Semakin maraknya politikus dan para pejabat yang keseleo gara-gara omongannya sendiri. Lidah memang tak bertulang, kata yang sudah terucap memang tak bisa ditarik kembali yang ada malah menjilat ludah sendiri. Sepatutnya kita sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan belajar dari para petinggi-petinggi di negara ini agar tak salah berucap dan pada akhirnya jadi bumerang bagi diri sendiri.
Kasus pertama tentang janji Anas Urbaningrum yang mau bersedia digantung di tugu monas apabila terbukti dia korupsi satu rupiah pun dari proyek hambalang yang sebelumnya telah banyak menyeret para petinggi partai demokrat ke bilik penjara KPK. Setelah hampir satu tahun mendekam dibalik dinginnya tembok penjara apa kabar janjinya itu? sudahkah beliau ini menepati janjinya untuk digantung di tugu monas. Mungkin Anas lupa, tapi saya rasa beliau tidak lupa bahkan mungkin sangat ingat sekali kalaupun lupa pasti banyak orang yang akan mengingatkan salah satunya ketika salah seorang warga Indramayu bernama Masnun menyambangi gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Jumat (10/1/2014) lalu untuk menagih janji Anas dengan membawa seutas tali .
Mungkin ketika berucap janji yang sensasional itu Anas barangkali lupa, beliau ini bukanlah rakyat jelata yang sedang bersumpah, sepertinya beliau lupa dia adalah seorang pejabat dan petinggi partai yang tindak tanduknya diawasi banyak orang. Selain lupa bahwa beliau seorang pejabat, saya rasa ketika berucap Anas terlalu terpancing emosi dan terlalu berapi-api dengan lantang mengatakan bahwa dirinya bersih dari korupsi atau pada saat itu beliau memang lupa pernah melakukan korupsi sehingga dengan yakin dan secara jantan bersedia digantung apabila terbukti korupsi. Setahun berlalu apa yang terjadi hari ini, janji itu melempem, Anas tak lagi jantan, mulutnya tertutup rapat bila disinggung perihal itu, harga dirinya semakin terkoyak-koyak sudah masuk penjara termakan ucapan sendiri pula.
Kasus kedua yang juga fenomenal di jagat janji berjanji, pak Akil Mochtar yang Ketua mahkamah Konstitusi dengan mudahnya berucap janji kepada banyak orang apabila terbukti korupsi beliau ini rela jarinya dipotong. Akil yang tersangkut kasus suapterkait penanganan sengketa Pilkada Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Setelah terbukti dan banyak orang menagih janji kepada pak Akil tapi apa yang terjadi salah seorang wartawan mendapat tamparan dipipi dari sang koruptor gara-gara menagih janji ke Pak Akil. Pak Akil ini aneh ya, dia yang berjanji dia juga yang mengingkari bahkan dengan tanpa basa basi bertindak anarkis kepada salah satu wartawan. Sepetinya pak Akil ini sudah kehilangan urat malunya sehingga tak peduli lagi dengan janji-janjinya barangkali beliau ini sudah terbiasa melanggar janji seperti halnya melanggar sumpah jabatan ketika diangkat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi.
Yang terakhir ini mungkin bukan termasuk kepada janji melainkan sebuah sikap konsisten dari seorang tokoh. Sejak semalam pemberitaan heboh dengan kemunculan video Pak JK yang sedang diwawancara oleh Harian Bisnis TV, Pak JK yang secara lantang mengatakan “Jokowi presiden bisa hancur negara ini”. Saya setuju sekali dengan pendapat pak JK satu setengah tahun lalu itu, memimpin Solo Jokowi bisa dikatakan sukses tapi untuk jadi Presiden beliau harus bisa membenahi Jakarta terlebih dahulu. Tapi apa yang terjadi pernyataan pak JK sangat kontradiktif dengan kenyataan hari ini, beliau ini sekarang telah jadi cawapresnya jokowi. Tentulah banyak orang bertanya-tanya pak JK ini kok cepat sekali berubah ya?. Ah sudahlah saya mencoba untuk berpikiran positif mungkin menurut beliau dalam waktu kurang dua tahun saja Jokowi sudah sukses memimpin Jakarta dan sudah layak untuk jadi presiden. Dua tahun bisa dikatakan sukses oleh seorang JK berarti ini pencapaian yang luar biasa seorang Jokowi tapi kalau melihat fakta di lapangan bagaimana kondisi Jakarta hari ini, biarlah masyarakat banyak yang menilai terutama warga Jakarta Jokowi sudah sukses atau belum memimpin jakarta?. Terlepas dari adanya muatan politis apapun itu saya akan tetap mencoba untuk berpikiran positif agar saya bisa netral pada pilpres mendatang.
Semalam saya juga sempat baca di salah satu media online yang memberitakan bahwa Pak JK mengatakan Siapapun yang bisa membuktikan dirinya korupsi akan diberi hadiah 1 milyar. Wow, 1 M loh kira-kira siapa yang mampu membuktikan pak JK korupsi ya, semoga memang tidak ada yang bisa membuktikan dan kita beranggapan beliau ini adalah pemimpin yang jujur dan bersih. Tapi jumlah 1 M dibandingkan dengan mahar yang katanya 10 T itu berapalah ya, tapi sekali lagi itu bukan urusan kita sebagai orang awam meskipun mahar itu benar adanya selagi pak JK tidk memakai uang negara ya tidak masalah, yang saya khawatirkancuma satu kata-kata yang sudah terlanjur keluar itu seperti yang saya bold di atas.
siapa pun yang membuktikan dirinya korupsi akan dia beri hadiah Rp 1 miliar. - See more at: http://www.asatunews.com/hukum-kriminal/2014/05/24/trio-macan-menantang-jusuf-kalla#sthash.oAaRF84z.dpuf
siapa pun yang membuktikan dirinya korupsi akan dia beri hadiah Rp 1 miliar. - See more at: http://www.asatunews.com/hukum-kriminal/2014/05/24/trio-macan-menantang-jusuf-kalla#sthash.oAaRF84z.dpuf
siapa pun yang membuktikan dirinya korupsi akan dia beri hadiah Rp 1 miliar. - See more at: http://www.asatunews.com/hukum-kriminal/2014/05/24/trio-macan-menantang-jusuf-kalla#sthash.oAaRF84z.dpuf
siapa pun yang membuktikan dirinya korupsi akan dia beri hadiah Rp 1 miliar. - See more at: http://www.asatunews.com/hukum-kriminal/2014/05/24/trio-macan-menantang-jusuf-kalla#sthash.oAaRF84z.dpuf
Sudah seharusnya kita mengambil hikmah dan pelajaran yang berharga dari catatan-catatan yang telah diukir orang-orang di atas. Lidah memang tak bertulang tapi dampak yang dapat ditimbulkannya sungguh luar biasa bukan. Malu kan kalau harus menjilat ludah sendiri yang sudah dibuang, lebih baik berpegang pada kata sedikit bicara banyak bekerja dari pada banyak omong tong kosong itu nyaring bunyinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar