Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Kamis, 15 Mei 2014

Yang Terbaik Tidak Harus Juara: Cerita Tentang Klub Benfica

Hidup ini ibarat sebuah permainan dan perlombaan. Dalam setiap perlombaan akan selalu melahirkan pecundang dan pemenang. Namun harus anda ingat, tidak setiap yang terhebat akan menjadi juara. Dan tidak setiap yang juara itu jawara.
Menjadi juara itu wajar-wajar saja. Namun jika hanya tujuan itu saja yang kita cari, maka akan bisa sulit menerima kekalahan. Apalagi kalau untuk menjadi juara sampai menghalalkan berbagai cara. Keinginan untuk menjadi juara akan merugikan diri sendiri dan orang lain.
Keinginan menjadi juara harus dibedakan antara perfeksionis dan totalitas. Perfeksionis lebih mengutamakan pada hasil akhir, sementara totalitas lebih mengutamakan prosesnya. Seorang perfeksionis baru akan merasa puas dan bahagia jika sudah mendapatkan hasil terbaik. Sebaliknya, seseorang yang melakukan pekerjaan yang disukainya dengan totalitas, akan merasa bahagia walau ia tidak harusmencapai posisi juara. Ia akan selalu menikmati setiap keadaan karena telah melakukan yang terbaik dalam setiap usahanya. Itulah pelajaran yang harus kita petik dari hasil pertandingan sepakbola antara Sevilla versus benfica.
Benfica melaju ke final tanpa dinodai satu pun kekalahan. Di luar lapangan, Sevilla hanya didukung oleh 10.000 suporter sementara suporter Benfica hadir dengan jumlah dua kali lipat lebih banyak. Dalam pertandingan itu, Benfica mampu mencatatkan peluang lebih banyak dari Sevilla. Situs resmi UEFA melansir bahwa Benfica melepaskan 21 sepakan ke gawang, 15 tepat sasaran, dan cuma enam yang tak menemui bidang.
Tapi sayang, Pada akhirnya, para suporter Sevilla lah yang bersukacita, sedangkan barisan suporter pendukung Benfica dipaksa larut dalam duka. Benfica gagal merengkuh juara Liga Europa karena kalah dari Sevilla. Sevilla berhak mengangkat trofi juara Liga Europa setelah mengalahkan Benfica pada laga final di Juventus Stadium melalui kemenangan drama adu penalti yang menegangkan dengan skor telak 4-2.

Pelatih perfeksionis yang mementingkan hasil akhir daripada proses pasti tidak akan terima dengan kekalahan ini. Ada-ada saja cara untuk mencari alasan. Mulai dari protes ketidakadilan wasit hingga kecaman kepada punggawa tim sendiri. Tapi tidak demikian yang dilakukan pelatih Jorge Jesus. Dalam kondisi tak maksimal, dengan bangga manajer Benfica melihat timnya telah berjuang dan muncul sebagai tim terbaik di final Liga Europa 2014 meski tak meraih juara.

“Kami menunjukkan kekuatan kami dan mempunyai beberapa kesempatan tapi kami tak bisa memanfaatkannya”.
“Ini merupakan final yang luar biasa meskipun tanpa gol. Itu merupakan laga yang terbuka. Sevilla memulai laga dengan lebih baik, tapi seiring dengan berjalannya laga kami meningkatkan performa dan kami merupakan tim yang lebih baik”.
“Dalam sepak bola, tim terbaik tak selalu menang. Tapi akhirnya Sevilla keluar sebagai pemenang, jadi saya memberi selamat kepada mereka”.

“Di babak tambahan waktu, tim yang bermain dengan keyakinan lebih mengakhiri laga dengan kemenangan. Tim terbaik tak memenangi Liga Europa. Saya mengucapkan selamat kepada para pemain saya dan tak ada yang bisa saya kritik”.


Ya, benar ! Yang terbaik tidak harus juara. Yang penting adalah prosesnya. Sikap sportifitas tetap harus terjaga. Dan kini, meskipun kalah dari Sevilla, Benfica masih menatap satu asa lagi. Benfica yang merupakan juara Liga Portugal musim 2013-2014 akan menjalani satu lagi final di ajang Taca de Portugal (atau Piala Portugal) pada hari Minggu tanggal 18 mei mendatang. Mari kita tunggu, hikmah apalagi yang kita bisa petik dari sebuah pertandingan sepakbola.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar