Umur manusia adalah rahasia Alloh. Dan, menurut referensi agama, sebaik-baik umur ialah yang barokah, ziyyadatulkhoir, tambahnya kebaikan.
Jadi, dalam konteks barokah tersebut, barometer kebaikan umur itu sejatinya merupakan perpaduan tepat antara kuantitas yang digariskan Alloh dan kualitas yang mesti kita perjuangkan. Umur panjang belum tentu baik dan pendek belum tentu jelek.
Dan, oleh karena batas kuantitas umur itu dirahasikan Alloh, dan memang demikian Alloh mengaturnya, maka pastinya disetiap saat yang ada, kita mesti memenej umur dengan menambah kualitas iman dan amalan (perilaku), yang notabene diteladankan oleh para para Nabi, idola mutlak ummat beragama. Sebagai bukti bahwa umur nabipun ada yang panjang dan ada pula yang relatif pendek, berikut data tentang umur Para Nabi:
NO
|
NAMA
|
UMUR (TH)
|
1
|
Adam A.S.
|
939
|
2
|
Iskhaq
|
700
|
3
|
Nukh
|
1000
|
4
|
Hud
|
95
|
5
|
Ibrahim
|
190
|
6
|
Dawud
|
90
|
7
|
Yusuf
|
250
|
8
|
Zakariyya
|
300
|
9
|
Ya’kub
|
150
|
10
|
Isma’il
|
130
|
11
|
Musa
|
120
|
12
|
Sulaiman
|
180
|
13
|
Yahya
|
95
|
14
|
Su’aib
|
254
|
15
|
Sholih
|
180
|
16
|
Isa
|
33
|
17
|
Muhammad S. A.W
|
63
|
Sumber data di atas saya peroleh dari Kitab Perimbon Sembahyang yang ditulis Alfaqir H. Abdurrahman bin H. Abdul ‘Aziz Tempuran Madiun yang diterbitkan pada tahun 1350 H.
Terlepas seberapa ilmiah dan atau seberapa kadar pertanggungjawaban primbon (sumber) data tersebut, yang jelas, penulis kitab tersebut pada akhir bagian bukunya mengatakan, “Dan, saya berpesan kepada saudara saya semua yang membaca kitab ini, jika ada kesalahannya semoga bersedia membetulkan (merevisi)-nya, karena ini kitab wajib digurukan dan mengkomparasikannya dengan kitab-kitab lainnya lagi, sehingga tidak taqlid (meniru buta) ilmunya. Jika salah maka ada yang membetulkan.”
Yang, pasti, bagi saya, ditengah-tengah bacaan sumber buku-buku ilmiah konvensional, buku berhuruf arab dan berbahasa Jawa baru tapi bertatabahasa lama ini setidaknya merupakan sisi pembanding. Banyak hal menarik yang bisa didiskursuskan secara ilmiah dalam wacana religi, misalnya tentang 7 gunung yang bakal masuk surga). Tak terasa melewatinya. Bisa-bisa sia-sia, tiba-tiba tua bila tak termenej dengan bijaksana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar