Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Rabu, 07 Mei 2014

Kebudayaan Produk Asli Lingkungan Hidup (Indonesia)

Lingkungan Hidup
Dalam biologi yang telah kita pelajari, bahwa manusia merupakan bagian dari sebuah ekosistem dan juga manusia dikategorikan sebagai salah satu dari anggota binatang kelas menyusui. Tetapi sebagai anggota yang digolongan dalam kelas yang ada di ekosistem, manusia termasuk dalam tata susunan jasmaninya masih umum (generalized form animal). Berbeda dengan binatang yang lainnya yang memiliki tipe – tipe khusus di dalam diri binatang tersebut yang dapat disebut dengan specialized form animals. Manusia masih canggung dan tubuhnya sulit untuk beradaptasi dilingkungan yang terbuka dan kompleks serta dalam menghadapi tantangan – tantangan tertentu. Kelemahan inilah yang membuat manusi untuk berpikir dan membuat suatu hal untuk menunjang kehidupan mereka dalam menghadapi masalah masalah kehidupan mereka dan mengembangkan extra somatic tool atau bisa disebut dengan perlengkapan non ragawi yang kemudian kita kenal sebagai kebudayaan yaitu hasil berpikir dari manusia.
Seperti itulah manusia mengembangkan dirinya sendiri lewat pemikiran mereka yang membuat manusia dikenal dengan makhluk yang berbudaya. Yang pada awalnya manusia hanya memiliki jasmaniah yang umum dan mengembangkan segala aspek disekitarnya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Manusia hidup di dunia ini bersama hewan, tumbuhan dan jasad renik yang menempati satu ruang tertentu. Kecuali makhluk hidup terdapat juga benda mati  yaitu suatu objek yang tidak memiliki tanda tanda kehidupan didalamnya seperrti misalnya udara yang berbentuk gas, air yang berbentuk cair dan besi yang berbentuk padat,dan banyak contoh lainnya. Ruang yang ditempati oelh makhluk hidp bersama dengan benda hidup dan benda tak hidup didalamnya disebut lingkungan hidup makhluk tersebut. Sifat lingkungan hidup terdiri dari berbagai macam factor yang mempengaruhinya yaitu :
  • Jenis dan jumlah masing – masing lingkungan hidup tersebut.

  • Hubungan atau interaksi antara unsure dalam lingkungan hidup tersebut.

  • Kelakuan atau kondisi unsure lingkungan hidup

  • Factor non materialsuhu, cahaya, dan kebisingan
Manusia saling berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Ia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya. Sehinga adanya hubungan saling mempengarhi dan saling timbale balik antaara manusia dan lingkungannya. Ia membentuk dan terbentuk oleh lingkungan hidupnya. Hubungan antara manusi dan lingkungan hidup itu bersifat sirkuler, perubahan pada lingkungan pada gilirannya akan mempengaruhi manusia juga. Interaksi antara manusia dan lingkungan hidup tidak sesederhana yang dibayangkan tetapi sangat kompleks, karena telah kita ketahui bahwa lingkungan hidup itu memiliki banyak unsure yang membuat hubungan manusia dan lingkungan sangat kompleks sekali. Pengaruh terhadap unsure satu akan mempengaruhi unsure lainnya juga. Manusia hidup dari unsure – unsure lingkunga hidup, misalnya manusia membutuhkan air untukkesehariannya mencuci minum dan lainnya, manusia membutuhkan oksigen yang sebagai unsure dari lingkungan hidup untuk kelangsungan hidup manusia sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa manusia tanpa lingkungan hidup itu adalah mustahil dan menjadi suatu abstraksi belaka, ia tak dapat terpisahkan daripadanya.
Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari kata budaya sedangkan budaya adalah bentuk jamak dari kata budi-daya yang berarti cinta, karsa, dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa snsekerta buddayah yaitu bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal.dalam bahasa inggris kata budaya berasal dari kata culture, dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan kata Cultuur, dalam bahasa latin, berasal dari kata corela.Koentjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, milik diri manusia dengan belajar. Kebudayaan didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalamanya, serta menjadi landasan bagi tingkah-lakunya. Dengan demikian, kebudayaan merupakan serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, rencana-rencana, dan strategi-strategi yang terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang dipunyai oleh manusia, dan digunakannya secara selektif dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana terwujud dalam tingkah-laku dan tindakan-tindakannya.

Manusia dan kebudayaan
Kebudayaan adalah hasil dari rasa, cipta dan karsa yang berasal dari produk asli manusia dan hanya manusialah yang memiliki kebudayaan. Itulah bedanya manusia dengan unsure – unsure dan elemen – eleman  lingkungan hidp lainnya. Pada dasarnya kebudayaan itu berkembang sebagai perwujudan dari tanggapan aktif manusia terhadap lingkungannya. Sama seperti yang telah dibicarakan sebelumnya bahwa manusia itu sangat terkait dengan lingkungannya dan tidak pernah lepas dari lingkungannya, oleh karena itu manusia harus memiliki perangkat yang membuat hubungan kebutuhan terhadap lingkungan hidup itu terpenuhi. Dengan segala kemampuan yang dimiliki manusia, mereka berusaha untk meliha, memahami, dan memilah – milah gejala sehingga lewat kinerja dan proses manusia seperti itu mereka membuat perencanaan tindakan serta menentukan sikap dan perbuatan yang menghasilkan karya asli dari manusia. Pada mulanya manusia menanggapi lingkungan dengan cara trial and error dan oleh karena itu, cepat lambatnya perkembangan dari sebuah kebudayaan tergantng dari sedikit banyaknya segala sesuatu yang ditangkap manusia oleh akalnya dalam mengelola lingkungan hidupnya.
Hasil dan tanggapan yang bersifat menguntungkan bagi manusia akan diulang – ulang lagi untuk menghadapi tantangan yang sama dan yang akhrinya hal itu menjadi terbaku dan terpola digunakan secara terus menerus (institutionalized) dan seeringkali dikukuhkan oleh komunitas yang bersangkutan. Dari cara – cara bagaimana bersikap  dan berrtingkah laku yang telah dilakukan itu orang dapat mengabstraksikan asumsi apa yang sebaiknya dilakukan atau dihindarkan, hal ini semua adalah termasuk dalam nilai – nilai budaya. Orang dapat menarik inti dari gagasan vital dari tingkah laku yang berpola sebagai pegangan. Tingkah laku yang sering dilakukan dan terpola itu menjadi pegangan bagi manusia untuk hidup menyelesaikan tantangan lingkungan dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang notabene berada diwilayah lingkungan hidup itu. Disamping itu, orang dapat memperoleh keyakinan dengan memahami system sosial yang membaku.
Nilai – nilai, gagasan vital dan keyakinan sebagai abstraksi dari system sosial yang berlaku itulah yang kita artikan sebagai kebudayaan yangkemudian menjadi pedoman bagi pola tingkah laku masyarakat pendukung dari ide gagasan itu. Ide – ide gagasan ini akan berhasil menjadi budaya di dalam kehidupan komunitas manusia apabila mereka semua menyetujui gagasan itu sehingga hal itu menjadi patokan bagi mereka dalam melakukan sesuatu yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Oleh karena itu, kebudayaan dapat diartikan juga sebagai system nilai, gagasan, dan keyakinan yang mendominasi cara pendukungnya melihat, memahami dan memilah – milah gejala yang dilihatnya dan merencanakan serta menentukan sikap dan perbuatan selanjutnya. Atau sebagaimana Clifford Geetz kemukakan, kebudayaan boleh diartikan sebagai mekanisme control yang mengendalikan pola tingkah laku anggota masyarakat pendukungnya. Dengan berpedoman pada kebudayaan, maka setiap anggota masyarakat akan mampu berkomunikasi atau berinteraksi dengan sessamanya secara efektif. Dengan kebudayaan inilah manusia dapat mengeluarkan pikiran dan pendapatnya kepada manusia lain yang membuat mereka menjadi makhluk sosial dengan bantuan dari sebuah system yang terpola dan yang telah mendapat dukungan dari masyakarat sendiri.

Masyarakat dan Kebudayaan di Indonesia
Masyarakat di Indonesia yang tersebar di kepulauan Nusantara dengn aneka ragam lingkungan dan tantangan sejarah telah mengembangkan kebudayaan yang beraneka pula. Kepulauan yang tersebar dan tersekat oleh perairan di Indonesia membuat masyarakat Indonesia juga memiliki latar belakang kebudayaan yang sangat melimpah dan kaya akan hasil produk pemikiran manusia yang sesuai dengan lingkungan mereka masing – masing di setiap suku. Kita sudah mengenali kebudayaan suku – suku bangsa yang kecuali didaerah terpencil, rang lingkupnya mulai menyempit. Terkadang dan bahkan banyak ditemui bahwa dominasi kebudayaan suku – suku bangsa itu terbatas dilingkungan kehidupan keluarga.dengan demikian masyarakat di kawasan Indonesia ini masih menggunakan istilah kekerabatan (kindship terminology) dengan segala hak dan kewajiban yang terkait, akan tetapi dalam pergaulan sosial yang lebih luas kita sudah mulai menggunakan kerangka acuan yaitu kebudayaan yang lebih memadai untuk mengikutu arus perubahan sosial tersebut.
Di kota – kota, kita mulai mengembangkan kebudayaan lokal didaerah setempat yang dapat menjembatani sesame warga Negara tanpa memandang latar belakang budaya masing – masing. Hal ini adalah teknologi yang sekaligus adalah kebudayaan yang bar dan efektif untuk menerapkannya supaya dalam suatu Negara terutama Indonesia memerlukan alat komunikasi yang membuat saut sama lain terhubung dengan mudah. Biasanya kebudayaan lokal itu selalu didominasi oleh salah satu kebudayaan yang ada dengan menyerap unsure – unsure kebudayaan lain yang ada di tempat dan dapat diterima sebagai mekanisme control bersama. Sesungguhnya selain kebudayaan suku bangsa hasil produk asli dan kebudayaan lokal di Indonesia, juga berkembang kebudayaan – kebudayaan asing, khususnya yang berpangkal pada agama. Kita mengenal kebudayaan Hindhu, Budha, Islam dan Nasrani, disamping itu kebudayaan yang diduga timbul dan berkembang sejak semula di Indonesia. Setiap agama membawa kebudayaan bangsa yang membuat agama tersebut. Mauh tidak mau orang yang beragama akan menerima kebudayaan bangsa dimana asal agama it berdiri. Kenyataan tersebut disadari sepenhnya oleh para pendiri Negara yang  perlu dikembangkannya kebudayaan nasional Indonesia sebagaimana tertulis di dalam UUD 45 khususnya pasal 35 yang berbunyi “pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia” adapun dasar atau landasan pengembangan kebudayaan nasional  Indonesia terurai dalam penjelasaan UUD 45 sebagai berikut : “Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai pncak – puncak kebudayaan di daerah – daerh di Indonesia terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus enuju kepada arah kemajuan abad, budaya, dan persatuan dengan tidak menolak bahan – bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia”. Dengan songkat, sebagai sat bangsa kita memerlukan kerangka acuan kebudayaan yang sangat berfungsi sebagai mekanisme control bagi pola tingkah laku anggota masyarakat Indonesia.

Pengembangan Sumberdaya Manusia
Pengembangan sumberdaya manusia dapat diartikan sebagai usaha mempersiapkan orang, baiks ebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dengan segala kedudukannya. Jadi usaha ini tidak hanya menitikberatkan pada pembinaan kemampuan fisik saja, tetapi juga menitikberatkan pada pembinaan kemampuan psikis/mental sebagai salah satu pendukung kebudayaan. Dengan demikian, maka pengembangan sumberdaya manusia itu harus dapat mempersiapkan keterampilan jasmaniah seseorang agar ia dapat memenuhi kebutuhan hidup dirinya serta tanggungannya. Pengembangan sumberdaya manusia juga harus dapat mempersiapkan seseorang untuk memainkan peranan sosial secara mantap sesuai dengan kedudukan – kedudukannya didalam masyarakat.oleh karena itu praktek komunikasi dan interaksi  yang efektif itu hanya mungkin terselenggara kalau ada pranata yang terwujud  atas dasar nilai – nilai , gagasan vital, dan keyakinan yang mendominasi kehidupan sosial penduduk bersangkutan. Manusia dalam berinteraki sangat perlu diperhatikan , karena dari interaksi itula akan muncul sebuah ide, gagasan yang baru yang belum ditemukan sebelumnya untuk mengatasi masalah – masalah yang masih ada didalam lingkungan kehidupan yang sudah memiliki kebudayaan sebelumnya. Pengembangan sumberdaya manusia berarti juga pembinaan budaya (enkulturasi) secara aktif. Pengembangan sumberdaya manusia berarti usaha aktif penanaman sikap dan keterampilan pada anggota masyarakat sesuai dengan nilai – nilai, gagasan vital dan keyakinan yang berlaku sebagai pedoaman hidupyang mengembalikan pola tingkah laku sosial mereka.
Melalui proses enkulturasi, pengembangan sumber daya manusia diharapkan akan menghasilkan manusia Indonesia yang tangguh baik sebagai perorangan, sebagai anggota suatu masyarakat ataupun sebagai suatu pendukung  kebudayaan yang aktif. Dengan demikian manusia Indonesia seutuhnya itu tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan pokok bagi diri sendiri ataupun tanggungannya semata, akan tetapai bersama dengan  anggota – anggota masyarakat lainnya ia mampu mencapai tujuan bersama secara kolektif. Manusia Indonesia memiliki nilai kegotong royongan yang tinggi dan menekan nilai individualisme yang berlebihan. Membuat bangsa Indonesia tidak hanya terkoneksi oleh komunikasi tetapi saling terkoneksi secara pikiran mereka bersama. Di samping itu, sebagai pendukung kebudayaan ia harus mampu mengembangkan gagasan kreativitas berkarya kearah pembaharuan budaya atas tradisi setempat maupun secara selektif juga atas dasar pengaruh dari kebudayaan asing yang akan memperkaya system dan kebudayaan manusia Indonesia, dan juga system sosial maupun system teknologi yang diperlukan dalam menghadapi tantangan hidup selanjutnya.
Ada beberapa masalah yang dihadapi dalam pengembangan sumber daya manusia Indonesia dipandang dari segi kebudayaan Indonesia sendiri. Pertama ialah kenyataannya bahwa bangsa Indonesia ini hidup dalam masyarakat yang majemuk terdiri dari berbagai suku bangsa dan bahasa dan golongan dengan latar belakan g yang berbeda – beda yang beraneka ragam kebudayaan yang menjadi kerangka acuan dalam pergaulan sosial. Masalah kedua berkaitan dengan pembangunan yang pada hakekatnya merupakan usaha peningkatan kesejahteraan disegala bidang. Dalam penyelengaraannya dilakukan dalam tempo yang relative singkat, banyak teknologi dan ilm pengetahuan asing yang diadopsi untuk mempercepat proses. Akibatnya akan menuntun adaptasi kedalam system budaya yang ada dan bahkan tidak mungkin akn menggeser nilai – nilai yang tidak sesuai lagi atau mengembangkan nilai – nilai yang lebih cocok dengan tuntutan pembangunan. Masalah ketiga yang tidak kalah penting artinya ialah akibat kontak – kontak dengan kebudayaan asing yang dipermudah oleh kemajuan teknologi pada akhir – akhir ini.
Boleh dikatakan hampir tidak mungkin bagi suatu masyarakat dewasa ini untuk menghindarkan diri dari pergaulan antar bangsa dan lintas budaya. Peralatan komunikasi dan transportasi yang didukung dengan teknologi modernmemperlancar dan menambah intensitas kontak – kontak kebudayaan. Baik secara langsung maupun tidak langsu, orang dapan melkukan komunikasi tanpa mengenal batas lingkungan geografis, politik, maupun kebudayaan. Peralatan dan teknologi serta gagasan – gagasan baru yang didkung dengan nilai – nilai tertentudengan mudah dan cepat dapat dipertahankan. Akibatnya, terutama bagi masyarakat di Negara  sedang berkembang dan lebih lagi masyarakat majemuk yang sedang mengembangkan kebudayaan sebagai mekanisme control seperti di Indonesia. Nilai – nilai, gagasan utama yang bersifat nasional belum sepenuhnya dihayati oleh semua warga Negara, sudah dilanda oleh nilai – nilai serta gagasan – gagasan asing yang mendominasi. Selanjutnya dapat diiperkirakan bahwa ketahanan budaya bangsa Indonesia akan hancur dan akhirnya akan melahirkan kekacauan sosial (social disintegration).
Untuk mengatasi masalah yang pertama, diperlukan system sosial yang yang mampu mengendalikan pergaulan antara sesame penduduk tanpa memandang asal kesukuan maupun golongan. Akan tetapi untuk mengembangkan system sosial yang memadai diperlukan landasan yang diterima sebagai kerangka acuan bersama, yaitu kebudayaan sebagai arti sebuah nilai, gagasan vital dan keyakinan. Sesngguhnya berbagai system sosial sebagai perwujudan kebudayaan nasional sudah mulai berkembang atas dasar Pancasila dan UUD 45.  akan tetapi system – system sosial tersebutbelum mencakup keseluruhan sector budaya bangsa majemuk. System – system sosial itu justru akan terwujud apanila orang telah menghayati kebudayaan sebagai system gagasan vital dan keyakinan yang akan menjadi keerangka acuan yang mendominasi pola tingkah laku anggota masyarakat Indonesia. Hendaknya diarahkan pada penanaman dan penghayatan (Enkulturasi) nilai – nilai gagasan dan keyakinan yang telah disepakati bersama sebagai pedoman hidup bernegara dan bermasyarakat. Pentingnya enkulturasi itu juga berkaitan dengan proses pembangunan yang pada hakikatnya merupakan upaya meningkatkan  kesejahteraan hidup bersama. Tidak semua teknologi dan ilm pengetahuan yang diserap akan menimbulkan perubahan pada system sosial dan system idea setempat. Dengan bekal kebudayaan yang sama diharapkan setiap warga Negara Indonesia akan menanggapi segala tantangan yang timbul dari lingkungannya mappun perkembangan sejarah tanpa memastikan daya kreativitas yang inovatif dalam menanggapi dinamika kebudayaan, baik karena pengaruh sesame kebudayaan Indonesia yang tumbuh dan berkembang didaerah maupun karena pengaruh kebudayaan asing yang akan memperkaya kebudayaan nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar