Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Jumat, 28 Maret 2014

Galau = Gila Stadium 1

Orang yang lagi galau pasti kaget baca judul di atas. Tapi semoga tidak tambah galau biar stadium gilanya tidak naik level.
Alasan saya membahas ini, karena baru saja kami berdiskusi mengenai cara mengatasi teman yang lagi galau (kalian pasti berpikir kalau saya ini sepertinya tidak bisa hidup kalau tidak wajib lapor ke pemirsa. Ya, hidup saya memang kayak gitu, saya mah terima takdir saja). Capek juga kalau ingin mempertahankan pendapatku kepada teman saya notabene seorang ibu baik hati itu. Ya sudah, sebagaimana koran kemarin mengatakan bahwa saat dimana kita tidak bisa ngotot adalah saat dimana kita menyadari bahwa kita tidak mungkin mengganti otak orang lain dengan otak kita.

Nah, temanku ini mengatakan bahwa seberat apapun masalah harusnya kita sadar tanggungjawab saat ia mengemukakan pendapat mengenai seorang teman yang sedang galau dan tak pernah terlihat lagi menjalankan tugas. Dan saya membenarkan itu dalam hati saya. Saya mengemukakan bahwa memang saat seseorang galau, nasihat bagus & sebaik apapun menjadi sulit sekali masuk dalam akalnya, karena fokusnya memang lagi ke masalahnya bukan untuk belajar menerima sesuatu tapi berharap untuk dimengerti.
Saya berani mengatakan seperti itu karena saya pernah galau tingkat akut. Saat orang-orang sekeliling saya berkomentar negatif mengenai saya waktu itu, saya menganggap mereka tidak mengerti akan keadaan saya, maka bertambah galaulah saya. Dan saya menganggap bahwa hanya Tuhan saja yang mengerti saya, makanya saya datangnya sama Tuhan untuk curhat & hanya mau dengar kalau Tuhan yang ngomong (darimana tahu kalau Tuhan ngomong? Ya, baca kitab sucilah), karena cuma Dia yang saya anggap paling mengerti saya, kalau bukan Tuhan yang ngomong, saya menjadi orang yang super duper tuli.
Pas saya tidak galau lagi, barulah saya sadar bahwa teman-teman saya sebenarnya waktu itu sedang merindukan saya kembali seperti yang dulu (jeda dulu dengan lagunya Ungu “Semua yang telah berakhir antara hatiku & hatimu, takkan ada rindu seperti yang dulu” Mungkin seperti itulah ketakutan teman-teman saya waktu itu). Pokoknya saya baru bisa berpikir positif saat sedang tidak galau waktu itu & menertawai diriku sendiri ketika ingat masa-masa kegilaanku.
Saat saya kembali pada mereka dalam kondisi yang tidak galau, ceramah apapun dapat masuk dalam akal saya dan saya bisa terima dengan lapang dada, tidak sama ketika saat saya galau, sedikit mengomentari kegalauan saya saja, mereka akan saya anggap sebagai makhluk tak berperasaan seantero raya sehingga emosi saya menjadi labil.
Dan sekarang saya sadar bahwa betapa gilanya saya waktu itu. Kalau saja saya tidak punya teman kepercayaan seperti Tuhan, maka saya jamin tak ada status koran yang lewat di beranda hari ini, karena mungkin sekarang saya sedang berada di Rumah Sakit Jiwa sedang ketawa-ketiwi dengan teman-teman baru saya.
Nah, sejak itu saya memiliki keyakinan bahwa menghadapi orang galau atau lagi sakit fisik tidak sama dengan menghadapi orang yang normal, karena sebenarnya orang galau atau orang sakit, sebenarnya jiwa & mental mereka sedang mengalami gangguan. Itulah kenapa saya memilih judul di atas karena dimana-mana itu yang disebut orang gila ya karena memang jiwanya lagi sakit alias sakit jiwa, cuma bedanya orang galau masih gila stadium 1. Nah, yang menjadi pertanyaan, bagaimana saat kita menghadapi orang galau? Menurut saya ini langkah-langkahnya:

1. MENDENGARKAN
Ketika Orang Galau datang kepada kita & mencurahkan kegalauannya, dengarkan saja. Jangan berteori sana sini karena itu akan menjadi percuma. Kalau tidak tahan untuk tidak bicara, katakan saja “Sabar ya? Saya percaya kamu bisa melewatinya. Saya percaya kamu kuat.”. Intinya memberikan penguatan & kepercayaan diri dalam meghadapi masalahnya dalam kata-kata yang tidak terlalu banyak, sebelum kita dianggap tiba-tiba berubah profesi menjadi tokoh agama.


2. MENGALIHKAN TOPIK
Kalau memang kita rasa tak ada lagi yang akan dia sampaikan, lebih baik mengalihkan topik ke perbincangan yang lebih ringan, lebih bagus kalau yang bisa buat ketawa. Usahakan memilih topik yang tidak membuatnya berpikir bahwa kehidupan kita lebih baik daripada hidupnya, seperti kemarin kita lagi senang-senang. Bahas film lucu atau cerita humor atau pengalaman lucu atau nostalgia yang menyenangkan yang pernah melibatkan kalian berdua.


3. MEMBUATNYA NYAMAN DENGAN DIRI KITA
Ya, poin-poin di atas sudah termasuk cara membuat dia merasa nyaman akan diri kita. Jadikan diri kita, sebagai tempat untuk melupakan permasalahanya sejenak. Ingatlah, bahwa kenyamanan akan menimbulkan kepercayaan. Maka jangan heran ketika kita akan dicari lagi. Dan biasanya, ketika kita dicari lagi, maka sebagai orang yang dipercaya dapat menyenangkan dia, maka biasanya mereka akan meminta pendapat & solusi dari kita (tapi biasanya ada juga yang minta pendapat saat curhat perdana). Buat dia merasa yakin bahwa kita adalah orang yang sangat mengerti dia.


4. MEMBERIKAN SOLUSI SESUAI KEBUTUHANNYA
Memberikan solusi atau saran hanya ketika ia meminta & menanyakan pendapat kita. Karena siapa tahu dia memang hanya mau didengar saja & tidak butuh ceramah. Jika dia meminta saran atau solusi, yang pertama yang harus kita tahu adalah apa yang akan dia lakukan atau yang dia inginkan saat ini.

Berikan atau gambarkan mengenai kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi (konsekuensi) yang berkaitan dengan pilihan-pilihan yang dapat diambil mengenai permasalahannya, dan menganjurkannya untuk memilih pilihan yang dia rasa mampu untuk jalani & lewati beserta dengan konsekuensinya.
Kalau dia bertanya, kalau kita jadi dia, akan memilih yang mana? Usahakan berikan pilihan yang mendekati tepat ketika kita sudah membayangkan bagaimana kalau kita menjadi dia (dengan mempertimbangkan latarbelakang kehidupan, kepribadian, harapannya dll, kalau kita tidak mengenalnya lebih jauh, lebih baik tidak berkomentar akan hal itu, katakan saja bahwa “saya bukan kamu”), tentunya pilihan yang memiliki potensi manfaat yang berjangka panjang & yang lebih prioritas dengan alasan-alasan yang logis. Tapi tetap menyerahkan keputusan kepadanya.
Jadi jangan ngotot bahwa yang itu lebih benar menurut ukuran & standar dirimu, sebelum dia pulang dengan kebingungan, linglung atau apalah, sehingga makin sukseslah kita membuatnya makin galau (saat itu bisa jadi kita tidak akan melihatnya lagi seolah-olah hilang ditelan bumi karena kesoktahuan kita), karena saran yang kau ajukan tidak sesuai dengan keinginan bahkan kebutuhannya. Jangan pakai sudut pandang kita untuk membantunya keluar dari masalah.

5. APRESIASI
Nah, kalau ternyata dia berhasil melewati masalahnya dengan baik. Maka yakinkan dia bahwa dia memang sebenarnya mampu dan sangat bisa melewati itu semua & dia selalu jauh lebih besar dari masalahnya. Kepercayaan diri akan mampu membuatnya bersikap tangguh dalam menghadapi masalah selanjutnya.

Jadi, cukup jelas bahwa dalam menghadapi orang galau, bukan tanggung jawabnya yang lebih penting tapi menyembuhkan kegalauannya. Karena seseorang bisa jadi stres kalau diingatkan akan tanggungjawab pada saat yang tidak tepat.

Nah, ketika dia sudah sembuh, sebagai orang yang sudah dipercayanya, silahkan ceramah panjang lebar karena dia sudah normal. Sudah enak diajak bicara & bertukar pikiran. Nah, buat galauers… Sebelum kalian dianggap gila, lebih baik cepat-cepat jadi normal kembali sebelum stadiumnya naik level & gila beneran.
Kalian tahu? Orang gila di Rumah Sakit Jiwa itu awalnya adalah galauers yang suka memformalin kegalauannya hingga tak sadar gilanya sudah stadium 4 & merasa masih normal saja. Kalau mau join dalam komunitas mereka, ya sudah galau saja sampai berbulan-bulan & bahkan tahunan.

Galau kan manusiawi. Ya iyalah, yang aneh itu kalau tidak pernah galau, saya jadi curiga kalau sudah jadi gila beneran. Pokoknya, galaunya sebentar saja, jangan kelamaan. Masalahnya, tanpa kalian juga RSJ sudah ramai & meriah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar