Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Rabu, 09 April 2014

Lahirnya Masyarakat Tanpa Kelas

Salah Satu Fakta Keagungan Risalah Nabi Muhammad SAW“Dan tidaklah kami (Allah SWT) mengutus engkau (Muhammad) melainkan menjadi rahmat untuk seluruh alam.” (QS Al Anbiya [21]: 107). Ayat Al Quran ini sering disampaikan oleh para pembicara dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw di bulan Rabiul Awal.
Dalam tempo kurang dari seperempat abad, Rasulullah menghadirkan perubahan yang fundamental dan komprehensif, dari masyarakat jahiliyah kepada masyarakat berperadaban, dari masyarakat yang jumud kepada masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan, dari masyarakat dengan budaya perbudakan menjadi masyarakat egaliter dan tanpa kelas. Islam memberantas perbudakan, meruntuhkan feodalisme dan melarang eksploitasi manusia atas sesama manusia karena semua itu bertentangan dengan jiwa tauhid yang menjadi pilar utama ajaran Islam.
Suatu ketika Rasulullah Saw berkata kepada para sahabatnya bahwa manusia yang tidak berkasih sayang adalah manusia yang tidak beriman. Sahabat menanggapi: Ya Rasulullah, kami sudah menanamkan kasih sayang di antara sesama kami. Rasulullah menjelaskan, yang dimaksud dengan berkasih sayang itu adalah kasih sayang kepada semua manusia. Berkasih sayang dan berbuat baik terhadap sesama manusia dalam makna seseorang hidup dengan memberi manfaat sebesar-besarnya pada manusia lain.
Dalam Al Quran dilukiskan sikap Rasulullah dan orang-orang yang bersama dengannya, yakni teguh dan tegas berhadapan dengan mereka yang menolak kebenaran, berkasih sayang terhadap sesama muslim (ruhama’u bainahum), serentak ruku’ dan sujud terhadap Ilahi, dan sama mengidamkan karunia dan ridha-Nya (QS Al Fath [48]: 29). Salah satu sifat atau karakter orang-orang yang ruhama’u bainahum dalam ayat tersebut menurut para ahli tafsir adalah mendahulukan kepentingan orang lain lebih daripada kepentingannya sendiri.
Melalui perjuangan risalah selama 13 tahun di Mekkah dan setelah hijrah 10 tahun di Madinah sampai beliau dipanggil kehadirat Allah Swt, Rasulullah berhasil menciptakan masyarakat Islami tanpa kelas (the classless society) yang belum pernah terjadi dalam sejarah kemanusiaan. Dapat kita bayangkan perubahan revolusioner yang dihadirkan Islam, dimana seorang Bilal bin Rabah, seorang bekas budak Ethiopia yang dimerdekakan dapat berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan Abdurrahman bin Auf, seorang hartawan dan bangsawan Mekkah, hanya karena keduanya hidup di dalam naungan risalah Islam. Rasulullah menyatakan dalam hadis, “tidak ada kelebihan bangsa Arab……”
Salah satu strategi yang ditempuh Rasulullah adalah memfungsikan masjid sebagai sarana tempat menyatukan hati umat. Seorang pengamat Sirojini Naidu mengatakan, di masjid umat Islam belajar berdemokrasi.
Dalam rangka penguatan basis sosial umat Islam, Rasulullah menetapkan kewajiban menunaikan zakat sebagai rukun Islam. Dengan demikian, struktur masyarakat Islam tidak hanya dipersatukan dengan tali ideologis, yakni keimanan atau akidah Islamiyah, tapi juga tali kebajikan, dimana ada saling memberi dan menerima di antara sesama muslim tanpa ada yang merasa lebih tinggi dan lebih rendah dari yang lain.
Dalam tempo kurang dari seperempat abad, Nabi Muhammad menghadirkan perubahan yang fundamental dan komprehensif. Masyarakat jahiliyah berubah menjadi masyarakat berperadaban. Masyarakat yang jumud kepada masyarakat menjadi masyarakat yang menghargai akal dan ilmu pengetahuan. Masyarakat yang nyaman dengan perbudakan menjadi masyarakat egaliter dan tanpa kelas (the classless society).
Mohammad Natsir dalam Capita Selecta Jilid 2 mengungkapkan, “Dengan zakat yang teratur rapi, sumber kemelaratan dapat diangkat dengan akar-akarnya. Zakat adalah salah satu senjata umat Islam untuk membangunkan tenaga kemakmuran rakyat. Zakat membukakan pandangan hidup yang lebih segar. Zakat menyuburkan rasa harga diri pribadi dan tanggung jawab terhadap masyarakat. Zakat membina dasar lahir dan dasar batin negara berkebajikan yang saudara idam-idamkan!”.
Prinsip asasi solidaritas sosial dilukiskan dalam hadis Rasulullah yang menyatakan, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling mengasihi, saling menyayangi, saling menyantuni adalah laksana satu tubuh, apabila satu bagian dari tubuh itu menderita sakit, turut dirasakan oleh bagian tubuh yang lain.” (HR Muslim)
Masyarakat tanpa kelas yang diciptakan Rasulullah di Jazirah Arabia waktu itu dan meluas ke seluruh dunia tercermin dari sabda beliau yang menegaskan di dalam Islam tidak ada “lembaga kependetaan”(laa rahbaniyyun fil-Islam). Ajaran itulah antara lain yang membedakan Islam dengan agama lain. Islam tidak mengenal dosa warisan. Dalam Islam tidak ada yang namanya pengakuan dosa dan pengampunan melalui pemimpin agama. Setiap muslim dan muslimah bebas berhubungan batin secara langsung dengan Tuhannya. Untuk itu setiap pemeluk agama Islam fardu ain mempelajari agamanya.
Meskipun Rasulullah adalah seorang Rasul yang dimuliakan Allah dan kepala negara yang kedudukannya sangat dihormati, namun beliau tidak mau dikultuskan. Ketika seseorang bersalaman hendak mencium tangannya, lekas beliau menarik tangannya dan berkata, “Cara mencium tangan adalah sikap orang-orang asing dalam menghormati raja-raja mereka.” Nabi melarang orang-orang berdiri dengan maksud menghormati kedatangan beliau di suatu majlis.
Sepeninggal Rasulullah umat Islam hidup dalam perspektif sejarah. Tugas dan kewajiban muslim adalah melanjutkan risalah Rasulullah dengan dakwah islamiyah. Dakwah diperlukan untuk kelestarian akidah Islam dan kehidupan umat manusia yang bermartabat. Dakwah dalam arti yang luas adalah kewajiban bagi setiap muslim di mana pun sesuai dengan pengetahuan dan kemampuannya. Dakwah bukan hanya menjadi kewajiban umat Islam, baik secara individual maupun secara kolektif/berorganisasi, tetapi juga merupakan kebutuhan umat manusia. Kemunduran dakwah adalah berarti kemunduran umat Islam, dan artinya kerugian bagi dunia karena Islam adalah rahmatan lil ‘alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar