Bisnis dan menulis jelas berbeda. Mengerjakan salah satunya saja tidak mudah, apalagi menjalani keduanya. Sebagian orang mungkin bisa bisnis, tetapi tidak bisa menulis. Sementara yang lain pandai menulis tetapi tidak berbisnis. Maka untuk memadukan dua hal ini dengan baik menjadi tantangan tersendiri.
Menulis itu memang tidak mudah atau paling tidak, tidak semudah yang dibayangkan. Seorang penulis yang baik adalah seorang yang cerdas merangkai kata dan kalimat, melukiskan sesuatu - pikiran, perasaan maupun pengamatan - hingga menjadi deretan alenia yang bisa dimengerti oleh pembacanya. Padahal tidak semua rasa, pikiran atau perasaan mampu diwakili oleh kata-kata. Di sinilah penulis dituntut untuk jeli, teliti, dan fokus. Begitu juga dengan berbisnis. Jelas tidak mudah, karenanya tidak semua orang melakukannya.
Begitulah pandangan saya selama ini. Namun, setelah mengikuti workshop‘Mompreneur, Berbisnis dari nol dan Menulis dari nol’ dengan pembicara Ibu Indari Mastuti, pandangan saya berubah drastis. Workshop yang diadakan oleh Komunitas Ibu Mengajar di Kuala Lumpur kemarin itu betul-betul membuka mata para hadirin bahwa bisnis sambil menulis bisa dilakoni dan dimulai dari nol.
Sebelumnya saya ingin mengulas sedikit tentang ibu Indari berdasarkan hasil pengamatan saya pribadi. Saya mengenal Indari Mastuti pertama kali di dunia maya, di sebuah komunitas yang digagasnya bernama IIDN-LN (Ibu-ibu Doyan Nulis Luar Negeri). Hobi menulisnya telah mengantarnya menjadi penulis yang produktif dan telah melahirkan banyak karya. Selain hobi menulis, sebelum menikah Indari juga merupakan perempuan yang aktif berkarir di bidang marketing dan promosi di beberapa perusahaan multinasional. Hebatnya, Indari lantas menggabungkan kedua hobi tersebut dan membawanya kepada kesuksesan. Hal yang tidak saya jumpai pada penulis-penulis atau sebaliknya pada pebisnis lain.
Berdasarkan dari biodata yang ditulisnya, setelah menikah tahun 2007, Indari merancang bisnis agensi naskah dengan nama Indscript Creative. Dengan bisnis barunya itu, memungkinkan dirinya menjalankan kedua hobi tersebut sekaligus. Kegiatannya di bidang agensi naskah tidak hanya membuatnya terus produktif berkarya di bidang penulisan tapi juga menjadi lahan bisnis yang menghasilkan uang. Namanya kemudian semakin dikenal tidak hanya dari buku-buku yang ditulisnya tapi juga karena manfaat yang ditebarnya keseantero dunia lewat IIDN Interaktif dan IIDN-Luar Negeri yang juga digagasnya. Agensi naskah miliknya telah membantu mewujudkan mimpi banyak orang terutama ibu rumah tangga yang tersebar di seluruh dunia menjadi penulis buku.
Berbisnis dari Nol
Menurut Indari, berbisnis bisa dimulai dengan modal 3 B, yaitu Berbisnis, Berbisnis dan Berbisnis. Intinya jika ingin berbisnis ya silahkan mulai jalankan bisnis. Banyak orang tidak pernah memulai bisnis karena selalu berpikir bahwa binis itu perlu modal besar yaitu uang yang banyak dan lain-lain. Padahal, menurutnya yang diperlukan dalam bisnis selain modal 3 B itu yaitu siap berproses, siap mental, siap waktu, siap bersaing, siap sinergi dan juga siap rugi.
Bu Indari memberi contoh misalnya jika ingin memulai bisnis potong rambut, modalnya berarti selain kemauan dan keterampilan potong rambut anda hanya perlu gunting dan sisir. Bisnis anda sudah bisa berjalan, mungkin mulai dari tetangga dulu dan lain-lain. Atau mau bisnis jual pupuk misalnya, tidak perlu menunggu punya toko dulu, tapi kenapa tidak dengan memulai menjadi perantara dari pemilik toko pupuk dengan petani di kampung anda, misalnya. Dan banyak bisnis lain yang bisa dijalankan dengan bermodal katalog saja.
Selain itu bu Indari juga membahas beberapa hal yang dapat dijadikan pemicu awal memulai bisnis, diantaranya adalah minat, hobi, pasar, financial, kesempatan dan kepepet. Untuk itu, bu Indari memberika pertanyaan kepada peserta untuk menggali potensi diri masing-masing peserta dibidang bisnis. Diatara pertanyaannya adalah;
· siapkah anda memulai bisnis?
· apakah mampu mengawal bisnis itu ke depannya?
· apa minat anda yang bisa dijadikan bisnis?
· apa hobi anda yang bisa dijadikan bisnis?
· adakah pasar yang berkaitan dengan minat dan hobi anda itu?
· adakah kesempatan itu datang untuk memulai bisnis anda?
· lalu bagaimana ketika benar-benar nol?
· lalu bagaimana jika menemukan pesaing?
Jika anda sudah berhasil meneliti potensi diri dengan pertanyaan-pertanyaan di atas, selanjutnya hal lain yang anda perlukan adalah kemampuan memenej keuangan, waktu serta pikiran dan diri. Bu Indari juga mengingatkan bahwa bisnis itu mulai dari nol dan selalu nol, kuncinya tidak cepat puas, terus menyempurnakan, terus bekerja sama dan terus merasa kurang.
Adapun hambatan dalam bisnis dan solusinya, yaitu jika modal menjadi hambatan cari solusinya pada potensi diri. Jika hambatanya pada SDM solusinya adalah duplikasi. Hambatan dengan pasar, solusinya adalah kreatifitas. Sedangkan jika hambatan karena persaingan solusinya adalah dengan melakukan inovasi. Dan terakhir adalah branding dan berkompetisi.
Menulis dari nol
Seperti halnya dengan bisnis, menulis juga modalnya tiga yaitu 3 M; Menulis, Menulis dan Menulis. Menulis itu juga bukan bakat atau kemampuan tapi berawal dari kemauan. Menulis hanya perlu proses dan proses menulis itu hanya menulis, bukan teori. Jadi jika ingin menjadi penulis, menulislah setiap hari. Sudah banyak yang sukses melahirkan karya tulisan atau buku awalnya dari modal nol.
Bu Indari memberikan beberapa step yaitu:
· Mulai dari ide
· Perkaya dengan membaca
· Lalu kembangkan ide anda denga menggunakan mind-mapping
· Buat kerangka tulisan, dengan menyusun mind-mapping menjadi kerangka
· Lalu menulislah setiap hari dengan komitment pada diri sendiri dan konsisten melakukannya setiap hari
Lalu, bagaimana menjadi penulis sekaligus pebisnis?
Menurut bu Indari seorang penulis yang baik tidak cukup dengan hanya mampu melahirkan buku yang baik tapi juga harus mampu mempromosikan bukunya sendiri. Menurutnya, di dunia penerbitan sekarang ini ada yang dikenal dengan istilah penulis grade A. Siapakah penulis grade A itu? Penulis grade A adalah penulis yang mampu melahirkan buku yang baik sekaligus turut aktif dalam mempromosikan bukunya itu sehingga buku tersebut laris di pasaran.
Pesatnya industri perbukuan sekarang ini menyebabkan penerbit tidak mampu untuk melakukan promosi sendirian. Karena itu dituntuk kerja sama dari penulis untuk ikut aktif berpromosi. Dengan demikian penulis diminta untuk meningkatkan kemampuan diri dalam marketing dan promosi. Nah, hal ini tentu saja menjadi tantangan tersendiri bagi penulis. Namun hal itu tentu saja bukan juga masalah besar, karena kemajuan teknologi sekarang ini cukup membantu apalagi jika mampu menggunakan sosial media dengan baik. Intinya, menulis yes, bisnis juga yes!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar