Akhir pekan depan di penghujung bulan Juni akan memasuki bulan ramadan, dan diramalkan bahwa kampanye hitam ke Jokowi akan menghilang. Tidak mungkin bila bulan puasa masih ada pula yang melakukan amalan ‘fitnah’ kepada Jokowi. Dipastikan bila masih ada yang berbuat demikian, maka orang yang melakukan fitnah itu termasuk golongan kafir. Bila termasuk yang diwajibkan untuk berpuasa maka tidak pada tempatnya jika masih gemar memfitnah.
Itu kondisi idealnya, akan tetapi bangsa Indonesia sudah lama terjangkit watak yang serba ambigu. Beragama namun hobby berbuat keji. Mulut komat kamit membaca mantera d0a agama namun sambil korupsi. Mengaku beriman akan tetapi uang haram doyan. Inilah paradoks yang melekat erat pada karakter bangsa Indonesia. Khutbah agama disusupi dengan cacian dan fitnah kepada Jokowi. Yang melakukannya juga bukan orang sembarangan. Mereka ahli agama, namun moral mereka abal-abal. Sama pula dengan pihak-pihak yang punya kesenangan mengganggu orang lain yang sedang beribadah. Kok sempat-sempatnya muter-muter meronda ke rumah-rumah orang lain yang sedang asyik beribadah?.
Jadi, bila memasuki bulan puasa, namun hujan fitnah semakin menggila, maka dipastikan bahwa bangsa Indonesia sama sekali tak layak beragama. Yang melakukan jelas orang kafir, sedangkan aparat yang tidak menindak dan masyarakat lain yang membiarkan aksi itu dapat dinilai sama saja kafirnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar