Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Jumat, 28 Maret 2014

Yang Positif dari Anak Muda Bule

Artikel ini khusus melihat beberapa hal positif dari bule (maksudnya bule disini adalah budaya dan manusia dari Barat), meskipun berkulit hitam. Tidak semua di Barat itu putih dan mancung. Ibu saya dulu pernah kaget ketika saya katakan ada sahabat dari Inggris mau datang, dan yang muncul kulitnya hitam karena ayahnya memang orang Afrika.  Tapi medok’ bahasa Inggrisnya kalah kalah Sir Alex Ferguson.
Jangan terlalu alergi dengan dunia Barat. Banyak kelebihan mereka yang perlu kita adaptasi. Buktinya dan tidak bisa kita pungkiri bahwa rata rata mereka memang lebih maju, lebih sejahtera, pendidikannya murah dan baik, kesehatannya dijamin oleh pemerintah, dan tingkat buta aksara hampir nihil, fasilitas umum seperti taman, jalan raya, perpustakaan semuanya bagus bagus.
Semuanya baik kalau diambil baiknya. Ya kalau diambil yang kurang baik dan semakin dipelintirkan, malah jadinya salah kaprah dan tidak maju maju hidup kita. Kalau tidak maju, hidup pas-pasan, apalagi mau menyekolahkan anak susah, manusia cenderung berpikiran sempit dan mudah dihasut.
Buktinya para pendemo bayaran itu dikasih seratus ribu saja mau teriak teriak sambil bawa bawa anak kecil untuk sesuatu yang kurang mereka pahami. Kalau kita sudah sejahtera, lapangan pekerjaan terbuka, ekonomi maju, semua orang punya pekerjaan yang baik, maka bisa dipastikan semakin sedikit yang merusuh dan masyarakat akan semakin logis untuk tidak mudah diprovokasi dengan issue berbau SARA. Ini yang bisa saya bagikan mengenai hal hal positif anak muda bule yang patut dicontohi:

Mereka sejak muda dididik untuk bertanggung jawab. Disana mau punya pembantu harus orang tuanya konglomerat beneran. Kalau hanya sekelas mampu, ya memang rata rata orang disana punya mobil  dan bisa bersekolah tanpa harus bayar mahal.  Rata rata keluarga disana tanpa pembantu,  semuanya dikerjakan sendiri.
Oleh karena itu sejak kecil anak anak dididik untuk bertanggung jawab dan membantu pekerjaan di rumah. Yang sulung membuang sampah di lokasi yang sudah ditentukan, si kecil bantu melipat baju yang sudah disetrika.  Semacam itulah contohnya. Masing masing anggota keluarga punya share pekerjaan dan tanggung jawab di dalam rumah.
Oleh karena itu kalau ada yang tidak beres dengan pekerjaan masing masing, selalu jelas tanggung jawabnya. Bukan ketika ditanya jawabannya selalu I don’t know, atau it’s not my fault…….
Menanamkan tanggung jawab sejak dini adalah hal yang sangat baik. Apapun juga tugas dan keputusan kita, selalu ada resiko dan tanggung jawabnya. Mengajarkan tanggung jawab sedini mungkin , membuat manusia terhindar dari sifat pengecut dan bisanya menyalahkan orang lain.

Menghargai Janji dan waktu. Nah,  rasanya tidak usah berpanjang panjang, kita semua harus mengakui bahwa kelemahan bangsa kita adalah soal ngaret-nya yang minta ampun. Karena memang sibuk dan serba tidak punya pembantu, disana kalau janjian tepat waktu.
Molor atau ngaret bisa membuat orang lain geram, karena dianggap tidak menghargai waktu orang lain. Ya memang benar juga. Membuat janji itu berarti ada hal lain yangdipending, dan mereka menghargai pertemuan dengan kita. Kalau dengan gaya santai meskipun molor setengah jam kita masih celingak celinguk sambil lenjeh lenjeh,langsung dicap useless dan tidak bisa dipercayai lagi.

Mengatakan Tidak tanpa beban. Awalnya saya juga terkaget kaget ketika kembali ke Indonesia, mengapa orang kita kalau mengatakan tidak harus diikuti dengan penjelasan yang panjang sekali ?. Di Barat sana, tidak ya tidak. orang punya hak untuk tidak menjelaskan mengapa tidak, sepanjang itu tidak merugikan orang lain.
Disini karena budaya sungkan, kata “tidak”  yang hanya terdiri dari lima huruf, bisa dijelaskan berjam jam sambil puluhan kali meminta maaf. Padahal jauh lebih jahat yang bilang iya dan bermanis manis, tapi banyakan  janji palsunya.
Iya saya usahakan…. padahal dipikirin juga tidak!. Kasihan kalau mengatakan iya, hanya karena sungkan bilang tidak, padahal kita sudah tahu tidak bisa memenuhi, itu sama dengan memberi harapan palsu kepada orang lain.
Ajari anak kita untuk bisa mengatakan tidak dengan sopan dan tegas. Jadi ingat Katakan tidak pada korupsi!. Yang membintangi iklan itu malah hampir semuanya jadi tahanan KPK sekarang ini. Rupanya tidak kalau kecil kecilan. Tiga point saja dulu deh. Kebanyakan nanti malah hanya jadi catatan saja, susah dilakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar