Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Rabu, 26 Maret 2014

Crimea, antara Diplomasi Wanita dan Kekuatan New Media

Krisis di Crimea telah berujung pada bergabungnya wilayah otonom Ukraina itu ke Rusia. Meski Eropa Barat dan AS mengecam keras aksi referendum yang dinilai merupakan akal-akalan Rusia untuk mencaplok Crimea, PM Rusia Vladimir Putin cuek bebek.
Putin memilih untuk mengorbankan KTT G8 yang menurut rencana akan digelar pada Juni 2014 di Sochi, Rusia. Lebih dari itu, Putin bahkan tidak menganggap sama sekali sangsi yang mulai dijatuhkan barat kepada negaranya. Pendek kata, demi kembalinya Crimea ke pangkuan Rusia, Putin memutuskan untuk mengisolasi Rusia.
Jatuhnya pemerintahan Ukraina yang sebelumnya pro Rusia karena demo besar-besaran, menunjukan bahwa demokrasi barat memang berstandar ganda. Seperti halnya kejatuhan Ikhwanul Muslimin di Mesir, Barat sama sekali tidak mengecam naiknya pemerintahan baru Ukraina yang jelas-jelas inkonstitusional.
Namun layaknya tengah bermain poker, Putin yang seolah ingin menulis ulang sejarah, dengan cerdik dan cepat memainkan kartu truf yang membuat diplomasi barat seperti membentur tembok. Hanya dalam tempo singkat sejak krisis di Ukraina meledak, referendum digelar dengan hasil yang sudah dapat diprediksi sebelumnya. Ibarat pertandingan sepakbola, skor kini 1-1. Rusia boleh kehilangan pemerintahan Ukraina yang pro Moskwa. Namun sebagai gantinya, mereka memperoleh Crimea yang letaknya sangat strategis di kawasan Laut Hitam.
Dengan kekuatan militernya, Rusia bahkan bisa memenangkan ‘duel’ pamungkas, karena ribuan tentara Ukraina yang mencoba mempertahankan Crimea sudah mulai kecut nyalinya dan memutuskan untuk balik kandang. Jika isu ini dibawa ke DKK PBB, Rusia pun sudah berhitung dan siap menyambutnya dengan veto.
Menariknya, ditengah panasnya suhu politik di semenanjung Crimea, publik dunia dikejutkan dengan kehadiran wanita cantik. Dia adalah Natalia Poklonskaya. Wanita berusia 33 tahun ini, telah ditunjuk oleh Putin sebagai jaksa agung baru di Crimea. Selain cantik dan mempunyai karir yang cemerlang, Natalia tanpa diragukan lagi memegang salah satu pekerjaan yang paling sulit di dunia saat ini.
Meski Barat belum akan mengurangi tekanan terhadap Rusia, namun tak dapat dipungkiri, pesona Natalia sedikit banyak menurunkan tensi krisis. Bahkan kehadiran wanita berambut pirang ini, sukses membelah opini masyarakat dunia. Setidaknya hal ini terjadi di Jepang. Seperti banyak negara lainnya, pemerintah Jepang juga ikut mengecam invasi Rusia ke Crimea. Namun, pandangan pemerintah Jepang ternyata berbeda dengan masyarakatnya.
Apa pasal? Rupanya itu adalah buah dari press conference yang digelar oleh pemerintahan baru Crimea. Dalam konferensi pers itu, Natalia mengatakan akan menjalankan tugasnya sesuai konstitusi, yaitu “melindungi warga akan ancaman sosial dan ekonomi.”
Alih-alih menyimak janji, yang terjadi pasca konferensi pers singkat itu, sosok Natalia malah menjulang. Foto-foto seksinya tersebar di internet. Salah satu yang paling menarik perhatian adalah saat dia berbaring di sofa, mengenakan gaun hitam.
Entah mengapa pesona Natalia begitu menyita publik Jepang. Para netizen di sana mungkin tak lagi ingat apa yang disampaikan oleh si cantik itu dalam press conference. Faktanya, Natalia kini telah menjadi primadona baru menggusur bintang Jepang Kaori Nazuka. Gambarnya bahkan telah dibuat dalam versi manga, komik khas Jepang. Hebatnya lagi, video konferensi pers Natalia bahkan telah menarik lebih dari 180.000 penonton di You Tube Saluran Jepang pada 13 Maret lalu.
Terlepas dari sikap oportunis Rusia dalam memanfaatkan krisis yang terjadi di Ukraina, Vladimir Putin telah memberi pelajaran kepada negara-negara di dunia agar tak tunduk pada hegemoni barat.
Sementara untuk meredam propaganda barat, Moskwa memilih untuk tidak selaluhead to head. Dimunculkannya sosok Natalia ke dalam pusaran krisis adalah bagian dari strategi Moskwa untuk keluar sejenak dari sasaran tembak. Tak dapat dipungkiri, diplomasi wanita cantik terkadang mampu mengalihkan isu besar yang tengah menghadang.
Bagaimana pun dalam urusan yang begini, kita harus angkat topi dengan Rusia. Negeri itu sangat menyadari bahwa wanita-wanita mereka, punya kecantikan ragawi yang sulit ditandingi. Kulit putih, tubuh tinggi langsing, mata biru yang indah, dan rambut pirang yang memesona.  Tak heran jika banyak selebritis cantik dan model papan atas yang berasal dari Rusia atau memiliki keturunan dari negara ini. Sebut saja Milla Jovovich, Maria Sharapova, Mila Kunis, Sasha Gradiva, Anna Kournikova, Irina Shayk dan lainnya.
Kembali ke Natalia Poklonskaya, Putin pun secara jeli memanfaatkan media-media digital untuk kepentingan politik. Putin tak ingin terjebak pada media-media mainstream yang menjadi kaki tangan barat. Sejak lama media-media utama televisi, seperti CNN, BBC atau CNBC menaruh keberpihakan, seperti halnya pemerintah mereka yang menerapkan kebijakan standar ganda dalam banyak konflik di dunia.
Alhasil, pemberitaan oleh new media berbasis internet, menjadi medium propaganda yang sangat efektif untuk meredam serangan media-media mainstream yang cenderung mendiskreditkan Rusia. Pada akhirnya, dampak pemberitaan Natalia yang cenderung positif, tak hanya berbuah sukses pada sisi diplomasi lembut (soft diplomation) namun juga meningkatkan reputasi Rusia sebagai negara adi daya. Meski kita tidak tahu, kapan pertarungan antara dua kubu menyangkut Ukraina akan usai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar