Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Minggu, 27 April 2014

Kursi Terdepan Masih Selalu Sepi

Setiap hadir di acara seminar, workshop, diklat ataupun rapat, selalu menemui pemandangan yang nyaris sama. Kursi deretan terdepan selalu sepi alias kosong. Hanya setelah panitia teriak-teriak, akhirnya satu, dua orang peserta mau mendudukinya.
Begitulah pemandangan hari ini saat menghadiri sebuah seminar nasional. Dan itu menjadi bagian dari wajah umum kualitas kita. Lebih ingin “ngikut” di belakang saja. Tak mau tampil terdepan. Mungkin ada yang beranggapan itu wujud rendah hati, tak mau menonjol-nonjolkan diri. Tapi sesungguhnya tak ada kamus semacam itu dalam hal menuntut ilmu. Jauh dari nara sumber. Akhirnya menimbulkan prestasi gaduh dengan diskusi sesama peserta walau bukan saatnya sesi diskusi.
Sungguh kasihan Bapak Pembicara/nara sumber, sudah jauh-jauh datang, seakan tak dianggap sama sekali. Akhirnya acara berakhir sebelum waktunya. Aksi copy paste materi yang menjadi andalan. Walau terkadang hanya tersimpan di box penyimpanan saja. Senang bagi mereka yang hanya sekedar memburu sertifikat, meski ilmu yang semestinya tidak didapat. Kasihan yang berniat sungguh-sungguh untuk belajar, hanya menu hambar yang dapat disantap.
Itulah sepenggal kisah yang nyaris selalu terulang di setiap waktu dan kesempatan. Menyia-nyiakan waktu dan harta. Maka seberapa besar biaya yang dikeluarkan, tak ada peningkatan kualitas diri jika mental seperti itu yang menjadi kebiasaan dan andalan. Kemajuan urung menjadi kenyataan. Baru sebatas angan yang diimpikan.
Kondisi yang lebih memprihatinkan lagi, saat tugas harus dilaksanakan. Karena tak mengerti apa yang seharusnya dikerjakan, maka solusi instan cukup meminta jasa pesanan. Ada laporan lengkap yang komplit dengan segala rincian, namun kenyataan masih jauh dari harapan. Bukan hanya salah yang membuat laporan, tapi salah juga yang menerima.
Inilah sebagian dari penghambat kemajuan yang menjadi cita-cita anak bangsa. Lalu kapan segenap cita-cita kebaikan itu akan terwujud menjadi nyata ? Tugas kita bersama untuk mewujudkannya.
Selamat berkarya untuk masa depan yang lebih baik.
Jangan pernah putus asa, karena putus asa itu dosa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar