Para mahasiswa aktivis ini memang berbeda. Baik penampilan dan perilaku. Mereka bisa dengan mudah dibedakan di dalam kelas. Mahasiswa aktivis ini kadang bertanya dan aktf terlibat dalam kelas. Namun sayangnya, aktifitas kuliah mereka kembang-kempis. Kadang mereka hadir, kadang tidak. Pernah saya temui seorang mahasiswa aktivis di kelas saya yang tidak pernah masuk sama sekali. Bahkan hingga menjelang ujian akhir semester.
Entah karena kesibukan di organisasi tempat mereka bergabung atau memikirkan perpolitikan negara ini. Para mahasiswa aktivis ini seperti tidak perduli dengan prioritas utama mereka, studi. Sebuah prioritas utama yang sejatinya orangtua mereka amanahkan untuk mereka. Amanah yang seharusnya dijadikan prioritas utama dalam skala prioritas mereka saat ini. Toh nanti setelah lulus, mereka bisa lebih mengeksplor sisi organisatoris mereka. Entah menjadi pengurus parpol atau pihak oposisi dalam kebijakan penguasa, itu malah lebih baik.
Tidak ada yang melarang atau membatasi mahasiswa berorganisasi dan berpolitik. Pihak kampus beserta jajaran dosen sangat welcome jika mahasiswa aktif dalam organisasi dan berguna untuk lingkungan sekitarnya. Hanya mahasiswa aktivis saja yang kadang tidak memiliki batasan sendiri. Mereka kadang kebablasan jatuh cinta pada ideologi ke-kirian atau cinta pada alam, sampai batasan sewajarnya itu hilang. Ada teman saya satu angkatan yang sampai sekarang masih kuliah aktif. Ia sangat sibuk dan seperti hanyut dalam pagelaran drama dan kerja seninya. Sampai prioritas studi terbengkalai. Batasan aktif berorganisasi ia lompati, sehingga ia terhanyut di dalamnya.
Saya pun berorganisasi sampai saat ini. Namun semua kembali kepada positioningprioritas yang ada. Ada kalanya kita butuh berbaur dan mencapa satu visi-misi bersama. Namun prioritas utama, bagi saya bekerja dan membangun keluarga, tetap tidak terabaikan. Saya kurang sreg pemahaman dua prioritas bisa berjalan bersamaan atau paralel. Menurut saya, lebih tepat menyesuaikan konteks dan waktu. Saat berorganisasi, curahkan seluruh kemapuan kita. Dan pula saat berkumpul dengan keluarga, curahkan juga hati dan raga untuk anggota keluarga.
Sangat disayangkan jika mahasiswa aktivis malah menjadi mahasiswa abadi. Selalu saya ingatkan kepada mahasiswa. Semua kembali kepada salah satu lirik lagu Peterpan, ‘…tak ada yang abadi, tak ada yang abadi..‘ Bahkan untuk mahasswa. Studi adalah prioritas utama saat ini. Kejarlah dan perjuangkan IPK sebaik mungkin. Nilai IPK yang tinggi dan kehadiran yang rutin dan memadai bagi mahasiswa aktivis, menjadi sebuah pamor untuknya. Ia akan disegani oleh teman dan mahasiswa lainnya. Kepandaian akademis yang disandingkan dengan keahlian berorganisasi akan menjadikan mahasiswa aktivis terlihat elegan.
Sebagai individu dewasa yang bebas berfikir dan berpendapat, mahasiswa aktivis plus baik secara akademis adalah harapan bersama. Mereka yang kembang kempis dalam berorganisasi, adalah mereka yang terlalu hanyut dan senang belaka atas prioritas yang bukan utama. Untuk saat ini, saat masih memiliki Kartu Tanda Mahasiswa (aktif), studi adalah prioritas utama. Dan seiring jalannya studi, positioningprioritas sesuai konteks waktu dan tempat juga perlu dilakukan. Semua memang butuh waktu dan latihan, namun tidak ada alasan untuk tidak memulai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar