Presiden
pertama Indonesia, Ir. Soekarno, ternyata pernah menentang bahasa Jawa
dijadikan bahasa nasional. Penegasan ini disampaikan sejarawan Anhar Gonggong
dan dimuat majalah Tempo edisi khusus Sumpah Pemuda pada November 2008
silam. Kisahnya bermula ketika pada 1927, Bung Karno banyak
mendorong persatuan berbagai kekuatan nasional dalam menghadapi kolonialisme.
Ketika itu, banyak elemen bangsa menyadari pentingnya ada sebuah bahasa
persatuan. Perdebatan ini mencapai puncaknya dalam Kongres Pemuda II, 27-28
Oktober 1928. Abu Hanifah, pemimpin pemuda dalam periode Pergerakan
Nasional yang pernah menjadi Sekretaris Umum Pusat Pemuda Sumatera (1927-1928),
mengaku sempat mendengar usulan agar bahasa Jawa dijadikan bahasa nasional
dalam kongres itu.
"Soal Tanah Air bersama, berbangsa satu, tidak terlalu banyak dalam
pembahasan ..., yang agak menyukarkan waktu itu adalah tentang soal bahasa.
Mula-mulanya keras suara supaya dipakai bahasa Jawa karena telah tersusun
dengan baik. Tetapi banyak juga dari orang-orang Jawa sendiri tidak setuju
karena dianggap feodal,” demikian tulisnya dalam "Renungan tentang Sumpah
Pemuda" dalam Bunga Rampai Soempah Pemoeda, Balai Pustaka, 1978.
Menurut Abu Hanifah, Bung Karno termasuk yang paling tegas menentang pemakaian
bahasa Jawa sebagai bahasa persatuan. Abu, mengutip Bung Karno, berpendapat
bahwa dalam bahasa Jawa, orang sukar kelak berbicara secara demokratis. "Macam-macam
bentuk bahasa Jawa itu menyusahkan buat bergaul secara bebas, lagi sukar
dipahami oleh mereka yang tidak berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Apakah
harus diatur lagi bahasa ngoko, kromo, atau kromo inggil,
sehingga dapat dipakai oleh semua orang, rendah atau tinggi," kata Bung
Karno, seperti dikutip Abu Hanifah. Dalam situasi pelik penentuan bahasa
persatuan itu, menurut Abu Hanifah, Prof Dr Poerbotjaroko memberikan nasihat
supaya dipakai saja bahasa Melayu-Riau yang masih dapat berkembang seperti
dulunya bahasa Inggris. Semua peserta kongres sepakat dan bahasa Melayu-Riau menjadi cikal bakal bahasa
Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar