Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Rabu, 07 Mei 2014

Kisah si Buyung

Kick Andy, sebuah acara talk show di Metro TV, pada 2 Nopember 2006 menyajikan suatu cerita yang mengugah pribadi saya untuk mampu bangkit dan berkarya dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki.
Menceritakan kisah si Buyung yang berumur sekitar 40 tahun, menderita buta akibat penyakit campak berkepanjangan. Hidup bersama dengan Amai (ibu) Nila di Payakumbuh, Sumatra Barat. Semenjak ditinggal mati oleh suami, Amai Nila yang menjadi penanggung beban hidup. Namun seiring dengan bertambahnya umur, Amai Nila sudah tidak mampu bekerja karena masalah kesehatan. Untuk menggantungkan hidup kepada Buyung, hampir mustahil.
Mereka punya tekad yang kuat untuk terus berusaha mencukupi kebutuhan hidup. Mereka yakin bahwa manusia tidak bisa hanya bergantung pada nasib, hanya manusia yang dapat mengubah nasibnya sendiri.
Usaha apa yang dilakukan Buyung dan Amai Nila untuk memenuhi kebutuhan hidupnya? Buyung yang lemah dan Amai Nila yang lemah bahkan tidak kuat berjalan, membuat dan menjajakan sapu lidi keliling kampung. Mereka menggunakan sebuah gerobak untuk menjajakan sapu lidi buatan mereka, menempuh perjalanan hingga 40 km. Buyung yang buta, menarik gerobak—Amai Nila yang lemah tua dan lemah, duduk di dalam gerobak, bertugas sebagai penunjuk arah bagi Buyung sewaktu menarik gerobak. Ibarat sebuah delman, Buyung adalah kudanya dan Amai Nila adalah Kusirnya. Dengan pendapatan hanya sekitar Rp 10-15 ribu/hari, yang hanya cukup buat makan sehari. Mereka menikamati pekerjaan itu.
Tapi, mengapa mereka berdua tidak mengemis mengaharapkan belas kasihan orang lain. Padahal pendapatan mengemis lebih besar dari menjual sapu lidi. Disitulah mulianya mereka, sebuah pesan yang selalu diucapkan Amai Nila kepada Buyung “ lebih baik tidak makan seharian, dari pada harus meminta-minta. Bagi mereka, tidak ada kata menyerah, terus berusaha selama mereka masih memiliki kekuatan untuk menikmati hidup dan tidak pernah menyesali kekurangan yang ada pada diri mereka. Tekat yang saya dapat dari kisah itu : Mereka adalah orang yang memiliki kekurangan, tapi dengan sebuah tekad yang luar biasa, seseorang yang mengalami kekurangan, berusaha untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dengan kemampuan yang mereka punya. Mereka tidak pernah mengeluh dengan kekurangan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar