Hikmah
diwajibkannya puasa adalah agar kaum mukminin merasakan susah, sulit dan tak
enaknya ketika rasa lapar menimpa, sehingga ada kesadaran walau dirinya mampu
dan tak pernah kekurangan sesuatupun sebagai orang kaya, namun saat puasa sama
saja karena setiap orang baik miskin ataupun kaya sama-sama merasakan rasa
lapar dan dahaga. Ramadhan menempa setiap insan yang berpuasa agar ada
kesadaran bahwa diluar dirinya banyak orang yang tak beruntung, karena tidak
setiap hari mereka bisa makan tiga kali sehari. Ini pulalah seperti ungkapan
Ibnul Qayyim dalam Zadul Ma’ad, “Puasa dapat mengingatkan orang-orang kaya akan
penderitaan dan kelaparan yang dilanda orang-orang miskin.”
Bisa
dibayangkan, bila lama puasa tersebut sampai ada yang 20 jam sehari seperti di
daratan Eropa saat musim panas seperti sekarang. Kita saja di Asia Tenggara
masa puasa yang hanya 13-14 jam sehari sudah begitu kepayahan, apalagi di daerah
lain yang waktunya lebih dari 20 jam sehari. Semua ini menempa para shaimin
agar menangkap hikmahnya, sehingga mampu menimbulkan kesadaran dan rasa empati
terhadap penderitaan orang-orang miskin, hal ini sebagaimana diungkapkan oleh
Al-Allamah Ibnul Hammam: “Sesungguhnya tatkala orang yang berpuasa merasakan
pedihnya lapar dalam sebagian waktu, ia akan teringat bagaimana kalau lapar
terus-menerus, sehingga akan timbul padanya rasa kasihan kepada orang-orang
miskin.” (Fiqhus Shiam, Yusuf al-Qaradahawi)
Ramadhan
adalah bulan tolong-menolong, sehingga Rasulullah memberikan contoh bagaimana
beliau begitu masuk bulan Ramadhan, maka kepedulian terhadap kaum miskin begitu
tinggi, sehingga digambarkan seolah-olah beliau laksana angin berhembus bila
memiliki barang yang bisa diinfaqkan, sebagaimana dalam hadist ini: “ Dari Ibnu
Abbas ra katanya: ‘ Rasulullah SAW adalah orang yang paling pemurah (dermawan)
berbuat kebajikan, terutama di bulan Ramadhan. Karena setiap tahun Jibril tetap
menemui Rasulullah tiap-tiap malam hingga habis ramadhan. Rasulullah
memperdengarkan bacaan Qur’annya kepada Jibril. Di hari-hari Jibril
mendatanginya, beliau tambah giat berbuat kebaikan melebihi angina”. (HR:
Bukhari dan Muslim)
Dalam
kerangka ittiba’us sunnah (mengikuti sunnah), maka kaum muslimin pada saat
Ramadhan datang berlomba-lomba berbagi kebahagiaan kepada sesamanya,terutama
kepada kaum miskin. Mereka baik secara individu, kelompok (profesi,hobi dan
lain-lain) dan juga atas nama corporate membuat acara-acara berbagi tersebut.
Dengan mudahnya mereka menggalang dana (infak) untuk dibagikan kepada anak
yatim di panti-panti asuhan, membagi makanan buka dan sahur ke tempat-tempat
kantong kemiskinan baik itu di kolong-kolong jembatan dan dipinggir jalan.
Karena mereka yakin inilah saatnya berbagi setelah setahun mereka membanting
tulang mencari rezeki, dan Ramadhan sebagai wasilah (sarana) pembersihan jiwa
dan harta sebagaimana firman Allah: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a
kamu itu ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui..” (QS Al Baqarah [9]:103)
Para
kaum muslim muda dan terdidik (eksmud), terutama di kota-kota besar sangat terinspirasi
oleh hadist dan ayat-ayat Qur’an yang terkait dengan berbagi tersebut, apalagi
hadist ini: “Rasulullah bersabda: “ Man fath-thara shaaiman kana lahu
mitslu ajrihi ghaira annahu layunqashu min ajrish-shaimi syaian, barang-siapa
memberi jamuan buka puasa kepada orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala
seperti pahalanya (orang yang berpuasa) itu, yaitu tidak dikurangi sedikitpun
pahala orang yang berpuasa itu.” (HR: Ahmad bin Hambal, Turmudzi, Ibnu
Majah dan Ibnu hibban). Mereka
secara demontratif melakukan aktivitas berbagi terutama di Ramadhan. Dengan
kelompok hobinya, sebagai contoh kelompok bikers moge melakukan buka bersama
dengan mengundang anak-anak yatim, yang biasanya melakukan di Café-café,
restoran atau Mall, dan seperti itu juga dilakukan oleh berbagai kelompok
dengan berbagai jenis aktivitas berbagi. Kepedulian seperti ini perlu
diapresiasi, namun alangkah indah dan baiknya bila tetap dilakukan di luar
Ramadhan supaya semangat berbagi (baik zakat dan infak) tersebut bisa bermakna sepanjang
tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar