“….Innalloha la yughoyyiru biqoumin hatta yughoyyiru ma bi anfusihim” —Allah tidak akan mengubah nasib suatu bangsa, kecuali bangsa itu sendiri yang mengubahnya (TQS Ar-Ra’du 11).
Perubahan (yughoyyiru) yang signifikan dalam segala hal menyangkut nasib atau keadaan sebuah bangsa, hanya bisa diwujudkan jika ada kerjasama tim, perjuangan kolektif dari penduduk sebuah bangsa (qoum). Pada momentum itulah Allah berikan kuasaNya mengubah keadaan atau ‘nasib’ sebuah bangsa di bumi, kearah yang lebih baik. Ada momentum Hijrah Mekah Madinah semasa Nabi Shalallahu alaihi Wasallam, Ada Révolution française di Perancis, ada Restorasi Meiji di Jepang…terus di Indonesia apa ya ?…Dalam skala kecil keseharian, perjuangan kolektif diperlukan untuk mengubah nasib orang-per orang dalam sebuah komunitas secara bersama (dan kompak). Perubahan niscaya tak akan wujud, manakala hanya terbangun semangat “MLM” (Mengajak Lalu Meninggalkan) tanpa visi, misi dan aksi yang jelas. Tidak mungkin sebuah perubahan kearah yang lebih baik itu semata dilakukan seorang diri, harus ada gerak seirama dari ‘qoumin’-kaum atau bangsa, kelompok sosial yang memiliki komitmen sama. Ibarat gir yang digerakkan oleh rantai lalu memutar roda, itulah gambaran sebuah kerjasama yang saling mendukung untuk perubahan. Mozaik yang indah itu tersusun dari serpihan-serpihan kaca dengan bentuk dan warna masing-masing, lalu akan terlihat indah manakala dibentangkan secara utuh. Manusia yang memilih untuk bersikap individualistik hanya akan menjadi statis dan akhirnya tumbang. Jangan heran jika dalam sebuah lingkaran keluarga inti, kolega, sosial network hingga komunitas bangsa kerap terjadi kesenjangan yang semakin melebar ; yang kaya semakin kaya dan yang miskin kian tersungkur dilibas nasib ( yang seharusnya bisa diubah dengan baku-bantu kolegial, dalam banyak cara serta sikap dasar saling percaya dan ikhlas). Tanpa konsepsi itu, tak akan ada perubahan signifikan, biarpun masing-masing individu “mati-matian” berubah, namun tanpa ada “jalinan kerjasama” yang saling memberi manfaat, maka ‘La yughoyyiru…!’ .Perubahanbesar harus dimulai dari perubahan kecil, tapi perubahan kecil sesering apapun tanpa jaringan perubahan kolektif dan aggregat, niscaya hanya akan memperpanjang kesenjangan dan melanggengkan ketidak-adilan…Maka apalah artinya membentuk sebuah komunitas, bila yang ada hanya sekedar formalitas ?, dan pada akhirnya masing-masing individu hanya bergerak searah sendiri-sendiri, tidak proaktif, nafsi-nafsi—elo-elo gue-gue, maka jangan mimpi sebuah perubahan signifikan bakal terjadi !.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar