Hari ini semua parpol peserta pemilu kompak menggelar kampanye terbuka diberbagai daerah. Dan hebatnya lagi, semua parpol itu kompak membawa anak-anak mengikuti kampanye. Kader dan simpatisan partai yang ikut kampanye banyak yang membawa anak mereka ke lokasi kampanye. Mulai dari usia balita yang belum bisa jalan sampai remaja usia belasan tahun. Saking sayangnya sama anak mungkin ya, gak tega meninggalkan anaknya sendirian dirumah, tapi juga masih ingin tetap ikut meramaikan parpol kesayangan, akhirnya para orangtua ini rela mengajak anak-anaknya berdesak-desakan ditengah-tengah kerumunan massa yang berkampanye.
Pak, Bu, apa gak kasian liat anaknya yang balita ikut panas-panasan begitu? Ada ditengah kerumunan massa begitu, meskipun itu kampanye damai, tetap saja menyisakan peluang ada rusuhnya sedikit-sedikit. Kalo hilang dari pengawasan, bagaimana? Kalo jatuh terus terinjak-injak orang-orang yang sedang on-fire kampanye, bagaimana? Ya, okelah katakan saja Anda-Anda itu kader atau simpatisan loyal parpol. Jadi Anda merasa terpanggil untuk ikut kampanye parpol kesayangan Anda. Tapi, masa ngga bisa mencari titik temu antara kewajiban sebagai kader/simpatisan dengan kewajiban sebagai orangtua? Kan bisa dong ya, anak Anda itu dititipkan ke saudara atau tetangga daripada dibawa-bawa ke lokasi kampanye. Tempat penitipan anak juga kan banyak lho Pak, Bu. Cuma beberapa jam saja lho. Daripada mengambil resiko membahayakan keselamatan anak. Iya toh??
Ada aturan yang tegas dan jelas melarang anak-anak ini terlibat dalam kampanye. UU Pemilu Legislatif Pasal 84 ayat (2) huruf j melarang kampanye mengikutsertakan warga negara yang tidak memiliki hak pilih. Yang dimaksud dengan “Warga negara yang tidak memiliki hak pilih ini” jelas anak-anak karena mereka belum memiliki hak pilih. Seharusnya partai-partai politik mengerti aturan-aturan dalam berkampanye sehingga bisa melarang kader/simpatisan yang ikut kampanye untuk membawa anak-anaknya. Itu ketika kita bicara seharusnya bukan seadanya. Faktanya? Banyak kader atau simpatisan yang masih membawa anak mereka ke lokasi kampanye. Duh, ini parpol-parpol tidak paham aturan kampanye atau memang tidak peduli ya pada keselamatan anak?
Dalam kasus ini, saya tertarik pada perkataan Anis Matta terkait dengan keikutsertaan anak kecil dalam kampanye terbuka PKS hari ini. Katanya, melibatkan anak-anak dalam kampanye politik ini adalah salah satu bentuk pendewasaan politik sejak dini. Dalam wawancaranya Beliau mengatakan: “Bahwa PKS ini kan partai yang mengangkat isu keluarga, dan karena ini bagian dari pendewasaan politik, kita libatkan anak-anak kita”.
Benar-benar dini mungkin ya, sampai anak-anak yang masih belum bisa berjalan saja sudah mulai dikenalkan pada dunia politik. Saya pikir, anak usia begitu masih belum siap secara psikis untuk menerima pembelajaran politik. Sama sekali belum siap. Kalau usia remaja ya bolehlah kenalkan sedikit-sedikit pada dunia politik agar mereka belajar melek politik dan tidak dibodohi oleh para politikus yang tergila-gila pada kekuasaan atau kekayaan. Tapi anak balita sampai usia SD biarkan saja dulu bermain dan mengenal dunia dengan cara-cara yang menyenangkan. Tak perlulah kita kenalkan dulu pada abu-abunya dunia politik. Lha wong mengenal dirinya sendiri secara utuh saja belum kok, mengenal politik saja belum, masa sudah mau diberi pendewasaan politik? Lagipula, aturannya juga sudah sangat jelas. Tidak boleh mengikutsertakan warga negara yang belum memiliki hak pilih. Maka, isu yang diangkat parpol ataupun tujuan pendewasaan politik tetap tidak bisa dijadikan alasan untuk melanggar aturan kampanye yang sudah jelas itu.
Saya sih cuma bisa bilang, Pak, Bu, sudah ya jangan mengikutsertakan anak-anak Anda yang masih kecil-kecil itu saat kampanye. Keselamatan anak-anak Bapak dan Ibu itu baik secara fisik maupun psikis itu penting sekali lho. Bapak dan Ibu Caleg juga pengurus-pengurus partai, coba dikaji lagi aturan-aturan dalam kampanye. Kalau saat kampanye saja Anda masih suka melakukan pelanggaran hukum sekaligus melakukan pembenaran atas pelanggaran yang Anda lakukan, nanti kalau sudah terpilih, apa yang menjamin Anda-anda yang terhormat tidak akan melanggar aturan sana-sini demi tercapainya tujuan Anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar