Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Minggu, 23 Maret 2014

Zakat dan Keberpihakan

Salah satu hikmah spiritual dan sosial ibadah shaum (puasa) dan Idul Fitri  adalah  kewajiban menunaikan zakat sebagai manifestasi keberpihakan kepada kaum dhuafa. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda: “Kalian akan diberi pertolongan dan diberi rezeki dengan sebab (menolong) kaum dhuafa di antara kalian…”. Hadis ini mengisyaratkan bahwa rezeki dan pertolongan Allah akan datang manakala kita melakukan pembelaan terhadap kepentingan kaum dhuafa. Keberpihakan yang dimaksud tentulah bukan sekadar hiasan kata dan retorika saja, melainkan keberpihakan yang diwujudkan dalam perilaku dan perbuatan.
Sesuai dengan sunnatullah, sikap kikir dan mementingkan diri sendiri selalu membawa pada kerusakan. Bukan hanya tatanan kehidupan pribadi dan keluarga yang dirusaknya, tapi lebih luas merusak keseimbangan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Dengan kata lain, ada korelasi antara kesejahteraan dan keadilan ekonomi suatu negara, dengan pemihakan dan  pembelaan hak-hak rakyat miskin.
Sikap dan perilaku tuna-sosial dan mementingkan diri sendiri secara tajam dikritik oleh Allah SWT dalam firman-Nya,”Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah SWT berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allahlah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (QS Ali Imran [3]: 180).
Sebaliknya, Allah SWT menekankan pentingnya bersinergi dan saling menolong di antara orang-orang beriman sebagaimana firman-Nya, “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS At-Taubah: 71).
Dalam Islam, kebahagiaan sejati akan diraih manakala kita mampu memberikan sesuatu yang kita miliki kepada orang-orang yang membutuhkan. Seorang muslim yang memiliki keberpihakan pada kaum dhuafa yang ada di sekitarnya akan hidup secara terhormat dan dicintai sesama manusia. Begitu pula dalam lingkup yang lebih luas, sistem ekonomi yang berpihak pada kaum dhuafa akan mampu menghadirkan pertumbuhan dan keadilan secara berkeseimbangan.
Dalam sejarah selalu ditemukan bahwa kekuasaan yang memiliki keberpihakan pada kaum dhuafa tidak akan terperosok pada krisis legitimasi atau krisis kepercayaan. Sebaliknya, kekuasaan yang tidak berpihak pada kaum dhuafa, dalam arti tidak peka terhadap beban dan kesulitan yang dialami rakyat ketika membuat sesuatu kebijakan, atau tidak memiliki kesungguhan untuk mensejahterakan kehidupan rakyat banyak, akan selalu dihadapkan pada berbagai persoalan.
Dengan demikian, membangun sebuah bangsa dan negara memerlukan pemimpin dan negarawan yang rela mengubur atau meminimalisir kepentingan pribadi. Selama masih banyak pemimpin dan kelompok elit yang mendahulukan kepentingan pribadi dan golongannya di atas segala-galanya, maka kehidupan bangsa yang adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan tidak akan terwujud.
Menurut sudut pandang ajaran Islam, kemiskinan tidak identik dengan ketiadaan potensi untuk bangkit. Orang-orang miskin memiliki potensi dan kekuatan yang perlu diberdayakan, di antaranya melalui pendidikan, pembinaan karakter, kesempatan bekerja atau berusaha dan sebagainya. Allah SWT berfirman dalam Al Quran, ”Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di muka bumi itu, dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi).” (QS Al Qashas [28]: 5). Potensi dan kekuatan kaum miskin apabila tidak diarahkan pada jalan kebaikan, maka akan bisa berbelok arah pada tujuan yang destruktif. Sebagaimana diketahui ideologi Komunis dan paham sejenisnya bisa menjelma dalam masyarakat di mana nasib kaum miskin dan marjinal terabaikan dan ketimpangan sosial merajalela sehingga berpotensi melahirkan pertentangan kelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar