Generasi-generasi
manusia hilang ditelan masa,
Debu-debu
peristiwa bertumpuk menimpa,
Sejarah
membangun umat baru,
dari
puing-puing yang runtuh.
(Oswald
Spengler, filosof Jerman)
Sejarawan
Philip K.Hitti penulis The Arabs yang terkenal menyatakan bahwa
kebangunan umat Islam yang dipimpin oleh Nabi Muhammad berlangsung dalam masa
sangat pendek, belum pernah ditemui dalam sejarah lainnya, baik sebelum ataupun
sesudahnya.
Islam
adalah agama yang kebenaran dan pengaruhnya melintasi zaman. Al Quran adalah
bukti kebenaran Nabi Muhammad. Sjafruddin Prawiranegara dalam buku Islam
dan Pergolakan Dunia mencatat
tiga sebab yang menjadikan Islam suatu kekuatan yang menentukan masa yang akan
datang, ialah (1) karena ajaran-ajaran dan sifat-sifat Islam, (2) berdasarkan
sejarah Islam, dan (3) karena Tuhan sendiri telah berfirman bahwa Islam, atas
pimpinan Rasul-Nya, adalah agama yang penghabisan.
Kurang
dari seperempat abad, Nabi Muhammad berhasil menghadirkan perubahan yang
fundamental dan komprehensif. Dalam bidang kemasyarakatan, Nabi memberantas
perbudakan, meruntuhkan feodalisme dan melarang eksploitasi manusia atas
manusia, karena semua itu bertentangan dengan jiwa tauhid yang menjadi pilar
utama ajaran Islam.
Muhammad
Husain Haekal dalam buku Hayat Muhammad (Sejarah Hidup
Muhammad) mengajak
kita bercermin pada kepribadian dan akhlak Rasulullah, tentang persaudaraan dan
kepedulian, melalui uraian berikut:
Bukan
hanya tutur kata, melainkan perbuatannya serta teladan yang diberikannya adalah
contoh persaudaraan dalam bentuk yang benar-benar sempurna. Dia Rasulullah “Utusan Allah“ tetapi tidak mau ia menampakkan diri dalam gaya orang
berkuasa atau seorang raja atau pemegang kekuasaan duniawi. Kepada
sahabat-sahabatnya ia berkata: Saya jangan dipuja, seperti orang Nasrani memuja
anak Maryam. Saya adalah hamba Allah. Sebutkan sajalah hamba Allah dan
Rasul-Nya.
Rasulullah yang memulai memberi salam kepada orang yang dijumpainya. Ia yang
lebih dulu mengulurkan tangan menjabat tangan sahabat-sahabatnya. Dipenuhinya
undangan dari orang merdeka atau dari budak dan si miskin. Dikunjunginya orang
yang sedang sakit, meski jauh di ujung kota. Apabila ada orang yang menunggu ia
sedang shalat, dipercepatnya shalatnya dan ditanya akan keperluannya. Baik hati
ia kepada setiap orang dan selalu senyum. Ia duduk makan bersama dengan
pembantu rumahnya, ia juga mengurus keperluan orang yang lemah, yang menderita
dan miskin. Apabila ia melihat seorang yang sedang dalam kekurangan, ia dan
keluarganya mengalah, sekalipun mereka sendiri juga dalam kekurangan. Demikian Husain Haekal.
Nabi
menfungsikan masjid sebagai sarana tempat menyatukan hati umat. Di samping itu,
Nabi menetapkan kewajiban menunaikan zakat. Dengan demikian, masyarakat Islam
tidak hanya dipersatukan dengan tali ideologis (keimanan atau akidah
Islamiyah,) tapi juga dipersatukan dengan tali kebajikan, dimana ada saling
memberi dan menerima di antara sesama muslim. Persamaan derajat dan rasa
persaudaraan di antara sesama kaum muslimin tanpa membedakan antara bangsa Arab
dan bukan Arab, antara yang kaya dan miskin, adalah prinsip utama di dalam
ajaran Islam dan dakwah Nabi Muhammad.
Sungguh
dahsyat ajaran tentang persaudaraan dan kepedulian yang kita terima sebagai
bukti keagungan risalah Nabi Muhammad SAW. Pesan-pesan Islam bukanlah
diperuntukkan semata-mata untuk memperbaiki keadaan bangsa Arab di masa itu,
melainkan ditujukan kepada seluruh dunia. Tuntunan yang bersifat universal itu
berlaku bagi semua orang dan semua bangsa.
Allah
berfirman, Dialah yang telah mengutus
Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Quran) dan agama yang benar untuk
dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak
menyukai. (QS At
Taubah [9] : 33). Maha
Benarlah Allah SWT dan Rasulullah SAW yang telah menyampaikan segala amanat
yang ditugaskan kepadanya. Marilah kita mengimani dan mengamalkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar