Banyak status bertebaran bunyinya: “Kalau ada maunya baru datang sama saya!”atau “Kalau saya tidak punya apa-apa, dia mulai menjauh”. Pokoknya intinya pertemanan itu ternyata bersyarat, begitulah kira-kira makna dari status-status itu.
Sebagai pengamat sosial di dunia maya maupun di dunia nyata sebagai bagian dari latar belakang pendidikan saya. Saya coba-coba memikirkan mengapa teman bisa secepat itu berubah. Akhirnya saya belajar dari pengalaman dan pengalaman orang lain. Dan sekaligus berbagi tips agar tidak mudah kecewa & waspada kepada teman yang berkualitas imitasi.
1. Jangan mudah terpengaruh, jadilah diri sendiri dengan versi terbaik diri kita
Banyak remaja hanya karena ingin masuk dalam suatu kelompok pertemanan atau genk tertentu, memaksakan dirinya untuk mengikuti standar gaya hidup teman-temannya. Misalnya, dengan latar belakang keluarga yang kurang mampu ia terpaksa harus memiliki barang-barang tertentu sebagai wujud adaptasi agar bisa diterima. Jika sudah begitu, siap-siaplah untuk menuai kecewa. Jangan sekali-kali menyalahkan teman-temanmu, salahkan dirimu kenapa mau memaksakan diri untuk masuk ke dalam komunitas yang menyangkali sejatinya dirimu.
2. Jujur & menghargai diri sendiri
Secara pribadi, kalau saya sudah telanjur berada dalam sebuah komunitas. Kalau teman-teman saya itu suka have fun dengan modal besar, saya akan menolak & jujur bahwa saya tidak mampu. Takut ditinggalkan? Sama sekali tidak. Justru saya merasa bersyukur karena tahu mana yang sebenarnya sejatinya teman atau hanya sekedar teman biasa. Jangan sedikit-sedikit bisa & iya padahal tidak mampu. Apalagi kalau sudah berlagak orang kaya, tidak bisa pakai baju kalau bukan merk tertentu & aslinya memang tidak mampu. Hadeeeh
Mereka boleh memutuskan pertemanan, karena itu memang hak mereka. Dengan bersikap jujur & terbuka, teman-teman yang memang memiliki hati yang tulus juga akan menghargai keberadaan kita plus nyaman berada di sisi kita, karena mereka tidak takut untuk merasa ditipu oleh orang yang sudah terbiasa menjadi dirinya sendiri. Ini merupakan modal besar kalau mau dipilih untuk dijadikan teman sejati. Tidak terpilih? Ya, bersyukur. Masih banyak orang yang tulus untuk dijadikan teman sejati, asal kita tidak hobby pilih-pilih teman.
Dan hanya di tengah-tengah orang tulus yang benar-benar membuat kita nyaman menjadi diri sendiri. Dan secara pribadi, tempat dimana orang-orangnya cenderung tidak menghargai perbedaan, adalah tempat dimana saya selalu berdiam diri. Lalu mengapa saya bertahan? Karena saya memiliki panggilan hidup di situ. Berdiam diri adalah cara saya tidak menyakiti orang lain yang memang masih susah untuk menghargai perbedaan.
3. Fokus mengasah kualitas diri & ikhlas berguna bagi orang lain
Penampilan, fisik & kekayaan bukan satu-satunya daya tarik untuk dijadikan teman. Keikhlasan untuk menolong orang lain melalui kelebihan kita adalah modal besar untuk memikat teman sejati. Kualitas diri meliputi SQ & EQ, bukan sekedar IQ. Percuma pintar kalau tidak punya sopan santun atau etika yang benar. Penghormatan terhadap diri kita tergantung bagaimana kita memperlakukan & menghormati orang lain.
4. Tidak pilih-pilih teman
Saya tidak menganjurkan untuk berteman dengan semua orang, baik yang jahat ataupun yang tidak. Tetapi sikapilah semua orang layaknya seorang teman, tentunya dengan perlakuan yang manusiawi. Untuk menetapkan seorang teman sejati, jadilah seperti nomor 1-3. Yang tetap tinggal itu adalah teman sejati. Tak perlu diragukan. Mereka yang memilih, bukan kita. Jadi ketika kita sudah dipilih oleh mereka, maka jangan tolak itu hanya karena dia memiliki ketidaksamaan dengan kita seperti tidak sama-sama kaya, cantik, ganteng, pintar dll. Kalau tak suka berada dalam list orang yang perlu pertimbangan besar untuk dijadikan teman, maka jangan pilih pilih teman.
5. Menjadi Teman Terbaik
Jika kita sudah dipilih menjadi teman, maka terima saja ketulusan mereka & jadilah teman terbaik meski yang mereka punya hanya ketulusan untuk menerima & menghargai diri kita sedemikian rupa. Daripada capek-capek cari teman mending yang datang menawarkan ketulusan untuk berteman yang dijadikan teman, daripada cari & dapat yang ternyata tidak menghargai sejatinya diri kita. Iya toh? Kalau terpaksa harus menentukan teman sejati, ya pilih teman yang baik hati & tulus. Daripada ujung-ujungya update status kayak gitu karena salah pilih. Perlakukan semua orang layaknya seorang teman, tetapi teman sejati adalah pilihan, biar tidak kecewa berat. Kalau sudah memilih, jangan juga berharap terlalu berlebihan. Ikhlas saja menjadi teman.
Intinya, lihat mana yang bisa menghargai perbedaan. Dan akhirnya, kata Opa Tjiptadinata Effendi: “Jadilah orang baik. Jika tidak bisa menjadi orang baik, paling tidak janganlah jadi orang yang munafik”. Karena teman sejati tahu mana opini & perbedaan, dan yang mana hubungan pertemanan. Sehingga opini yang berbeda & kehidupan yang berbeda bukanlah alasan untuk memutuskan hubungan pertemanan.
Asal jangan teman makan teman. Wajar itu jika dijauhi. Kalau segala macam punya teman diembat, lama-lama suami atau istrinya juga diembat. Aaaaiiisss.. Tapi kalau sudah punya ke-5 poin di atas, dijamin sudah termasuk teman sejati dan semoga juga mendapat teman sejati. Amin. Karena untuk mendapatkan teman sejati, hanya dengan cara menjadi teman yang berkualitas teman sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar