Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Minggu, 02 Maret 2014

Isu Kemiskinan Global dan Peran Zakat

Soejatmoko sekian tahun yang lalu melontarkan, adakah cara-cara yang bisa ditempuh untuk  mencapai masyarakat yang cukup manusiawi manakala kita dihadapkan pada masalah kemiskinan absolut untuk waktu  demikian  lama  akan  terus tampil dalam masyarakat kita. Lebih lanjut, mantan Rektor Universitas PBB di Tokyo itu mengatakan, kemungkinan   kelangsungan hidup peradaban-peradaban alternatif, tergantung pada keberhasilannya menyingkirkan kemiskinan absolut di negeri masing-masing.
Sementara itu, menurut hasil survei “Spring 2013 Pew Research Center” tahun lalu yang dilakukan di 39 negara menyebutkan krisis keuangan masih menjadi ancaman utama bagi ekonomi  dunia. Disinyalir lima risiko yang kemungkinan paling mengancam perekonomian  global di tahun 2014 ialah, (1) krisis keuangan di negara-negara maju, (2) tingginya tingkat pengangguran, (3) inflasi, (4) selisih pendapatan yang terlalu tinggi antar penduduk, dan (5) utang publik.
Lantas, mengundang pertanyaan apakah globalisasi membawa ketimpangan distribusi pendapatan dan menciptakan kantong-kantong kemiskinan baru ? Hemat penulis, fakta yang tak dapat dibantah ialah risiko yang mengancam dunia pada hakikatnya berkisar pada kemiskinan dan kesenjangan pendapatan. 
Bumi yang kita huni sekarang telah menciptakan iklim saling ketergantungan umat manusia. Dalam sejarah modern untuk pertama kali para tokoh politik dan tokoh agama dari 5 agama besar di dunia bertemu pada bulan Februari 1987 di Roma Italia untuk membahas masalah- masalah dunia. Ketika itu dicanangkan komitmen bersama untuk mencapai struktur ekonomi yang lebih adil dan menghilangkan kemiskinan yang diderita oleh sebagian besar umat manusia. 
Sejarah mencatat dalam pertemuan internasional itu KH Hasan Basri, selaku  Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), mendapat kehormatan diundang oleh UNDP untuk hadir sebagai pembicara, bukan mewakili umat Islam Indonesia saja, melainkan juga mewakili umat Islam se-dunia. Di dalam forum bergengsi itu KH Hasan Basri mengemukakan, agama kami mengajarkan untuk memecahkan persoalan dunia tidak cukup hanya dengan negarawan dan   politisi saja, tetapi harus diikutsertakan kaum agamawan.
Menurut ajaran Islam, “Bukan golongan kami, kalau engkau tidur kekenyangan, tetapi  tetangga yang di sebelah rumahmu, tidak bisa tidur karena kemiskinan/kelaparan.” (Hadits Nabi SAW). Rumusnya ialah bagaimana kita menyantuni tetangga kita yang di sebelah, supaya juga bisa tidur kenyang seperti kita, inilah yang harus kita buat, apakah negara industri yang kaya-raya, apakah negara-negara berkembang dan miskin. Agama kami mengajarkan: tiap-tiap orang yang mempunyai kelebihan yang diberikan oleh Tuhan diwajibkan mengeluarkan hartanya tiap-tiap tahun 2,5 persen, karena itu bukan miliknya, itu milik orang miskin, miliknya orang kelaparan, selain dia membantu badan-badan sosial yang lain. Yang lebih penting, kita menunaikan tugas untuk  meniadakan jurang yang dalam antara orang kaya dan orang miskin. Tidak berarti orang yang kaya kita suruh mengurangi kekayaannya. Tetapi bagaimana dia  dengan kekayaannya itu membantu yang miskin supaya jangan terlalu pincang atau perbedaan yang besar antara  kaya dan miskin. Islam menyuruh ada tali kasih sayang antara orang kaya dan miskin, ujar Imam Besar Masjid Agung Al-Azhar Jakarta dan Ketua Umum MUI periode 1985-1998 itu sebagaimana terekam dalam buku Ulama Indonesia Di Mata Dunia. 
Jika  ditelusuri setelah pertemuan bersejarah di Roma itu berbagai pertemuan, konferensi dan seminar internasional digelar dalam rangka menghadirkan pendekatan agama untuk merespon masalah kemanusiaan dan tantangan dunia. Isu yang mendapat perhatian luas, di antaranya ialah kemiskinan global.
Namun begitu, para  ulama  dan pemikir muslim perlu mengoperasionalisasikan kaidah-kaidah Islam secara modern sebagai solusi penyelamatan umat manusia dari kemiskinan dan dehumanisasi kaum miskin. Sejak disyariatkannya kewajiban menunaikan zakat pada tahun  kedua setelah Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, zakat telah menjadi isu global, khususnya di dunia Islam. Tugas sejarah  umat Islam di  masa kini adalah dunia abad dua puluh satu.
Dalam tataran organisasi dan wadah kerjasama, telah ada Dewan Zakat MABIMS, International Zakat Organization (IZO), World Zakat  Forum (WZF) dan lain-lain. Keberadaan wadah semacam itu diharapkan bermanfaat  secara optimal dan continue, bukan musiman dan formalitas yang tidak mengakar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar