Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Jumat, 07 Maret 2014

Nelson Mandela dan Kemiskinan Muslim Afrika

Masyarakat dunia merasa kehilangan dengan berpulangnya pemimpin pejuang anti-apartheid, mantan Presiden Afrika Selatan, dan tokoh penerima Nobel Perdamaian, yaitu mendiang Nelson Mandela, yang meninggal dunia di tanah airnya pada 6 Desember 2013 dalam usia 95 tahun.
Umat Islam di Afrika Selatan dan di berbagai negara mengungkapkan belasungkawa atas kepergian Mandela. Pemimpin yang kehadirannya diterima oleh semua golongan. Mandela hampir tiga dasawarsa di penjara dalam perjuangan untuk mengakhiri pemerintahan minoritas kulit putih dan diskriminasi terhadap warga kulit hitam di Afrika Selatan.
Pejuang kemanusiaan itu di hari tuanya giat dalam pelayanan sosial memerangi kemiskinan dan IV/AIDS lewat Yayasan Nelson Mandela. Ia pernah menyatakan, “Sama seperti perbudakan dan apartheid, kemiskinan bukanlah hal yang alami. Kemiskinan adalah akibat perbuatan manusia, dan dapat iberantas lewat perbuatan manusia.” Mandela dengan lantang menyerukan perdagangan yang adil (fair trade), penghapusan utang, dan peningkatan bantuan dalam rangka memotong setengah dari kemiskinan global antara 2000 dan 2015.
Mengenang Mandela, saya membuka kembali buku POTRET DUNIA ISLAM karya Lukman Harun (almarhum) yang diterbitkan Pustaka Panji Masyarakat, Jakarta 1985. Buku setebal 492 halaman itu masih relevan dengan situasi kekinian, memuat catatan perjalanan Lukman Harun, tokoh Islam Indonesia dan tokoh organisasi Muhammadiyah mengunjungi berbagai negara di lima benua. Pada salah satu chapter, menceritakan gambaran keadaan umat Islam yang dilanda kemiskinan di Afrika.
Dalam bukunya itu Lukman Harun dengan bahasa jurnalistik yang sangat komunikatif, memberi gambaran seputar kemiskinan umat Islam di Kenya, Afrika, yang dikunjunginya tanggal 29 Agustus sampai 9 September 1983.
Beberapa orang menceritakan kepada saya – tulis Lukman Harun – betapa miskinnya keadaan mereka, sehingga mereka tidak mampu menyekolahkan anak-anaknya. Seorang anak muda mendekati saya, dia ingin bicara dari hati ke hati. Anak muda ini berasal dari keluarga yang sangat miskin tetapi taat beragama. Dia ingin melanjutkan pendidikan, tetapi orangtuanya tidak mampu. Dia pun mengirim surat kepada berbagai negara Arab untuk minta bantuan dan beasiswa, tetapi sama sekali tidak mendapat jawaban. Kemudian dia minta beasiswa kepada Gereja setempat dan diberi beasiswa. Dengan perasaan sedih anak muda tersebut mengatakan kepada saya, “Kenapa negara-negara Arab yang kaya tidak memperhatikan nasib umat Islam di Kenya?”.
Lukman Harun lebih lanjut menulis, “Saya termenung mendengar ungkapan hati anak muda ini. Suatu jeritan umum yang dialami masyarakat Muslim dimana-mana. Kita banyak bicara ukhuwah Islamiyah, tetapi dalam kenyataannya, jauh dari itu. Banyak negara Islam atau umat Islam yang sangat kaya, di samping itu banyak pula terdapat umat Islam yang sangat miskin. Umat Islam yang sangat kaya umumnya di negara-negara minyak di Timur Tengah, sedangkan umat Islam yang miskin betul, di Afrika. Sayang, yang kaya tidak memperhatikan yang miskin. Akhirnya, datang Missi dan Zending Kristen memberikan bantuan kepada mereka. 
Menarik kalimat kesimpulan yang ditulis dalam buku tersebut, inilah salah satu keanehan Islam di Afrika terutama di Afrika Hitam. “Umat Islam umumnya miskin, dakwah hanya dilakukan secara tradisional, tanpa organisasi yang baik, tanpa dana, tanpa rencana, kekurangan guru agama, kekurangan muballigh dan lain sebagainya. Tetapi Islam terus berkembang dengan berbagai cara. Karena itu pulalah Afrika tetap merupakan benua Islam karena penduduknya mayoritas tetap beragama Islam ….. Sekarang ini, terasa sekali terjadinya perlombaan dalam penyebaran agama di Afrika.” tulis Lukman Harun.
Kemiskinan Muslim Afrika seharusnya juga dirasakan sebagai bagian dari problema kemiskinan dan keprihatinan umat Islam di dunia. Semoga ukhuwah Islamiyah yang melahirkan solidaritas, kepedulian dan kerjasama antar-bangsa Muslim terjalin lebih baik lagi di era sekarang ini, sehingga cerita  memilukan dari anak muda di Kenya tadi tidak terulang di negara mana pun, termasuk di negara kita.

Semoga dari hikmah penderitaan panjang yang dialami saudara-saudara kita Muslim di Afrika dalam kemiskinan, konflik politik dan ketidakadilan sosial, melahirkan pejuang kemanusiaan yang tangguh sekaliber Nelson Mandela. Perjuangan cita-cita kemanusiaan bangsa kulit hitam di benua Afrika belum selesai. Untuk Nelson Mandela (1918-2013) kita ucapkan: Rest in Peace. Perjuanganmu insya Allah akan menginspirasi generasi yang datang kemudian, seperti bunyi syair Henriette Roland Holst: “Kami bukan pembina candi. Kami hanya pengangkut bantu. Kamilah angkatan yang mesti musnah. Agar menjelma angkatan baru. Di atas kuburan kami lebih sempurna”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar