Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Selasa, 22 April 2014

Menumbuhkan Semangat Menulis

Lama tidak menulis semangat saya untuk menuangkan pikiran dan gagasan dalam bentuk tulisan kembali muncul. Sebenarnya bukan tanpa alasan mengapa akhir-akhir ini saya jarang menulis. Barangkali kemalasan adalah salah satu penyebabnya, parahnya lagi saya selalu saja berlindung dibalik kesibukan aktivitas sebagai pendidik di salah satu lembaga pendidikan berbasis pesantren ini.  So, inilah bagian dari sifat manusia yang selalu saja mencari-cari alasan untuk bersemangat.
Beberapa hari lalu, saya berkesempatan bertemu rekan sesama pendidik di Pesantren tempat saya mengabdi, beliau termasuk rekan yang baru saya kenal karena memang baru bergabung di pesantren ini belum lama. Alhasil, kami memiliki kesamaan secara hoby menuangkan ide dan gagasan dalam bentuk tulisan, istilah keren nya hoby nulis lah. Hal yang menarik dalam obrolan singkat tersebut akhirnya terungkap bahwa semangat yang tumbuh dalam menulis itu bukan hanya didukung adanya waktu, dan sarana yang memadai. Buktinya, beliau yang salah satu alumni Perguruan Tinggi di Timur Tengah ini rajin menulis disela-sela kesibukannya mengajar. Yang bikin saya harus merasa malu adalah, aktivitas menulis yang beliau lakukan tidak didukung sarana laptop atau komputer seperti yang biasa digunakan orang lain. Ya, beliau memanfaatkan sarana Handphone kecil yang biasa digunakan untuk berkomunikasi, sekaligus memposting beragam tulisan di Blog, Catatan FB, maupun Kompasiana. Ini yang menjadikan saya harus salut dan perlu banyak belajar akan keistiqomahan dan semangat “keterbatasan” yang beliau miliki.
Pelajaran yang dapat kita ambil sebagai hikmah adalah bahwa semangat menulis itu perlu dikembangkan meskipun ditengah keterbatasan. Menulis adalah upaya menyegarkan pikiran dengan menuangkan ide-ide kreatif, berbagi ilmu pengetahuan, bahkan menjadi sarana dakwah yang paling efektif.
Bukankah kitarangkaian katayang luar biasa dipesankan oleh Babul Ilmi” = Pintunya Ilmu oleh Rasulullah Muhammad yaitu Sahabat Ali Bin Abi Thalib “Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya”.
Bicara mengenai tulis menulis, sejarah peradaban Islam menunjukkan bahwa tradisi menulis itu telah dibangun oleh Islam sejak awal perkembangan Islam karena hanya dengan menulislah penyebaran sesuatu yang sangat penting dan dapat dipertanggungjawabkan itu dapat berlangsung lancar dan terus dapat dipantau secara cermat dan akurat
Sejarah Islam telah menunjukkan juga bahwa semangat menulis kaum muslimin sangat tinggi,  setelah datangnya Islam, industri buku maju pesat dan hampir semua kota besar di dunia Islam pada waktu itu memiliki perpustakaan yang disebut dar al-ilmatau bayt al-hikmah. Perpustakaan itu di dalamnya ada lembaga riset, perpustakaan, biro penerjemahan dengan dilengkapi ruangan-ruangan untuk para penyalin naskah, penjilid buku dan pustakawan. perpustakaan yang paling terkenal yang didirikan oleh Harun Ar-Rasyid di Baghdad tahun 830 M.  So, kurang apalagi semangatnya saya, sehingga inilah awal untuk kembali membangkitkan semangat menulis itu.
Banyak yang bingung, saat sudah ada semangat untuk menulis, terkadang kita belum bisa menentukan ide apa yang harus saya tulis?, apakah tulisan saya nanti bisa menarik untuk dibaca? barangkali ini juga menjadi pertanyaan awal ketika saya dulu memulai hoby menulis. Maka kunci jawaban yang paling tepat untuk pertanyaan itu adalah Tuliskan Saja apa yang akan anda tulis, maka ide itu akan mengalir dengan sendirinya, jika anda tidak memulai menulis, dan asyik dengan kebingungan anda, sampai matipun anda tidak akan memulai untuk menulis. Maka kuncinya adalah Tulis Saja Apa Adanya. Bukankah disekitar kita terlalu banyak bahan yang bisa menjadi tulisan, bukankah televisi, internet, radio setiap hari menghiasi hari-hari kita. So, kurang apalagi, sudah semestinya kita mengawalinya. Saya percaya bahwa bingung yang kita alami, bisa hilang manakala kita sudah berusaha mencoba, us mencoba sambil belajar dan menambah kosakata baru melalui membaca, ya… membaca buku juga perlu bagi seorang yang ingin memiliki tulisan yang berkualitas.
Seorang kawan sesama hoby menulis pernah bilang kalau mau pinter nulis aktiflah  di jejaring sosial”
Saya pikir ada benarnya juga, kalau kita aktif berkomentar di jejaring sosial, misalnya facebook, twitter, atau yang lainnya, tanpa kita sadari kita sedang belajar mengemukakan isi hati dan pikiran kita melalui tulisan. Tidak heran, ide-ide segar selalu muncul setelah saya puas membaca dan berkomentar di postingan para teman di dunia jejaring sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar