Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Rabu, 30 April 2014

Belajar Filosofi Jazz Melahirkan Indonesia Baru

Seni adalah penterjemahan dari filosofi. Ini yang kadang tidak dimengerti oleh orang awam. Dangdut, keroncong, klasik, pop, dan jazz semua adalah hasil dari sebuah pemikiran yang di wujudkan dalam karya seni musik.
Memperingati hari jazz internasional sangat menarik untuk mengingat kembali pemikiran-pemikiran besar di belakang Jazz. Ada tiga semangat dibelakang musik jazz yaitu freedom (kemerdekaan), change (perubahan), dan paradoks (berlawanan).
Freedom. Dimulai dari perbudakan orang-orang kulit hitam yang menemukan “blues scale”, jazz dimulai dengan semangat tersebut. Musik gospel (gereja) yang secara bebas di interpretasikan.  Warna sederhana pentatonik scale menjadi sangat sensual ketika dimainkan di tangga nada minor relatif-nya. Terasa sekali atmosif kebebasan berekspresi tanpa merusak pakem.   Kemerdekaan yang terarah.  Mungkin itu kalimat yang bisa menerangkan arti kata blues dalam konsep pemikiran.
Change.  Perubahan yang progresif dan cenderung agresif.  Itulah ciri musik jazz.   Tanpa ada perubahan tidak ada pembaruan.  Tidak berlebihan apabila disebut jazz adalah musik revolusi.  Chord changes yang cepat, tempo yang bisa sampai “fast swing” dalam bebok, melodi yang sangat agresif dalam modes yang berubah-rubah mengambarkan suasana sosial waktu itu.  Karena sifat yang progresif agresif ini bisa dikatakan musik jazz ikut menghantar Obama, presiden kulit hitam pertama di USA.
Paradoks. Dalam musik jazz antar pemain tidak bermain bersama, tetapi saling bercengkrama. Lebih tepatnya bahkan berlawanan satu dengan yang lain.  Kontras ini yang membuat jazz menjadi cantik.  Dalam blues bahkan mayor dan minor bisa dimainkan bersamaan.  Indah sekali menggambarkan suasana sosial yang penuh paradoks. Sebagai misal, penyanyi hitam dihargai, orang hitam di buru dan mau dibunuh.
Belajar dari nilai-nilai musik jazz diatas, bangsa Indonesia bisa belajar untuk memainkan jazz-nya dengan baik. Semua partai politik, capres dan cawapres harus bisa menggunakan FREEDOM of speech yang terarah dan tidak sekedar membuat puisi sarkastik. PERUBAHAN harus sampai ke akarnya, tidak bisa orang-orang lama membuat tatanan baru. Untuk melahirkan Indonesia Baru, pemimpin dan kabinet Indonesia Baru tidak perlu takut melakukan hal-hal yang PARADOKS seperti yang Jokowi dan Ahok sudah kerjakan. Biarlah semangat JAZZ di hari internasional jazz ini akan menularkan semangat freedom, change, dan paradoks untuk lahirnya Indonesia Baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar