Ternyata ada (bahkan banyak) dokter yang menyebutkan mengonsumsi amlodipine sebagai "obat" hipertensi tidak memiliki efek samping. Padahal mudah ditemukan hasil penelitian maupun pengakuan bahkan dari pembuat obatnya sendiri, bahwa amlodipin bisa menimbulkan berbagai gangguan mulai dari pusing, penyakit di rongga mulut, hilang nafsu makan, ruam sampai gangguan fungsi ereksi.
Lucunya, ada iklan perusahaan Farmasi yang “ngeles”. Penderita hipertensi memang cenderung menderita erectile dysfunction, jadi atasi saja dengan Viagra. Memperluas lahan dagang “obat”? Kefirpun bisa tidak berdaya. Amlodipin sebagai “racun kuat”, berfungsi sebagaiCalcium Channel Blocker yang menyebabkan berbagai manfaat Kefir manjadi lenyap.
Seorang ibu sepuh dari seorang sahabat, sampai lumpuh, bicara jadi susah (Sunda : balelol), dan dengan menghentikan amlodipin, minum Kefir, dalam dua minggu bicara sudah jelas, nafsu makan pulih. Tapi mengembalikan kelumpuhan sangat susah.
Kalau 10% saja penderita “hipertensi” mengonsumsi amlodipin di Indonesia, artinya sekitar 2,5 juta orang. Disuruh minum sehari 1 tablet untuk seumur hidupnya. Dengan harga rata-rata Rp 4.000,- saja per tablet, ini bisnis senilai Rp 10,- milyar sehari, atau lebih Rp 3,5 trilyun setahun. Nilai yang menggiurkan dan sulit “dilawan”. Belum lagi “obat-obatan” hipertensi lain yang tidak kalah berbahayanya, tapi sangat menguntungkan bagi produsennya dan (barangkali) dokter juga. Padahal, rutin saja minum Kefir, makan tidak lewat batas, olahraga ringan tiap hari, maka hipertensi akan menjauh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar