekat dengan Indonesia, belum menceritakan bangsa Jepang yang jaraknya lebih jauh dari Singapura. Singkat kata bangsa Jepang yang beragama shinto saja, berperilaku baik dan mengagumkan layaknya ajaran islam yaitu, sangat menjaga kebersihan, tertib dan tidak suka mencuri barang orang lain apalagi melakukan tindakan pembunuhan dan pemerkosaan.
Kesimpulan sementara saya adalah, semua penyakit yang ada di masyarakat Indonesia ini terjadi akibat pembiaran dan tidak adanya Hukum dan keseriusan Pemerintahnya dalam mengelola negara yang luas wilayahnya ini.
Ada yang punya pendapat lain?

Masihkah Kita Satu Bangsa?

”Mengapa kalian mesti bermusuhan? Bersatupadulah,pertahankanlah kewarasan kalian. Bangunlah bersama negerimu.” 
”Balaslah kejahatan dng kebaikan,namun bila kau tidak mampu melakukan hal itu,maka setidaknya janganlah membalas kejahatan dng kejahatan.” (Dikutip :Shri Sai Satcharita,hal: 98)
Nasehat diatas berasal dari seorang Mistik Sufi dari Shirdi. Sebuah kota di India.Beliau dikenal dengan sebutan Shirdi Baba. 
Sebuah nasehat yang indah dan mengesankan dari seorang fakir, pecinta Allah sejati. Bagaimana Beliau memandang kehidupan secara jauh dan bebas. Tidak terbelenggu oleh pemahaman sempit pikiran yang membuat manusia hidup dalam alam kebencian dan permusuhan.
Agama dilakoni sebagai sebuah amalan nyata dalam laku kehidupan sehari-hari. Perbedaan yang ada dilihat sebagai sebuah kehendak dari Dia Sang Pencipta. Ya…Maha Kehendak Kudus yang menginginkan keanekaaragaaman, kebhinnekaan ciptaannya.
Ketika manusia menyadari hal itu maka akan timbul dari hatinya sebuah pemahaman untuk saling menghormati, saling menghargai sebagai wujud nyata bagian dari Dia Sang Maha Pencipta.
Demikian manusia yang berakal dan berpikir mampu melihat secara jernih persatuan dalam perbedaan. Dan selalu mengupayakan persatuan dan kesatuan.
Seperti analogi sebatang lidi jika disatukan maka akan berubah menjadi sebuah ikatan lidi-lidi yang dapat digunakan untuk menyapu, membersihkan kotoran dan memperindah lingkungan. 
Manusia hadir untuk membuat sejarah, namun jangan lupa juga utk belajar dari sejarah perjalanan manusia pendahulu, mengambil hikmah dan juga kebijaksanaan sehingga dapat belajar dari sejarah tersebut. Karena kalau tidak…
Sejarah hanyalah kumpulan fakta tak berguna tentang kejadian-kejadian di masa lalu, jika kau tidak belajar dari kejadian-kejadian itu.“ (Buku Mahamaya ,verse 86 page 41)
Ya,kita akan selalu mengulang kembali peristiwa-peristiwa sampai kita mampu beranjak darinya.
Dan hari-hari ini kita semua disibukkan oleh hingar-bingar berita tentang Pemilu Presiden yang akan digelar sekitar 50 hari lagi. Banyak berita baik dan buruk menghiasi ruang-ruang publik.
Sebagai negara demokrasi hal tersebut adalah wajar, kebebasan berpendapat dan bersuara diakui oleh negara. Namun jangan sampai hal tersebut melenakan kita untuk menjaga persatuan dan kesatuan sebagai sebuah bangsa lepas dari atribut-atribut kelompok/golongan untuk melihat sebagai satu anak bangsa, bangsa Indonesia Raya.
Masihkah kita merasa sebagai satu bangsa?
Mari kita renungkan bersama…

Hingar Bingar PilPres

Setiap hari melihat, mendengar dan membaca celoteh-celoteh dua kubu pendukung calon dan wakil calon presiden kita yang akan datang, sangat heboh dan miris, tipuan, kebohongan, fitnah terus tersebar kemana-mana…saling lempar kata, sindiran, celaan hanya untuk menjatuhkan lawannya… dan dengan harapan masyarakat percaya dan memilihnya.
Tapi aku percaya masyarakat saat ini cerdas dalam memilih calon Presidennya, karena sekali salah memilih makan 5 tahun dalam kemeranaan, penyesalan….
Indonesia itu mayoritas islam, yang tentu mengerti dan paham, bahwa berprasangka buruk tidak dibenarkan, fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan, mejelek-jelekan itu tidak pantas, tapi kenapa makin hari makin penuh fitnah… padahal kita percaya adanya Allah SWT, kenapa tidak bertanya kepada-Nya dengan solat Malam dan Istihkoroh mengenai siapa Calon Presiden yang terbaik, sehingga kita tak akan menyesal?
Padahal jika kita semua masyarakat Indonesia bersama-sama berdo’a dan melakukan Istikhoroh memohon pada Allah SWT, saya yakin tidak akan ada yang saling menjatuhkan lawan dengan cara-cara kotor dan licik, karena Allah Maha Mengetahui mana yang terbaik diantara Mereka, karena menurut kita baik menurut Allah belum tentu baik.
Pemimpin yang kita dambakan adalah pemimpin yang Rahmatan lil Alamin, bukan kebaikan untuk golongan tertentu saja, tapi kebaikan untuk semua, Yang bisa merangkul semua golongan dalam masyarakat.
Betapa Indah dan Damainya Negeri ini jika punya seorang Pemimpin yang Amanah, yang tidak hanya punya wawasan kebangsaan yang bagus, tapi juga yang menjalankan, Pancasila dengan Kebhinekaan Tunggal Ika, menjalankan UUD 1945 dengan segenap jiwanya dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Revolusi Mental Sebuah Utopia

Berangkat dari keresahan 16 tahun reformasi yang tidak menghasilkan apa – apa. Ketika perkembangan disegala bidang mengalami perkembangan dan reformasi belum bisa menjawab itu. Terjadi kontradiksi di tengah – tengah masyarakat yang semakin meresahkan. Dari landasan tersebutlah ide dan gagasan “Revolusi Mental” mengemuka dari salah satu Calon Presiden kita, Joko Widodo (Jokowi). Revolusi Mental yang menjadi visi misi Jokowi dalam maju menjadi Capres 2014 ini merupakan gagasan yang sangat ideal. Menjadi pertanyaan bersama, apakah Revolusi Mental ini sebuah keniscayaan? Sebelum di jawab ada baiknya kita dalami lebih dulu Revolusi Mental.
Revolusi Mental didasarkan dari kritik dari pelaksanaan reformasi yang hanya melakukan pembenahan di wilayah Institusional. Proses reformasi selama ini tidak menyentuh wilayah – wilayah unsur intrinsik seperti paradigma, mindsetdan budaya masyarakat. Dan di sisi lain realitas yang terjadi pembenahan institusional tersebut belum mampu menjawab atau malah menyuburkan praktik – praktik budaya dan tradisi orde baru, seperti budaya koruptif, intoleransi, oportunis, pelanggaran hukum dan sebagainya.
Revolusi Mental juga mengkritisi Paham Liberalisme yang dinilai kontradiktif dengan nilai, budaya dan karakter bangsa Indonesia. Untuk membangun bangsa terlebih dahulu wajib diciptakan paradigma, budaya dan pendekatan yang sesuai dengan ciri dan karakter bangsa Indonesia. Oleh karena itu, konsep “Tri Sakti” bung karno turut serta menjadi landasan pembentuk Revolusi Mental ini, Indonesia yang berdaulat secara politik, Indonesia yang mandiri secara ekonomi dan Indonesia yang berkepribadian secara sosial – budaya.
Revolusi Mental yang penekanannya ada pada perubahan sosial dan kebudayaan secara cepat dan menyangkut dasar dan pokok – pokok kehidupan masyarakat, dalam hal ini lebih di tujukan kepada mental – mental manusianya sendiri yang tercerabut dengan paradigma liberatif, mindsetpragmatis - oportunis dan budaya koruptif. Revolusi Mental menjadi suatu keharusan dan diharapkan menjadi solusi di tengah – tengah kegagalan reformasi ini.
Kritik subjektif saya terhadap Revolusi Mental sebelum menjawab pertanyaan di atas. Untuk merubah paradigma, mindset dan budaya itu tidak semudah membalik telapak tangan. Paradigma terbentuk dari realitas yang di alami dan di lihat secara langsung dan akhirnya mempengaruhi alam pikir, bersikap dan bertindak kita. Artinya tidak mudah merubah cara pandang masyarakat di tengah – tengah realita umum dan kebanyakan yang sudah membentuknya.Mindset (pola pikir) terbentuk dari pengalaman seseorang yang bersifat positif maupun negatif yang tidak terlepas dari pembiasaan diri sejak kecil yang sangat membekas atau imprint (J.P. Chaplin dalam Kartini Kartono, Kamus lengkap Psikologi 2006). Sama halnya dengan paradigma, pola pikir ini terbentuk dari pembiasaan sejak usia dini. Ibaratnya tidak mudah merubah bentuk dari batu dengan tidak mengurangi materi di dalamnya. Pun begitu dengan budaya, yang terbentuknya tentu dari kompleksitas berbagai unsur yang mempengaruhi akal dan budi. Tentu dalam ini paradigma, mindset dan budaya secara umum yang melibatkan hal positif dan negatif yang terjadi.
Ketiga aspek tersebut yang menjadi penekanan Revolusi Mental tentu tidak bisa diterapkan kepada Manusia – manusia saat ini. Masyarakat atau manusia hari ini sudah dalam taraf terbentuk – paradigma, mindset, budaya – jadi, bukan dalam taraf membentuk jadi. Taraf membentuk jadi bagi saya diperuntukan bagi manusia – manusia yang fitrah (suci) dalam hal ini anak usia dini. Jika manusia dewasa yang menjadi objek dari Revolusi Mental sedikit banyak akan terbentur dengan bangunan karakter yang sudah terjadi baik itu yang positif maupun negatif.
Dari sini saya berkesimpulan bahwa, Revolusi Mental merupakan ide/ gagasan yang cukup ideal, tetapi dalam implementasinya hanya akan menjadi sebuah utopia saja. Seperti analogi yang saya sebutkan tadi, merubah bentuk batu tanpa mengurangi materinya. Yang menjadi penting hari ini adalah bagaimana merevolusi pendidikan kita untuk membentuk – paradigma,mindset, budaya – jadi tunas bangsa. Tentu dengan pendidikan yang tidak menjadikan lagi tunas bangsa sebagai subjek, atau meminjam terminologi Paulo Freire pendidikan “gaya bank”. Dalam arti luas pendidikan kita di arahkan ke pendidikan yang membebaskan.

Menjadi Pemimpin itu Berat


“Pemimpin itu adalah titipan Allah. Seseorang menjadi pemimpin karena dipercaya (diamanahi) Allah untuk menyampaikan apa yang Allah titikan kepada pemimpin tersebut.” kata ustad itu
“Jadi tidak sembarang orang bisa memimpin” kata santri itu
“Hanya orang yang dipercaya oleh Allah mampu memimpin karena kepemimpinan itu takdir Allah. Oleh karena itu siapa pun yang memimpin, maka kepemimpinannya untukkepentingan Allah, untuk tujuan agar yang dipimpinnya (masyarakat) sadar sebagai hamba Allah (abdillah) sehingga menjadi manusia yang taat kepada Allah (ibadah) (Wama kholaqtul jinna wal insa illa liya’budun). Jadi keberhasilan seorang pemimpin tergantung dari kemampuan pemimpin itu mendekatkan masyarakat yang dipimpinnya kepada Allah. Maka, jika masyarakat yang dipimpinnya semakin jauh dari Allah maka dia bukan pemimpin yang bisa dipercaya (amanah) oleh Allah” kata ustad itu
“Gitu” kata santri itu
“Kepemimpinan adalah konsep integral pemimpin dalam berbagai aspek kehidupan. Kemampuan mengubah masyarakat diawali kemampuan mengubah perilaku keluarga, kemampuan mengubah keluarga diawali kemampuan untuk mengubah perilaku diri pemimpin itu sendiri. Oleh karenanya, seorang pemimpin harus memimpin (menjaga) perilaku dirinya sebelum mampu menjaga perilaku keluarganya, dan mampu menjaga perilaku keluarga sebelum mampu menjaga perilaku masyarakat” kata ustad itu
“Apa maksud memimpin perilaku sendiri” kata santri itu
“Seorang pemimpin harus menjadi pemimpin (menjaga) perilaku lidah nya, telinga nya, mata nya, hidung nya dan rasa nya. Maka, kepemimpinan yang amanah dimulai dari kemampuan seorang pemimpin memimpin dirinya sendiri” kata ustad itu