Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Selasa, 18 Maret 2014

Model Gangguan Psikologis

Pada kenyataannya banyak sekali macam gangguan yang dialami pasien atau klien yang kalau ditelusuru secara teoretis menjadi tidak terbatas jumlahnya. Setiap pasien atau klien senantiasa memiliki ciri yang khas, yang penyembuhannya memerlukan penanganan sendiri. Hal demikian tidak mengherankan karena secara teoretis, psikologi abnormal dan psikologi klinis mempunyai sumber utama berupa psikologi atau studi kepribadian. Klien atau pasien adalah seseorang dengan kepribadian yang terganggu; ia adalah orang terganggu, bukan sekedar memiliki gangguan. Oleh karena itu, setiap gangguan akan tampil khas.
Tentu saja, dengan cara berpikir yang khas semacam itu akan sangat sukar bagi seorang profesional untuk secara konseptual memahami dan menangani gangguan psikologis ini. Oleh karena itu, para ilmuwan mengembangkan cara berpikir awam yang mencoba untuk mengelompokkan gangguan tersebut dalam berbagai jenis gangguan. Landasan pengelompokkan itu bermacam-macam. Ada yang berdasarkan gejala-gejalannya, berdasarkan penyebab atau prosesnya, ada yang berdasarkan bagian atau aspek apa yang terganggu, sesuai dengan predisposisi kepribadian dan lain-lain.
Gangguan psikologis juga dapat dikelompokkan berdasarkan model , yaitu struktur teoretis yang bersifat tentatif yang digunakan untuk mengurai dan menjelaskan disfungsi psikologis atau perilaku abnormal itu. Model adalah suatu analogi konseptial yang memiliki kualitas “seandainnya”, yang membimbing pemikiran kita mengenai perangkat kejadian tertentu. Misalnya, komputer dapat digunakan sebagai model otak karena otak dapat digambarkan berfungsi sebagai apa yang dialkukan komputer. Secara idela, model membantu klinikus dengna cara: (1) mengidentikkan perubah atau kejadian yang memrlukan telaahan lanjutan atau pendalaman, (2) menyediakan suatu konteks yang dapat mengintegrasikan informasi, dan (3) menduga spesifikasi hubungan antara pengubah dan kejadian yang akurat.
Banyak model psikologi atau perilaku abnormal diajukan para ahli, termasuk model kultural, model sistem, model eksistensial, model genetik, model humanistik, model belajar, model medis, model moral, model psikodinamik, dan lain-lain. Dari sekian banyak model tersebut, terdapat empat model yang paling bnayak digunakan orang, yaitu model medis, model dinamik, model belajar, dan model sistem.
Model Medis, model ini sering disebut model penyakit atau model organik. Menurut konseptualisasi model ini, perilaku abnormal bersangkutan dengan kelemahan fisik (simptom patologis) dilihat sebagai akibat dari penyakit, kekurangan, dan kelemahan biologis/kimiawi. Inti dari model medis adalah adannya hubungan antara suatu gejala dengan sebab tertentu. Model medis ini, sering juga disebut medical orientation, ialah orientasi yang menyatakan bahwa gangguan kejiwaan mempunyai landasan biologis, termasuk fisik, syaraf dan organik. Orientasi ini didasarkan pada pendekatan psokologi biologis, yang dalam terapannya mincul pemahaman terutama menyangkut psikologi klinis, ialah psikologi medis.
Model Psikodinamik, model ini berkembang terutama berdasarkan pendapat Sigmund Freud atau mereka yang mengikutinnya. Ada beberapa asumsi dasar dalam model psikodinamik, yaitu : Proses pikiran tak sadar memainkan peranan sentral dalam menentukan perilaku (abnormal). Tiga agen psikologis, yaitu id, ego, dan superego berinteraksi bilamana konflik psikologi harus diselesaikan. Pemfungsian yang dewasa ditentukan oleh keefektifan (re) solusi konflik pada beberapa taraf perkembangan psikoseksual. Konflik psikologis membawa orang pada keadaan cemas, di mana ego berusaha mereduksinnya dengan memanfaatkan mekanisme pertahanan diri yang tidak sadar. Proses ketidaksadaran sebagai penentu perilaku didasarkan pada pembagian pengalaman manusia ke dalam tiga tipe, yaitu : Pengalaman sadar, terjadi saat manusia berada dalam keadaan sadar. Bawah sadar atau prasadar, termasuk pikiran, gagasan, dan ingatan yang dimiliki orang, tetapi tidak terjadi dalam kesadaran. Ketidaksadaran yang meliputi ingatan, ketakutan, implus, dan harapan yang jarang ada pada orang yang sedang berada pada keadaan sadar.
Model Belajar, model belajar menganggap bahwa gangguan perilaku terjadi karena pengalaman salah belajar (faulty learning). Yang dimaksud dengan salah belajar ini adalah : Mempelajari dengan benar contoh perilaku yang tidak baik, atau Mempelajari dengan salah contoh perilaku yang baik. Dibandingkan dengan model-model lain, odel belajar memusatkan diri pada perilakunnya itu sendiri dari pada terhadap proses konflik internal atau faktor-faktor faali yang mempengaruhi perilaku. Model belajar pun dapat menjadikan prinsip terbentuknya perilaku maladaptif dalam usaha mengubah perilaku maladaptif menjadi adaptif.
Model Sistem, para teoretikus di bidang sistem menggunakan konsep-konsep ilmu kealaman (terutama biologis), proses informasi (terutama “ilmu” komputer), dan sosial (terutama antropologi) untuk mengkonseptualisasikan interaksi manusia, baik adaptif maupun disfungsi, sebagai komponen dalam sistem sosial. Jejaring sosial seperti keluarga tau kelompok pertemanan dilihat sebagai pola interaksi yang bergerak statis atau berulang untuk memelihara keseimbangan (equilibrum)yang memaksimalkan perubahan jejaring untuk bertahan. Sebagai contoh, seorang yang menderita gangguan skizofrenia, menurut Bateson dkk (1956) telah mengembangkan pola pikir dan perilaku yang kacau karean keluargannya menciptakan sistem “double bind”, ialah mempelajari dua pedoman yang bertentangan sekaligus pada waktu yang sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar