Bertubi-tubi pemberitaan dalam satu bulan terakhir ini begitu menyayat hati: kekerasan, ketidakadilan, pelecehan, pemerkosaan pada anak-anak. Belum tuntas perkara JIS, muncul lagi pemberitaan mengenai predator anak di Sukabumi yang korbannya diduga akan mencapai angka 100 orang! Ketika masih terhenyak dengan kenyataan ini, muncul lagi pemberitaan kakak beradik yang juga menjadi predator anak-anak di lingkungan sekitarnya. Bahkan kasus yang terakhir (semoga ini jadi kasus yang terakhir) adalah meninggalnya Renggo, yang baru duduk di bangku sekolah dasar, diduga akibat kekerasan yang dilakukan teman sebayanya. NEGERI APA INI?
Siapa yang sakit, hingga anak-anak ini yang harus menjadi korbannya? Anak-anak itu, mereka, seharusnya menjadi pewaris negeri ini suatu hari nanti. Mereka seharusnya menjadi raja di rumahnya sendiri kelak. Mereka tidak perlu meringkuk ketakutan, menenggelamkan diri, trauma di rumahnya sendiri. Anak-anak, seharusnya adalah binar-binar mata jenaka yang tak pernah padam, terus bersinar, selalu bersinar.
Sebagai pewaris negeri ini, pemilik negara ini kelak, seharusnya negara memberikan segalanya bagi anak-anak. Ruang yang cukup untuk mereka tumbuh, berkembang, bereksplorasi dengan nyaman; jaminan lingkungan yang menyehatkan; masa depan yang penuh harapan. Seharusnya tiap kebijakan mengacu pada kenyataan bahwa suatu saat negara ini akan diwariskan pada mereka, anak-anak. Mulailah dengan memberi hukuman yang memiliki efek jera pada para predator ini, yang setimpal dengan perbuatan mereka. Jika tak bisa mencegah hal ini terjadi pada anak-anak negeri ini, mulailah dengan menghukum predator-predator itu seberat-beratnya. Walau, jika ini pun dilakukan, tidak akan bisa mengembalikan binar jenaka di mata mereka.
Duhai, yang saya hormati, para pengambil kebijakan, pemimpin daerah, pemimpin negeri ini, calon pemimpin negeri ini, sebagaimana anda cepat bereaksi pada hasil “quick count” lalu, tolong secepat itu juga anda peduli pada pewaris negara ini: anak-anak. Mereka membutuhkan negeri yang nyaman, yang ramah pada mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar