Apapun yang bernama kelebihan, sebaiknya memang diberikan kepada orang lain. Entah kelebihan materi atau non materi. Tapi ,pertanyaannya adalah: bagaimana cara memberi yang baik? Tidak semua orang mengerti dan mau melakukannya. Ada batasan dan etika ketika kita punya niat untuk memberi. Apakah etikanya? Tentu sepanjang tidak menyakiti dan menyinggung orang lain.
Bagaimana sejuta niat dan tujuan memberi? Saya mencoba untuk membedah sedikit beberapa jenis niatan dan tujuan memberi. Tujuan saya, hanya untuk wacana dan kehati-hatian kita semata. Saya bukannya sok tahu, karena niatan seseorang berasal dari hati. Tapi fakta berikut adalah berdasarkan pengalaman pribadi dan fakta di sekitar kita.
1. Memberikan apa yang menjadi kelebihan kita. Misalnya memberi berdasarkan etika yang baik adalah memberikan kelebihan masakan kepada tetangga, ditaruh mangkuk dalam keadaan panas.
2. Memberi dengan niatan tersembunyi. Misalnya memberi masakan kepada tetangga, tapi ditaruh di panci yang besar. Tujuan yang tersembuyi adalah menyuruh orang lain untuk mencuci pancinya yang besar. (Aslinya memang malas mencuci).
3. Memberikan hal yang kecil, untuk manfaat orang banyak. Para jurnalis-penulis informasi yang benar di berbagai media cetak dan elektronik.
4. Memberikan materi untuk imbalan cinta. Misalnya seorang lelaki memberikan uang kepada perempuan tanpa alasan yang jelas. Atau sebaliknya, perempuan memberikan uang kepada lelaki untuk tujuan merebut hati pujaannya. Kalo masing-masing masih belum menikah, masih biasa (meski belakangan sangat mengecewakan, karena bukan cinta tulus). Tapi yang perlu diwaspadai adalah kalau masing-masing pihak sudah punya pasangan masing-masing. Ini bisa sangat berbahaya. Bisa menimbulkan fitnah dan perpecahan rumah tangga. Karena urusan keuangan adalah urusan rumah tangga masing-masing.
5. Memberikan dengan ikhlas. Tidak ada seorangpun tetangga yang tahu, bahwa kita telah memberi baik materi atau non materi.
6. Memberikan uang untuk imbalan jabatan. Sampai detik ini yang namanya “serangan fajar” masih marak di mana-mana saat Pileg (Pilihan Legislatif) kemarin. Sogok menyogok masih menjadi budaya di sekitar kita. Akibatnya, korupsi tetap merajalela. Ini adalah budaya “memberi” yang salah.
7. Memberi tapi tidak menuntut imbalan atau balasan sama sekali.Ini adalah kasih sayang orangtua kepada anak-anaknya. Tak perlu dibahas, karena semua orang tahu.
Apapun niatan dan tujuan kita dalam memberi, tenang saja. Yang Maha Kuasa selalu tahu apa yang terbersit dalam hati kita yang terdalam. Pastilah akan dicatat dalam komputer superNya. Rakib dan Atid. Selamat Memberi, Selamat Berbagi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar