Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Sabtu, 12 April 2014

Berinfaq Harus Dengan Yang Terbaik

Islam tidak hanya mengajarkan agar seorang muslim gemar berinfaq, tetapi berinfaq haruslah dengan harta yang dicintai atau harta yang terbaik. Allah SWT berfirman,”Kamu tidak akan mendapat (balasan) kebaikan kecuali kamu mendermakan sebagian dari apa yang kamu sayangi, Apa pun yang kamu dermakan, Allah pasti mengetahuinya. ” (QS. Ali Imran [3]: 92)
Menurut riwayat yang hadis, ketika ayat ini turun, banyak sahabat Rasulullah SAW yang tersentuh, di antaranya adalah Abu Thalhah ra yang memiliki banyak kebun kurma dan kebun yang paling disukainya yang berada persis di depan Masjid Nabawi. Rasulullah kerap singgah ke dalam kebon itu. Abu Thalhah datang kepada Rasulullah dan berkata, “Ya Rasulullah, Allah telah menurunkan ayat ini. Harta yang paling kucintai adalah Birha’. Kini aku serahkan itu untuk simpanan disisi Allah. Letakkanlah ditempat yang dikehendaki Allah”.Rasulullah bersabda, “Inilah harta yang banyak mendatangkan pahala. Bagikan kepada keluargamu yang miskin”. Abu Thalhah kemudian membagikannya kepada kaum kerabatnya. (HR Bukhari dan Muslim).
Ayat Al Quran yang dikutip atas, sekaligus mengoreksi cara pandang atau paradigma yang keliru dalam berinfaq dan bershadaqah. Paradigma yang umumnya tertanam pada sebagian besar manusia ialah menginfaqkan harta itu cukup dari sesuatu yang sudah tidak terpakai atau kurang bernilai. Hal itu terlihat misalnya dari kebiasaan untuk mengumpulkan pakaian bekas yang sudah tidak dipakai lagi untuk diberikan kepada orang lain yang membutuhkan atau memberi uang recehan untuk mengisi kotak amal di masjid.
Berinfaq pada kerabat, anak yatim, dan orang-orang miskin amat ditekankan dalam Islam. Untuk itu, sebagai bagian dari panggilan dakwah, kita sekarang perlu membangkitkan kesadaran berinfaq dan bershadaqah yang akan mendorong tumbuhnya empati dan solidaritas sosial di tengah masyarakat. Maraknya kekerasan dan letupan-letupan konflik yang sering menimbulkan kerusuhan, boleh jadi sebagian adalah akibat hilangnya empati dan solidaritas sosial pada warga masyarakat. Dapat dibayangkan akibatnya andaikata setiap orang atau kelompok dalam masyarakat hanya sibuk memikirkan dirinya sendiri dan masa bodo dengan kepentingan orang lain.
Dalam kaitan dengan infaq atau shadaqah ini, menarik direnungkan ayat Al Quran, “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan shadaqah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (QS. Al-Baqarah (2) : 276).
Dalam Al-Quran dan Tafsirnya yang disusun oleh tim Kementerian Agama RI dijelaskan bahwa ayat di atas menegaskan bahwa riba itu tidak ada manfaatnya sedikit pun baik di dunia maupun di akhirat nanti. Yang ada manfaatnya adalah sedekah. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan shadaqah. Artinya memusnahkan harta riba dan harta yang bercampur dengan riba atau meniadakan berkahnya. Dan “menyuburkan shadaqah” ialah mengembangkan harta yang telah dikeluarkan sedekahnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama atau melipat gandakan berkah harta itu. Diharapkan akan memperkuat budaya berinfaq dari harta yang terbaik dan tentu yang pasti juga harta yang halal. Sebab, Allah SWT tidak akan menerima infaq dan shadaqah yang berasal dari harta yang didapatkan secara haram, sekalipun dengan niat yang ikhlas.Dengan demikian, kesadaran berinfaq dan bershadaqah secara tidak langsung mendidik pelakunya menjadi manusia yang berkarakter, memiliki kejujuran, akhlak dan etika dalam bekerja/mencari rizki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar