Media-media online baru-baru ini memberitakan soal manifesto partai Gerindra mengenai sikap partai terhadap agama. Dalam manifesto partai tsb, Gerindra berniat untuk menjaga kemurnian agama dan melindungi warga negara dari paham-paham dan keyakinan-keyakinan yg menyimpang yg selama ini pemerintah kurang tegas dalam bersikap.
Manifesto tsb berbunyi : “Pemerintah/negara wajib mengatur kebebasan di dalam menjalankan agama atau kepercayaan. Negara juga dituntut untuk menjamin kemurnian ajaran agama yang diakui oleh negara dari segala bentuk penistaan dan penyelewengan dari ajaran agama“.
Jika manifesto tsb benar adanya, mungkin Gerindra adalah satu-satunya partai yg berani menentukan sikap yg tegas dan jelas serta peduli terhadap isu yg sangat sensitif ini. Niat partai Gerindra dalam menjaga kemurnian agama dari tangan-tangan ‘kotor’ manusia di negri yg ber-keTuhanan Yang Maha Esa ini, rasanya layak diapresiasi.
Namun ironisnya, beberapa media-media online mainstream yg memberitakan akan hal ini seolah mencibir niat baik partai Gerindra ini. Media-media tsb justru terlalu tendensius memberitakanya. Niat baik Gerindra untuk menjaga kemurnian agama malah digiring dan dikait-kaitkan dg kebebasan berkeyakinan yg dimana keduanya adalah dua hal berbeda jauh.
Menjaga kemurnian agama digambarkan seolah akan mengancam kebebasan berkeyakinan dan kerukunan beragama, suatu bentuk pembodohan. Masyarakat awam yg terperdaya oleh pluralisme semu menjadi tidak suka oleh niat tsb. Bebas berkeyakinan bukan berarti bebas ‘menodai’ agama, disinilah peran pemerintah diperlukan. Pemerintah harus masuk ke masalah ini karena konflik-konflik horizontal yg terjadi selama ini disebabkan oleh sikap ‘abu-abu’ pemerintah dalam menjaga kemurnian agama.
Menjaga kemurnian agama juga diberitakan seolah-olah akan mengancam eksistensi kaum minoritas (baca: paham menyimpang) seperti ahmadiyah dan syiah yg telah lama eksis dan selalu di ‘bela’ oleh media-media mainstream sbg kaum selalu tertindas dan didzalimi, padahal mereka lebih dulu telah mendzalimi keyakinan kaum mayoritas. Aneh rasanya, membela kaum minoritas dg cara menyakiti kaum mayoritas.
Jika kita toleran terhadap keyakinan-keyakinan menyimpang seperti ahmadiyah dan syiah yg minoritas, maka konsekuensinya kita pun juga harus toleransi terhadap keyakinan-keyakinan ekstrimis yg suka melakukan aksi teror dg ngebom sana ngebom sini. Mereka juga minoritas, apa perlu kita toleransi terhadap mereka juga? Tidak bukan?
Sebagai negara yg menganut asas ke-Tuhanan Yang Maha Esa, rasanya menjaga kemurnian agama bukanlah suatu hal yg tabu dan tidak perlu ditakuti. Walaupun sangat sensitif dan tidak populis, niat untuk menjaga kemurnian agama yg dilakukan Gerindra layak kita bela. Begitupun seandainya ada partai lain yang juga mempunyai niat serupa, rasanya perlu kita apresiasi dan dukung pula niatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar