Hari ini 20 Mei 2014 adalah hari bersejarah bagi siswa siswi SMA/SMK sederajat angkatan 2014, karena hari ini mereka resmi lulus sebagai predikat siswa putih abu abu. Berbagai cara diluapkan untuk merayakan kelulusan salah satu yang seing ngetrend yaitu konvoi, yah konvoi sejak saya lulus dari SMK itu sangat marak sekali katanya mereka (yang lulus) kalo gak konvoi itu gak rame, terpikir dibenak saya apa iya bersyukur atas keberhasilan harus konvoi?. Banyak sekolah di negara kita sudah melarang adanya konvoi, karena konvoi diindikasikan tidak mencerminkan siswa negara ini. Kegiatan konvoi seperti urak urakan dijalan artinya menaiki motor dengan suara bising, coret coretan seragam bahkan yang membahayakan kadang diikuti dengan tawuran dan minum minuman keras, haruskan konvoi seperti itu?
Tak dipungkiri kelulusan adalah hal yang membahagiakan apalagi kalau lulus dari jenjang sekolah terakhir yaitu SMA, tapi bukankah masa depan kita masih panjang tak berhenti sampai disini? lulus dari jenjang SMA dalah banyak masa depan menantang. Terbesit dalam pikiran ini, bagaimana asal muasal konvoi? apakah dia budaya dari para senior yang mengakar? bahkan rata-rata para pelajar yang lulus mengatakan bahwa konvoi itu adalah wajib dan itu budaya dari para kakak kelasnya dulu. Ya, dengan kata lain konvoi itu adalah budaya yang mengakar lama dari senior diturunkan pada junior, dan kembali lagi seperti sebuh rantai makanan yang saling menukar pengalaman.
Tapi apakah iya itu budaya? budaya yang membahayakan diri mereka sendiri, ketika konvoi membuat macet lalu lintas, korban tawuran konvoi, seolah menjadi cermina bahaw konvoi sangat berbahaya. Mungkin alangkah baiknya bila merayakan kelulusan dengan hal yang menyenangkan sperti bakti sosial bersama, berdoa atau syukuran atau dengan hal postif lain. Karena segoyganya kelulusan adalah awal dari pintu baru masa depan kita yang semakin dekat, karena kita adalah pelajar harapan bangsa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar