Islam
menghimpun tiga aspek utama dalam ajarannya, yaitu akidah, syariah, dan akhlak.
Akidah adalah pokok-pokok keimanan dan tauhid yang menjadi landasan hidup
muslim. Dalam akidah tauhid yang tersimpul dalam dua kalimat syahadat yakni
penegasan kepercayaan kepada Allah dan penolakan kepercayaan kepada
selain Allah. Seorang muslim yang berpijak di atas landasan akidah tauhid tidak
selayaknya mempercayai khurafat, tahayul, mistik, perdukunan dan lain-lain yang
mengarah kepada kemusyrikan dan kejatuhan martabat manusia sebagai makhluk yang
hanya boleh menghamba kepada Allah.
Syariah
adalah peraturan dan hukum yang digariskan oleh Allah pokok-pokoknya dan
diwajibkan kepada kaum muslimin agar mematuhinya. Syariah adalah
prinsip-prinsip dasar yang mengatur hubungan manusia dengan Allah dan hubungan
antara sesama manusia. Syariah berasal dari Allah, berisi perintah dan larangan
yang dibebankan Allah kepada hamba-Nya. Syariah mencakup ibadah (ubudiyah)
dan muamalah. Muamalah atau hubungan antar manusia dalam
Islam terikat dengan norma-norma hukum dan etika.
Akhlak
adalah tata nilai dan aturan perilaku bagi seorang muslim, antara lain meliputi
masalah baik dan buruk. Pentingnya akhlak dalam ajaran Islam digambarkan dalam
dialog Nabi SAW dengan seorang sahabat sebagai berikut: “Ya Rasulullah. Fulanah (sebutan
untuk anonim perempuan, red) terkenal rajin shalat dan puasa serta banyak sedekah.
Tetapi ia suka menyakiti tetangga dengan perkataannya. Nabi bersabda, ‘Ia masuk
neraka.’ Kemudian orang tersebut bertanya lagi: Ya Rasulullah, Fulanah terkenal
dengan sedikit shalat dan puasanya dan ia bersedekah sedikit dengan sisa-sisa
makanan. Namun tidak suka menyakiti tetangganya. Nabi Bersabda, ‘Ia masuk
surga’.” (HR Ahmad)
Dalam
kehidupan sosial Islam mengajarkan etika dan norma-norma muamalah, yang wajib
diperhatikan oleh setiap muslim. Prof. Dr. Ahmad Syalaby, Guru Besar Cairo
University Mesir dan pernah menjadi dosen tamu IAIN Yogyakarta dalam buku Masyarakat Islam
menjelaskan bahwa seorang muslim tidak boleh memandang hina kepada orang lain,
seorang muslim tak boleh buruk sangka dan tak boleh mengintai-intai kesalahan
orang, Islam menyeru kepada persatuan, Islam menyeru agar menunaikan amanah dan
menepati janji, Islam melarang hasad (iri hati), Islam melarang takabbur dan
sombong, Islam melarang seorang muslim mencari aib orang lain, Islam menyuruh
berlaku adil dan membenci penganiayaan, Islam membenci penyuapan, Islam
membenci kesaksian palsu, Islam memperteguh tali silaturrahim, Islam menyeru
keoada ilmu pengetahuan, Islam mewasiatkan agar orang bersikap baik dengan
tetangganya, dan Islam menyerukan agar orang tolong-menolong dan memperhatikan
kepentingan orang lain.
Islam
membina pribadi bertakwa dan memberi manfaat kepada sesama. Takwa melambangkan
hak Allah atas manusia, dan memberi manfaat kepada sesama melambangkan hak
sesama makhluk.
Sebagai
muslim kita harus berupaya agar setiap saat dalam hidup ini dapat melakukan
amal kebaikan yang memancarkan nilai manfaat dalam kehidupan ini, tidak saja
bagi diri sendiri, tapi bagi orang lain, menyangkut fardhu ain maupun fardhu kifayah. Islam
mengajarkan bahwa nilai manusia ditentukan oleh amalnya.
Rasulullah
bersabda, “Allah tidak
memandang bentuk dan harta kekayaanmu, tetapi memandang hati dan bekas amalmu.” (H.R. Muslim). “Siapa yang dilambatkan oleh
amalnya, tidak akan dicepatkan karena keturunannya.” (H.R. Muslim)
“Demi
Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, belum beriman seseorang di antaramu, sampai ia mencintai
saudaranya (sesama muslim) seperti ia mencintai dirinya sendiri.” (H.R. Bukhari-Muslim)
Dalam
hadits lain, “Seorang muslim
itu ialah orang yang selamat orang muslim lainnya dari gangguan lidah dan
tangannya (perbuatannya).” (H.R. Bukhari- Muslim)
Ketika
seseorang bertanya kepada Rasulullah, “Siapakah manusia yang paling baik? Rasul
menjawab, “Orang yang paling banyak memberi manfaat kepada sesamanya.” “Amal
apa yang paling utama?” Rasul menjawab, “Memasukkan rasa bahagia pada hati
orang yang beriman.” Ditanya lagi, “Dengan jalan manakah memasukkan rasa
bahagia itu?” Dijawab oleh Rasulullah, “Dengan melepaskannya dari rasa lapar,
membebaskannya dari kesulitan, dan membayarkan utang-utangnya.” (H.R. Thabrani). Dengan
demikian dapat disimpulkan, ibadah akan sempurna dengan muamalah dan ketakwaan dalam beragama harus
tercermin dalam perilaku mulia di tengah masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar