Sekitar 2 bulan lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan. Artinya, kita akan kembali dihadapkan pada kewajiban yang termasuk dalam salah satu perkara 5 Rukun Islam, yaitu berpuasa di bulan Ramadhan. Apa itu puasa ramadhan dan apa pula hikmahnya?
1. Pembagian Ibadah Dalam Islam
Allah swt, menciptakan manusia agar ma’rifah (mengenal) kepada Allah, beribadah kepada-Nya dan melaksanakan hak-hak Rububiyah-Nya. Sebagaimaan yang difirmankan sebagai berikut:
Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzaariyat: 56)
Karena itu, Islam menjadikan ta’abbud (peribadatan) hanya kepada Allah swt, dan itu akan menjadi pertanyaan yang harus dipertanggungjawabkan pertama kali oleh seornag muslim. Arkanul Islam yang terdiri dari : membaca dua kalimat syahadat, mendirikan shalataaa, mengeluarkan zakat, berpuasa Ramadhan dan pergihaji ke Baitullah, adalah perwujudan dari aktivitas ibadah kepada Allah swt.
Islam membagi ibadah menjadi beberapa bagian:
- Ibadah yang dilaksanakan oleh orang muslim yang memerlukan kekuatan badan, misalnya shalat dan puasa. Ibadah ini dinamakan ibadah Jasadiyah.
- Ibadah yang dilaksanakan dengan mengeluarkan sebagian hartanya, misalnya zakat dan sedekah, dinamakan ibadah maaliyah.
- Ibadah yang memerlukan harta dan kekuatan fisik, misalnya haji dan umrah.
- Ibadah yang tampak bentuk pelaksanaannya, misalnya shalat, zakat, dan haji.
- Ibadah yang memerlukan pengendalian hawa nafsu, seperti puasa.
Karena itu, pengendalian hawa nafsu yagn berupa meninggalkan sesuatu yang dapat membatalkan puasa bukanlah amrun salbi (perkara yang negatif). Sebab yang menjadikan puasa menjadi ibadah adalah karena orang muslim melaksanakannya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan degnan niat taqarub ilallah. Dengan demikian ibadah puasa adalah amal badani, amal nafsi (amal yang berkaitan dengan jiwa), dan amal ijabi (amal yang positif) yang pahalanya sangat besar.
2. Kewajiban Puasa Ramadhan
Menurut Al Quran, Al Hadits dan Ijma’, puasa ramadhan merupakan amal ibadah yang diwajibkan bagi semua muslim/ah yang berakal sehat dan telah mencapai usia baligh.
Di dalam Al Quran, Allah SWT berfirman: ’Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaijmana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian.” (Al Baqarah:183)
Dalam hadits disebutkan, dari Thalhah bin Ubaidillah, ia menceritakan: ”Ada seorang Badui yang datang kepada Rasulullah dengan rambut yang kusut seraya berkata: Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku shalat apa saja yang diwajibkan oleh Allah? Rasulullah menjawab: Hanya shalat lima waktu, kecuali jika kamu hendak menambahnya dengan shalat sunnat. Orang tersebut bertanya kembali: Beritahukan pula kepadaku puasa apa yang diwajibkan oleh Allah? Rasulullah menjawab: Hanya puasa Ramadhan, kecuali jika kamu hendak berpuasa sunnat. Orang tersebut bertanya lagi: Beritahukan kepadaku zakat apa yangharus aku bayarkan? Maka Rasulullah pun menerangkan kepadanya tentang syari’at Islam.
Akhirnya, orang Badui tersebut berkata: Demi Allah yang telah mengutusmu dengan kebenaran, sedikit pun aku tidak akan menambah maupun mengurangi kewajiban yang telah difardhukan oleh Allah atas diriku. Kemudian Rasulullah pun berkata: Beruntunglah jika ia benar atau akan dimasukkan ke dalam surga jika benar.” (HR Muttaqun’Alaih). Sedangkan menurut ‘ijma kaum muslimin telah sepakat mewajibkan puasa pada bulan Ramadhan.
3. Keutamaan Puasa
a. Dari Abu Hurairah, ia berkata; Bahwa Rasulullah telah bersabda:
”Puasa itu perisai. Apabila salah seorang di antara kalian berpuasa, hendaklah ia tidak berkata keji dan membodohi diri. Jika ada seseorang memerangi atau mengumpatnya, maka hendaklah ia mengatakan: Sesungguhnya aku sedang berpuasa. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut yang keluar dari orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah daripada bau kesturi. Orang berpuasa itu meninggalkan makanan dan minumannyua untuk diri-Ku (Allah). Maka puasa itu untuk diri-Ku dan Aku (Allah) sendiri yang akan memberikan pahala karenanya. Kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya.” (HR Bukhari)
b. Dari Abu Hurairah, ia berkata: Bahwa Rasulullah saw telah bersabda:
”Apabila datang bulan Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu surga dan ditutup pintu-pintu neraka serta syaitan di belenggu.” (HR Muslim)
Al Qadhi mengatakan: “Pengertian dibukanya semua pintu surga oleh Allah SWT bagi para hamba-Nya adalah agar senantiasa berbuat taat pada bulan tersebut, yang mana kesempatan itu tidak terdapat pada bulan-bulan lainnya. Yaitu seperti shalat tarawih dan berbagai amal kebajikan lainnya serta upaya untuk menghindari berbagai macam pelanggaran. Semuas ini merupakan kunci, sekaligus pintu untuk dapat memasuki surga Allah. Sedangkan ditutupnya seluruh pintu neraka dan dibelenggunya syaitan mengandung pengertian supaya manusia menghindari berbagai macam pelanggaran.
Al Hulaimi mengatakan: “Hal itu mengandung pegnertian bahwa syaitan senantiasa mengintai kaum Muslimin. Karenanya, mereka dibelenggu pada malam-malam Ramadhan dan bukan pada siang harinya. Sebagaimana pada waktu-waktau diturunkannya Al-Quran, Syaitan tidak diperkenankan untuk mengintai. Jadi, pembelengguan mereka itu sebagai kiasan dari ketatnya penjagaan. Selain itu juga mengadung pengertian lain, bahwa syaitan tidak mudah mengganggu kaum Muslimin pada saat berpuasa, sepertihalnya dapat mengganggu mereka pada bulan-bulan lainnya. Sebab, kaum muslimin menyibukkan diri dengan ibadah, yang dengannya mereka menahan segala bentuk hawa nafsu, juga disibukkan membaca Al-Quran dan berdzikir.”
Sedangkan ulama lainnya mengatakan: “Yang dimaksud dengan dibelenggunya syaitan pada hadits tersebut adalah sebagiannya saja., yaitu yang inkar. Adapun dibukanya pintu-pintu langit mereupakan kiasan bagi diturunkan-Nya rahmat dan dihilangkan-Nya berbagai rintangan yang menghalangi naiknya amal perbuatan, yang terkadang dengan mencurahkan taufiq dan terkadang dengan menerimanya dengan baik. Sementara ditutupnya pintu neraka jahananam merupakan kiasan dari bersihnya jiwa orang-orang yang berpuasa dari perbuatan keji dan keinginan untuk berbuat maksiat. Yaitu, dengan cara mengendalikan diri.”
Setelah mentarjih pengertian lahiriyah yang terdapat pada hadits tesebut, Al Qurthubi mengatakan: “Jika dikatakan mengapa kita masih sering melihat berbagai kejahatan dan perbuatan maksiat yang terjadi pada bulan Ramadhan, sementara syaitan telah dibelenggu, mestinya hal semacam itu tidak akan pernah terjadi? Jawabnya adalah, bahwa kejahatan dan maksiat itu berkurang jumlahnya dari orang-orang yang berpuasa, yang benar-benar memelihara syarat dan etikanya. Sedangkah yang dibelenggu itu hanya sebagian dari golongan syaitan, yaitu yang inkar saja dan bukan keseluruhan dari mereka. Kalaupujn seluruh syaitan dibelenggu, maka bukan berarti tidak akan terjadi maksiat. Karena, maksiat itu dapat ditimbulkan oleh beberapa sebab, selain syaitan itu sendiri. Seperti oleh nafsu jahat, kebiasaan buruk dan juga syaitan-syaitan yang berwujud manusia.”
Yang lainnya mengatakan: “Pembelengguan syaitan pada bulan Ramadhan itu merupakan isyarata dihilangkannya alasan negatif yang diada-adakan bagi orang-orang yang diwajibkan berpuasa. Seakan-akan dikatakan kepada mereka, syaitan dari golongan jin telah dijauhkan dari kalian, maka hendaklah kalian jangan menuruti mereka dengan meninggalkan ketaatan dan mengerjakan maksiat.”
c. Dari Abu Umamah, ia menceritakan:
”Aku pernah mendatangi Rasulullah seraya berkata: Perintahkanlah kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkan aku ke surga. Beliau menjawab: Hendaklah kamu berpuasa, karena puasa itu merupakan amalan yang tidak ada tandingannya. Kemudian aku mendatangi beliau untuk kedua kalinya dan beliau pun berkata dengan nasihat yang sama.” (HR Ahmad, Nasa’I dan Al-Hakim)
d. Dari Shabat bin Sa’ad, ia berkata: Bahwa Nabi SAW telah bersabda:
”Sesungguhnya surga itu mempunyai satu pintu yang disebut Babu Ar-Rayyan. Pada hari kiamat nanti pintu tersebut akan bertanya: Di mana orang-orang yang berpuasa? Apabila yang terakhir dari mereka telah masuk, maka pintu itu pun akan tertutup.” (HR Muttafaqun’Alaih)
e. Dari Abu Sa’id Al Khudri, ia berkata bahwa Nabi SAW telah bersabda:
”Tidaklah seorang hamba berpuasa pada suatu hari di jalan Allah, melainkan dengan hari itu Allah akan menjauhkan api neraka dari wajahnya selama tujuh puluh musim.” (HR. Jama’ah, kecuali Abu Dawud).
f. Dari Abdullah bin Amr bin Al’Ash, ia berkata: bahwa Nabi SAW, bersabda:
”Berpuasa dan membaca Al Quran akan memberikan syafa’at kepada seorang hamba pada hari kiamat kelak. Amalan puasanya akan berkata: Ya Allah, aku telah melarangnya dari makanan, minum dan nafsu syahwat pada siang hari, sehingga ia telah menitipkan syafa’at kepadaku. Sedangkan amalan membaca Al Quran berkata: Aku telah melarangnya tidur pada malam hari, sehingga ia telah menitipkan syafa’at kepadaku di dalamnya. Maka keduanya pun memberikan syara’at.” (HR Ahmad dengan sanad shahih)
g. Dari Abu Hurairah, ia berkata, bahwa Nabi SAW bersabda:
”Barangsiapa memberikan nafkah untuk dua istri di jalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh salah satu pintu surga. Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan. Barangsiapa berasal dari golongan orang-orang yang senantiasa mendirikan shalat, maka ia akan dipanggil dari pintu shalat, maka ia akan dipanggil dari pintu shalat. Bagi siapa yang berasal dari kalangan orang-orang yang suka berjihad, maka ia akan dipanggil melalui pintu jihad. Barangsiapa berasal dari golongan orang-orang yang senang-senang berpuasa, maka ia akan dipanggil dari pintu Rayyan. Dan barangsiapa berasal dari kalangan orang-orang yang suka bersedekah, maka ia akan dipanggil dari pintu sedekah.
Abu Bakar bertanya: Demi ayah dan ibuku, wahai Rasulullah, apakah setiap hamba akan dipanggil dari pintu-pintu tersebut? Lalu mungkinkah seseorang dipanggil dari seluruh pintu tersebut? Beliau menjawab: ya, ada dan aku berharap engkau wahai Abu Bakar yang termasuk salah seorang di antara mereka.” (HR Bukhari). Demikian sekelumit tentang puasa Ramadhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar