Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Jumat, 11 April 2014

Teladan Nabi tentang Persaudaraan dan Kepedulian

Generasi-generasi manusia hilang ditelan masa,
Debu-debu peristiwa bertumpuk menimpa,
Sejarah membangun umat baru,
dari puing-puing yang runtuh.
(Oswald Spengler, filosof Jerman)

Sejarawan Philip K.Hitti penulis The Arabs yang terkenal menyatakan bahwa kebangunan umat Islam yang dipimpin oleh Nabi Muhammad berlangsung dalam masa sangat pendek, belum pernah ditemui dalam sejarah lainnya, baik sebelum ataupun sesudahnya.
Islam adalah agama yang kebenaran dan pengaruhnya melintasi zaman. Al Quran adalah bukti kebenaran Nabi Muhammad. Sjafruddin Prawiranegara dalam buku Islam dan Pergolakan Dunia mencatat tiga sebab yang menjadikan Islam suatu kekuatan yang menentukan masa yang akan datang, ialah (1) karena ajaran-ajaran dan sifat-sifat Islam, (2) berdasarkan sejarah Islam, dan (3) karena Tuhan sendiri telah berfirman bahwa Islam, atas pimpinan Rasul-Nya, adalah agama yang penghabisan.
Kurang dari seperempat abad, Nabi Muhammad berhasil menghadirkan perubahan yang fundamental dan komprehensif. Dalam bidang kemasyarakatan, Nabi memberantas perbudakan, meruntuhkan feodalisme dan melarang eksploitasi manusia atas manusia, karena semua itu bertentangan dengan jiwa tauhid yang menjadi pilar utama ajaran Islam.
Muhammad Husain Haekal dalam buku Hayat Muhammad (Sejarah Hidup Muhammad) mengajak kita bercermin pada kepribadian dan akhlak Rasulullah, tentang persaudaraan dan kepedulian, melalui uraian berikut:
Bukan hanya tutur kata, melainkan perbuatannya serta teladan yang diberikannya adalah contoh persaudaraan dalam bentuk yang benar-benar sempurna. Dia Rasulullah “Utusan Allah“ tetapi tidak mau ia menampakkan diri dalam gaya orang berkuasa atau seorang raja atau pemegang kekuasaan duniawi. Kepada sahabat-sahabatnya ia berkata: Saya jangan dipuja, seperti orang Nasrani memuja anak Maryam. Saya adalah hamba Allah. Sebutkan sajalah hamba Allah dan Rasul-Nya.
Rasulullah yang memulai memberi salam kepada orang yang dijumpainya. Ia yang lebih dulu mengulurkan tangan menjabat tangan sahabat-sahabatnya. Dipenuhinya undangan dari orang merdeka atau dari budak dan si miskin. Dikunjunginya orang yang sedang sakit, meski jauh di ujung kota. Apabila ada orang yang menunggu ia sedang shalat, dipercepatnya shalatnya dan ditanya akan keperluannya. Baik hati ia kepada setiap orang dan selalu senyum. Ia duduk makan bersama dengan pembantu rumahnya, ia juga mengurus keperluan orang yang lemah, yang menderita dan miskin. Apabila ia melihat seorang yang sedang dalam kekurangan, ia dan keluarganya mengalah, sekalipun mereka sendiri juga dalam kekurangan. Demikian Husain Haekal.
Nabi menfungsikan masjid sebagai sarana tempat menyatukan hati umat. Di samping itu, Nabi menetapkan kewajiban menunaikan zakat. Dengan demikian, masyarakat Islam tidak hanya dipersatukan dengan tali ideologis (keimanan atau akidah Islamiyah,) tapi juga dipersatukan dengan tali kebajikan, dimana ada saling memberi dan menerima di antara sesama muslim. Persamaan derajat dan rasa persaudaraan di antara sesama kaum muslimin tanpa membedakan antara bangsa Arab dan bukan Arab, antara yang kaya dan miskin, adalah prinsip utama di dalam ajaran Islam dan dakwah Nabi Muhammad.
Sungguh dahsyat ajaran tentang persaudaraan dan kepedulian yang kita terima sebagai bukti keagungan risalah Nabi Muhammad SAW. Pesan-pesan Islam bukanlah diperuntukkan semata-mata untuk memperbaiki keadaan bangsa Arab di masa itu, melainkan ditujukan kepada seluruh dunia. Tuntunan yang bersifat universal itu berlaku bagi semua orang dan semua bangsa.
Allah berfirman, Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai. (QS At Taubah [9] : 33). Maha Benarlah Allah SWT dan Rasulullah SAW yang telah menyampaikan segala amanat yang ditugaskan kepadanya. Marilah kita mengimani dan mengamalkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar