Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Sabtu, 10 Mei 2014

Anak Muda dan Pergerakan

Di era serba terbuka seperti sekarang ini, pemuda memiliki peran yang semakin penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.  Pemuda memberi warna tersendiri bagi pergerakan yang semakin bervariasi konsepnya.  Seperti kita ketahui bahwa di dalam negara demokrasi, salah satu tolok ukurnya adalah adanya kebebasan menyatakan pendapat.  Kita telah melihat bagaimana setelah terjadi reformasi tahun 1998 oleh para pemuda Indonesia yang berasal dari berbagai macam kampus di daerah bersatu untuk menyerukan, menuntut, dan menginginkan adanya perubahan dalam tatanan pemerintahan kita yang terpusat kala itu.  Di belahan bumi manapun agaknya kita sepakat bahwa pemuda memegang peranan penting dalam berjalannya sebuah negara.
Era reformasi menawarkan kebebasan yang ‘cuma-cuma’ bagi terselenggaranya masyarakat yang berperikemanusiaan.  Sentimen agama menjadi salah satu pergolakan menarik dalam dasar pergerakan.  Sebagai bangsa yang berketuhanan, agama seharusnya menjadi nlai yang tercermin dalam setiap jiwa anak muda.  Islam sebagai salah satu agama yang hidup di nusantara memiliki konteks individu dan sosial. Meminjam kalimat Gus Dur dalam “Humanisme Gus Dur” (Syaiful Arif, 2013) bahwa Islam sebagai etika sosial memiliki rukun sosial.  Di satu sisi menghasilkan perilaku asosial, di sisi lain juga menghasilkan perilaku yang sangat sosial, tetapi minus keimanan.  Demokrasi yang meniscayakan adanya kebebasan setiap individu menghasilkan perilaku yang individualistik dan asosial.  Islam sebagai mayoritas agama yang dipeluk rakyat Indonesia belum mampu dicerna aspek sosialnya karena perilaku-perilaku masyarakat terpengaruh oleh arus global.  Sehingga yang tadinya budaya gotong royong dan saling peduli menggema, sekarang yang terjadi justru perilaku individualis masyarakat yang bercorak egoisme.
Dengan terbukanya ruang publik bagi setiap individu untuk melakukan segala aktivitas sosialnya, ternyata justru ke-sosial-an kita dipertanyakan.  Arus politik menjadi sebuah hal yang tidak bisa lagi dihindari bagi setiap anak muda hari ini.  Ketika orang di lingkaran elit sana berkompetisi untuk memperebutkan kekuasaan, apakah kita hanya menjadi penonton yang duduk manis saja.  Bagaimana dengan status sosial yang kita sandang saat ini, sebagai agen perubahan yang dari sejarahnya memegang peranan penting dalam bangsa ini.  Alergi politik adalah sebuah sindrome bagi anak muda yang dapat menghambat sisi kemanusiaan kita dalam ranah sosial.  Aristoteles menganggap bahwa manusia adalah zoon politicon yang pada hakikatnya setiap manusia itu berpolitik.  Dalam arti luas, mamang politik bukan hanya sekedar persoalan institusi negara yang sarat akan formalitas.  Tetapi dengan adanya pergeseran dalam dinamika kehidupan, maka perilaku orang-orang yang berpolitik menjadi hal yang menarik dalam behavioralisme.
Munculnya gerakan sosial baru membuat sistem informasi lebih terbuka dan berbanding lurus dengan kebebasan dalam masyarakat.  Dunia maya menjadi sebuah ranah sosial dalam tabung.  Tak bisa dipungkiri bahwa gerakan sosial digital memiliki peranan penting dalam perkembagan pendidikan politik di masyarakat.  Dengan banyaknya jumlah pengguna akun jejaring sosial, yang setiap jiwa pada saat ini mungkin memiliki lebih dari satu akun jejaring sosial yang berbeda jenisnya memungkinkan informasi dapat tersebar dan diketahui dengan sangat cepat.  Menarik sekali ketika dunia maya berhasil menggemakan isu HAM ketika seorang Prita Mulyasari bisa mendapatkan simpati masyarakat yang peduli akan dirinya dalam sebuah kasus.  Gerakan Save KPK juga menjadi sebuah ranah gerakan yang bisa memberitahukan kepada masyarakat luas bahwa ada sistem yang salah ketika kewenangan-kewenangan KPK ingin dipersempit, sehingga para koruptor akan semakin merajalela.
Sepertinya kurang bijak jika kita masih emoh terhadap persoalan bangsa kita ini dan hanya duduk manis di depan televisi.  Paradigma ilmu pengetahuan memungkinkan adanya lintas disiplin ilmu yang tidak hanya terkonsentrasi pada satu ilmu saja.  Tetapi, setiap disiplin ilmu setidaknya memiliki hubungan dengan disiplin ilmu lainnya.  Sesuai dengan passion masing-masing, anak muda setidaknya mulai bergerak memikirkan bangsanya jika tidak ingin hanya menjadi penonton atas kemajuan bangsa lain dan menyaksikan bangsanya jauh tertinggal dengan kemajuan bangsa lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar