Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Kamis, 22 Mei 2014

Potret : Ayah dan Ibu Berkeluh Kesah Mencari Uang Versus Tradisi Anak Corat Coret Setelah Ujian dan Konvoi di Jalanan

14007431921951737399
Keluh Kesah Orangtua vs Perilaku anak saat lulus ujian, corat coret seragam dan konvoi (pawai) di jalanan. foto doc. Internet
Siang ini (22/5/2014) Saya mendapatkan kiriman foto dari teman. Foto itu menarik untuk diceitakan alurnya Tentunya juga dari berbagai sudut pandang masing-masing. Foto perjuangan orang tua dan perayaan kelulusan anak-anak SMA, MA, SMK. Kemarin (20/5), para siswa-siswi merayakan kelulusan di Tingkat SMA, MA, SMK di Seluruh Indonesia. Salah satu hal yang mungkin bisa dihubungkan adalah tentang potret ayah dan ibu (orang tua) berkeluh kesah mencari uang versus tradisi anak corat coret setelah ujian dan konvoi (iring-iringan) di jalanan.
Perjuangan dan perjalanan panjang tentu mendasari saling keterkaitan terkait foto tersebut. Tentu, Hubungan orang tua (Ayah dan Ibu) dan anak tidak terpisahkan. Tidak terpisahkan dalam arti kata adalah kisah yang tergambar menceritakan keluh kesah dari Ayah dan Ibu dalam nafkah berupa sesuap nasi dan usaha, perjuangan mereka agar anak-anak mereka bisa melanjutkan pendidikan (agar anak mereka bisa sekolah). Memang, tidak bisa di pisahkan antara keterkaitan ini dengan anak-anak mereka saat ini.
Pemandangan tentang ragam perilaku siswa siswi SMA/MA/SMK kerap kali menjadi tontonan di televisi, di berita dan secara langsung mata kita menyaksikannya. Bukan tanpa alasan, aksi konvoi dan perilaku menjadi agak sumbang dimata dan menjadi budaya baru di negeri ini.
Sah-sah saja jika keberhasilan patut di syukuri dan di luapkan dengan kegembiraan. Tetapi, banyak cara positif seperti berdoa, berkumpul dengan keluarga dan para guru untuk ucapan terima kasih dibandingkan dengan cara-cara seperti di sebutkan corat seperti coret coret baju seragam dan konvoi. Sudah pasti, konvoi di jalan raya sangat mengganggu aktivitas pengguna jalan raya yang lainnya. Tidak hanya itu, terkadang para siswa-siswi ada yang membunyikan trompet dan klakson kendaraan yang terkadang tidak luput dari suara bising dan mengganggu aktivitas masyarakat umum seperti kantor dan tempat kerja juga tempat ibadah.
Bercermin tentu sangat berlawanan dengan orangtua mereka yang berkeluh kesah, keringat darah dan air mata dan banting tulang dalam mencari biaya sekolah terlebih khusus orangtua yang sederhana dan di kalangan menengah ke bawah. Akan tetapi, mungkin juga bagi orangtua mereka (Siswa-siswi) yang kelas menengah ke atas sangat tidak setuju dengan perilaku anak-anak mereka yang berpoya-poya dan mungkin juga tidak ambil pusing alias tidak peduli. Akan tetapi yang menjadi benang merahnya adalah keluh kesah dan perilaku anak-anak mereka yang membuat banyak orang resah.
Keterkaitan tersebut sudah pasti orang tua merasa bahagia karena usaha mereka tidak sia-sia membiaya anak mereka bisa lulus dan bisa melanjutkan pendidikan. Namun kelaluan anaknya beranekaragam dengan tingkah polah (perilaku) yang mungkin semua melihatnya bila saatnya tiba masa kelulusan seperti corat coret seragam, konvoi di jalai raya, pesta pora dan kongko-kongko ala anak muda. Sepertinya, ini nyata keterkaitan ayah dan ibu berkerut kening mencari uang versus tradisi anak corat coret setelah ujian dan konvoi di jalanan terlihat dari gambaran tersebut (perilaku).

Orang tua berkeluh kesah berhadapan dengan corat coret dan konvoi di jalan oleh anak-anak mereka di jalanan menjadi sedikit dari sekian banyak cerita di negeri ini. Sejatinya banyak cara yang baik dan bermanfaat seperti berdoa bersama, kumpul di sekolah bersama guru dan berterima kasih pada guru ketimbang harus corat coret seragam dan konvoi di jalan raya. Selamat bagi adek-adek yang telah lulus, jangan putus asa bagi yang belum lulus karena kesempatan masih ada dan berharap semoga tradisi corat-coret dan konvoi di jalan tidak ada lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar