Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Sabtu, 19 April 2014

Benarkah Anda Menulis Tak Ingin Mendapatkan Uang?

Pertanyaan ini terlihat konyol, dan sepatutnya tak perlu ditanyakan pun akan ada dua versi jawaban yang akan saya terima dari para penulis. Entah itu jawaban jujur atau jujur kacang ijo. Yang pasti mereka menulis tentu mempunyai tujuan tertentu. Ngak mungkin juga kan kalau menulis tak memiliki tujuan? Seperti saya sendiri sih kepinginnya ikutan lomba ya bisa menang. Itung-itung dapat uang bensin.
Jujur atau tidak jujur saya sendiri sebenarnya pun berpikir bahwa ketika mengikuti lomba menulis ingin mendapatkan kesempatan memenangkan kompetisi tersebut. Bahkan semua penulis berambisi mendapatkan label-label kehormatan tertentu. Bahkan setiap ada perlombaan selalu membuat tulisan yang benar-benar apik, sehingga wajar saja jika mereka mendapatkan kesempatan untuk memenangkan kompetisi tersebut. Kadang saya hanya berharap tidak hanya event perlombaan tersebut yang memacu diri untuk menulis, tapi dukungan dari hobilah kiranya selalu mengetikkan baris-baris kalimat.
Namun demikian, siapa sih yang tak pernah mengikuti event perlombaan tersebut? Jika ada yang sama sekali tidak pernah mengikuti perlombaan, berarti kompasianer tersebut memang benar-benar penulis gratisan yang bertujuan membagi pengalamannya. Tapi secara pribadi, kayaknya saya pun ingin memperoleh kesempatan meraih trofi kemenangan.
Memenangkan event perlombaan hakekatnya sebuah bonus yang memacu diri untuk lebih giat menulis, namun bagaimana dengan para penulis yang sama sekali tak pernah ingin merasakan manisnya hadiah? Mungkin Anda adalah salah satunya yang nggak ngarep-ngarep menang karena dianggap tidak penting. Apalagi hadiah yang diberikan teramat kecil.
Tapi itulah karya, jika tulisan kita ternyata mampu menembus menjadi tiga besar tentu saja nama penulisnya semakin dikenal dan dikenang oleh member lainnya. Tak hanya materi yang didapatkan tapi juga karena kebanggaan tersendiri yang akan mereka peroleh. Tidak hanya kebanggaan bahwa karya tulis menulis kita dianggap sempurna atau paling baik, tentu saja semakin memacu adrenalin supaya semakin sibuk lagi dengan karya-karya yang terbaru.
Menjadi pemenang adalah kebanggaan, tidak memenangkan sekali pun kompetisi pun sudah menjadi pemenang bagi diri sendiri. Kompetisi untuk mengalahkan kemalasan diri untuk tidak menulis. Itulah salah satu sudut pandang bagi saya sendiri. Entah bagi penulis lainnya.
Namun yang sampai saat ini masih mengganjal dalam benak saya adalah apakah setiap penulis di kompasiana siap menjadi orang yang kalah? Siap jika tulisannya tak pernah sekalipun mentereng di mimbar kemenangan? Sepertinya tidak ada satupun yang bersedia kalah. Pasti semua ingin memperoleh kemenangan dan konsekuensi positifnya adalah hadiah yang cukup menjanjikan. Meskipun sulit pula untuk menang jika ternyata tim penilai amat selektif dan kritis terhadap hasil karya peserta lomba. Sehingga tatkala sudah diumumkan siapa saja pemenangnya, harapannya tidak ada lagi yang komplain atau kecewa dengan kekalahan. Dengan kata lain harus legowo dan mengakui bahwa ada penulis lain yang berkompeten dalam menghasilan karya. Boleh jadi memang alur bahasanya yang sangat baik dan tentu saja sesuai dengan selera dari perusahaan yang menyelenggarakan perlombaan. Ditambah lagi dengan penilain dari tim admin yang tentu saja amat berpengaruh pada penentuan siapa pemenangnya. Sehingga apapun tulisannya, jika para eksekutor tersebut tidak sepaham dan tidak ngeh yang jangan berharap tulisan kita akan muncul.
Kembali pada persoalan butuh atau tidak butuh uang ketika menulis. Namun bagi yang belum sama sekali memiliki karya tentu saja disinilah tempat menggembleng dan belajar menulis. Meskipun kadang tulisan yang kadang dianggap baik oleh admin masih saja diprotes dan dianggap tidak layak.
Sekali lagi, siapapun pemenang dalam event perlombaan tulis menulis adalah kebanggaan, meskipun berat untuk menerima tanggung jawab dari eksistensi penulis itu sendiri. Namun yang lebih berat adalah apabila kita sendiri tidak bisa menerima kekalahan yang kita sendiri tak mengerti di mana letak kekalahan itu. Tapi bagi saya sendiri tetap memiliki harapan memenangkan kompetisi dengan hadiah yang bisa dibawa pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar